Sukses

Perjuangan Mengharukan 2 Bocah Rawat Ibunya Pasien Kanker

Ketika Intan kepayahan dua anaknya yang masih bocah itulah yang menjadi ujung tombak pertolongan pertama.

Liputan6.com, Semarang - Kakak beradik Maudi Aulia Jasmine (9) dan adiknya Maura Aurelia Jasmine (8) harus menjadi bocah yang lebih dewasa dibanding usianya. Warga Wangon, Kabupaten Banyumas ini harus berhenti sekolah dua bulan belakangan ini karena panggilan hati untuk merawat ibu kandungnya.

Adalah Intan Guswinarni (43), sang ibu yang dua bulan belakangan tergolek tak berdaya di tempat tidur. Payudaranya luka dan pecah. Namun selama dua bulan terakhir ia tetap tak dirawat dokter apalagi opname di Rumah Sakit.

"Kami diajari cara membersihkan luka ibu. Dengan cairan infus, NaCl biar lukanya cepat kering," kata Maudi Aulia Jasmine kepada Liputan6.com, Selasa, 12 Desember 2017. 

Sebelum payudaranya pecah, Intan sudah didiagnosis dokter terkena kanker payudara. Ketika diperiksa, Intan memutuskan untuk tidak menjalani rawat inap di rumah sakit. Selain pertimbangan biaya yang besar, juga karena Intan berkeinginan merawat, mengawasi dan mendidik dua kakak beradik yang masih bocah itu.

Intan tinggal di Wangon Banyumas hanya bersama dua anaknya. Sebenarnya ia memiliki empat anak. Si sulung, Faisal Pratama (21) harus merantau ke Yogyakarta untuk bekerja. Ia bekerja karena sang ibu tak lagi bisa mencari nafkah. Sementara ayahnya, sejak bercerai kini sudah memiliki rumah tangga baru dan tinggal di Purwokerto.

"Nah ayah merawat adik saya yang nomer dua, Iffanda Nikola (13). Dia harus sekolah karena sudah SMP, maka ikut ayah," kata Faisal.Kakak beradik Maudi Aulia Jasmine (9) dan adiknya Maura Aurelia Jasmine (8) menunggu ibunya yang masih koma di RS Elisabeth Semarang. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)Karena dua anaknya yang sudah agak besar tak tinggal bersamanya, otomatis ketika Intan kepayahan dua anaknya yang masih bocah itulah yang menjadi ujung tombak pertolongan pertama. Sebelum berangkat ke Yogya, Faisal sudah mengajari dua adiknya yang masih bocah itu, cara membersihkan luka.

"Kalau memasak yang ngajari ibu. Ibu ngomong kami harus bagaimana," kata si bungsu Maura Aurelia Jasmine.

Kesakitan Intan memuncak sekitar dua bulan lalu. Entah hendak mengapa, ia tiba-tiba terjatuh. Dua bocah yang bersamanya panik karena tak kuat menggendong ibunya ke tempat tidur. Mereka lalu menelepon Faisal.

"Saya pulang karena ditelepon katanya ibu jatuh. Setelah melihat kondisi ibu, saya kembali ke Yogya. Karena saya hanya kos, tentu saja tak ada tempat untuk merawat ibu. Saya kemudian mencari tumpangan," kata Faisal.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hijrah dan Numpang

Pertolongan Tuhan datang. Faisal diijinkan Vero, temannya untuk membawa Intan ke rumahnya. Itu dilakukan agar ia sendiri yang merawat. Tentu tak bisa 24 jam merawat, karena ia harus mencari nafkah dengan bekerja di sebuah mal dan juga menjadi tukang ojek online.

"Jadi teman saya, Vero dan keluarganya mengizinkan saya numpang di rumahnya bersama ibu saya, di daerah Pedak, dekat Ambarukmo," kata Faisal.

Cukup lama Intan menumpang di rumah orang. Tak ada tindakan apapun terhadap luka yang berada di payudara sebelah kanan. Faisal maupun kedua adiknya hanya bisa membersihkan saja dengan larutan NaCl.

Meski sudah bisa ikut merawat ibunya dan mengawasi adiknya, namun Faisal masih bingung. Sampai kapan keadaan itu akan dia jalani. Tak ada kejelasan nasib ibunya, apalagi dua adiknya yang masih kecil itu. Sementara sang ayah memang pernah menjenguk ibunya, namun karena sudah memiliki keluarga baru, tentu saja tak bisa total.

Faisal melanjutkan kisahnya. Sebelum sakit, ibunya adalah sosok yang mandiri. Bekerja di sebuah kantor pengacara. Setiap pulang kerja, selalu menempatkan kebutuhan tiga anak yang ikut dengannya sebagai prioritas.

Intan juga rajin mengajari apapun kepada tiga anaknya itu. Bahkan dari didikan ibunya, Faisal ketika SMA bisa sambil ikut pelatihan kerja, dan ketrampilan itu yang membawanya bekerja di sebuah mal saat ini.

"Saya memasak di mal. Saya juga paham keadaaan ayah saya. Hingga suatu saat ada teman saya meminta izin untuk share keadaan ibu di komunitas. Saya bingung tapi saya mengangguk. Baru semalam di-share, saya ditelepon Bu Anne Avantie dan langsung didatangi dengan membawa ambulans untuk dirawat di Semarang," kata Faisal.

Kini Intan sudah dirawat di Rumah Sakit Elisabeth Semarang. Ia masuk bukan dengan jaminan BPJS. Namun, Kepala Ruangan Magdalena Daemen, dr Yohannes Dona menyebutkan bahwa tak ada bedanya perlakuan antara pasien BPJS ataupun umum.

Sabtu, 9 Desember 2017, Intan tiba di RS Elisabeth dan langsung mendapat perawatan. Namun Faisal sedih. Dua bocah yang juga merawatnya juga sedih. Sudah mendapat perawatan medis namun mereka tetap bersedih.

"Iya. Sejak sabtu sampai hari ini ibu belum sadar. Berarti sudah empat hari tidak sadar," kata Faisal.

Tangannya mengelus rambut dua adik perempuannya. Yang dielus menggelendot manja, seperti seekor kucing yang dibelai pemiliknya.

Dokter Yohanes Dona yang merawat tak bersedia merinci penyakit yang diderita Intan. Sekilas ia hanya menyebutkan bahwa dari cairan luka yang ada, ketika diperiksa positif terkena kanker.

"Maaf ini masalah kode etik. Tapi saya hanya bisa menyampaikan sedikit bahwa ibu Intan positif terkena Ca yang sudah menyebar dan saat ini ada di stadium akhir," kata dokter Yohannes.

Lalu apakah mereka berputus asa?

 

3 dari 3 halaman

Putus Asa?

Untuk mencegah putus asa, Anne Avanti yang membawa Intan ke rumah sakit kemudian menghubungi Direktur Sido Muncul, Irwan Hidayat. Tanpa menunggu lama, Irawan Hidayat langsung menuju rumah sakit dan menyerahkan bantuan. Sebelum bantuan diserahkan, Irwan banyak berdiskusi dengan dokter dan perawat ruangan.

"Saya tahu saat ini ibu Intan sudah stadium akhir dan secara medis berat untuk sembuh. Tapi saya tersentuh melihat anak-anak kecil ini mengambil inisiatif. Dua bocah ini bisa berbagi tugas dengan kakaknya yang harus bekerja di kota lain," kata Irwan Hidayat.

Selain tersentuh inisiatif dua bocah yang merawat ibunya tanpa mengeluh, Irwan juga menilai bahwa dengan dibawa ke rumah sakit, baik pasien maupun keluarganya lebih tenang dan lebih gembira. Hal itu diharapkan bisa mendatangkan keajaiban.

"Makanya saya pesan kepada dokter, agar menghemat apa yang bisa dihemat karena bu Intan kan bukan pasien BPJS," kata Irwan usai menyerahkan bantuan senilai Rp 200 juta melalui Yayasan Wisma Kasih Bunda yang dikelola Anne Avanti.

Anne mengaku nekad menghubungi Irwan Hidayat meski sudah tahu kondisi pasien yang ada di stadium akhir. Sikap nekadnya itu atas dorongan dari Irwan Hidayat juga.

"Pak irwan bilang nekat saja kalau mau menolong. Selebihnya biar tangan Tuhan yang bekerja," kata Anne.Direktur PT Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat menyerahkan bantuan pengobatan Rp 200 juta kepada Intan Guswanti, penderita kanker stadium akhir. (foto :Liputan6.com/edhie prayitno ige)Intan Guswanti kini sudah dirawat di Rumah Sakit. Dua bocah malang itupun tetap tak mau beranjak dari sisi ibunya yang tak sadar. Kakaknya juga terlihat sibuk, menyiapkan logistik kedua adiknya. Namun Anne Avantie dan Irwan Hidayat berkomitmen untuk mengembalikan kakak beradik Maudi Aulia Jasmine (9) dan adiknya Maura Aurelia Jasmine (8) ke dunianya. Dunia anak-anak yang bersekolah.

Intan sendiri masih berada dalam labirin ketidaksadaran yang melelapkan. Tetes demi tetes darah karena menjalani transfusi seperti tak berpengaruh apapun. Selang oksigen yang terpasang, membantunya bisa bernafas teratur.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.