Sukses

Merangin Gelar Festival Geopark Berusia 350 Juta Tahun

Di tengah maraknya aksi penambangan emas liar, geopark Merangin tengah diperjuangkan agar diakui menjadi situs dunia oleh UNESCO.

Liputan6.com, Jambi - Gelaran wisata alam kembali dilaksanakan di Jambi. Kali ini berada di Kabupaten Merangin. Di daerah berjarak sekitar lima jam perjalanan darat dari Kota Jambi ini tengah dibuka festival geopark Merangin atau taman bumi yang disebut berusia 350 juta tahun.

Gelaran yang rencananya menjadi ajang tahunan ini resmi dibuka oleh Wakil Gubernur Jambi, Fachrori Umar pada Senin, 11 September 2017. Dengan Festival Pesona Geopark Merangin Jambi 2017 itu, Pemkab Merangin bertekad menjadikan geopark yang terbagi dalam empat bagian itu makin mendunia dan dapat diakui oleh UNESCO.

"Agar festival ini sukses, mendunia dan diakui UNESCO saya berharap seluruh elemen mendukung. Begitu juga masyarakatnya," ujar Fachrori Umar saat membuka Festival Geopark Merangin.

Selain itu, ia juga berharap dengan festival tersebut makin menambah wawasan pengetahuan masyarakat akan budaya dan wisata di Jambi. Gelaran tersebut juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat dan mendongkrak kunjungan wisata ke Provinsi Jambi.

Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis, Kementerian Pariwisata, Tazbir mengatakan, sangat mengapresiasi dan mendukung langkah Pemprov Jambi dan Pemkab Merangin untuk terus mengangkat potensi wisata, khususnya geopark Merangin.

"Sebelum acara saya sudah berkeliling kemarin. Potensi Geopark Merangin sangat bagus, alamnya bagus. Ada danau, guanya banyak, ada juga batu sungkai," ujar Tazbir.

Sementara itu, Bupati Merangin, Alharis menjelaskan, Geopark Merangin sudah diakui secara nasional dan masuk dalam jaringan geopark nasional sejak 2014 lalu. "Harapan dan mimpi saya adalah geopark Merangin bisa mendunia dan diakui UNESCO," ucap Alharis.

Saksikan video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ladang Ilmu Evolusi Bumi

Geopark Merangin resmi menjadi anggota geopark nasional pada 25 September 2013 bersama lima kawasan lain, yaitu Danau Toba (Sumatra Utara), Gunung Rinjani (Nusa Tenggara Barat), Raja Ampat (Papua), Kawasan Kars Sewu (Jawa Tengah) dan Green Canyon (Jawa Barat).

Lalu pada Desember 2015, sejumlah peneliti UNESCO dipimpin salah satu petinggi Global Geopark Network (GGN), Guy Martini turun langsung untuk melihat salah satu taman bumi terindah di Indonesia dan disebut tertua di Asia itu.

Maraknya aksi penambangan emas liar di sejumlah kawasan yang masuk wilayah Geopark Merangin diduga menjadi salah satu alasan kenapa UNESCO belum juga mengakui geopark Merangin menjadi situs geopark dunia. Guy Martini juga menyampaikan jika ingin diakui oleh UNESCO, Geopark Merangin butuh banyak pembenahan.

Geopark Merangin diperkirakan berumur 350 juta tahun. Karena itu, tempat tersebut menjadi ladang riset utama para geolog dunia dalam mempelajari evolusi bumi. Diperlukan waktu sekitar enam jam perjalanan darat dari Kota Jambi Untuk menuju kawasan ini.

Geopark ini cukup banyak peninggalan fosil kayu, tumbuhan, serta kerang-kerangan yang tercetak membatu di batu endapan lava dan abu vulkanik gunung purba. Fosil-fosil di Merangin itu tersebar di sepanjang Sungai Batang Merangin dan Mengkarang. Fosil-fosil tersebut juga terdapat di dalam tanah.

Geopark Merangin terbagi atas empat bagian. Keempatnya adalah Paleobotani Park Merangin, Highland Park Kerinci, Geo-Cultural Park Sarolangun, dan Godwana Park Pegunungan Bukit Tiga Puluh yang masuk wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat di Jambi.

Paleobotani Park Merangin terbagi atas tiga zona. Yakni, zona tangkapan (gerbang utama) di kawasan Kota Bangko, Ibu Kota Kabupaten Merangin, zona inti geoconservation, bioconservation, cultural, dan conservation serta zona penyangga yang merupakan daerah sepanjang daerah aliran sungai (DAS).

Luas Paleobotani Park Merangin adalah 1.551 kilometer persegi yang terbagi atas dua zona. Zona pertama disebut geoconservation yang terbagi menjadi dua blok. Yakni, kawasan Jambi Flora yang meliputi Desa Air Batu hingga Desa Biuku Tanjung serta kawasan Kars Sengayau di Sungai Manau dan Kars Jangkat. Kars Sengayau meliputi 13 gua yang pernah ditempuh masyarakat setempat selama 12 hari.

Zona kedua disebut bioconservation. Yakni, kawasan hutan lindung dan hutan adat di Merangin. Salah satunya, Hutan Adat Guguk di Desa Guguk, Kecamatan Renah Pembarap. Hutan Guguk memiliki luas sekitar 690 hektare.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.