Sukses

Menikmati Indahnya Pagi di Pantai Ogis dengan Ombak 7 Hantu

Jangan bayangkan Pantai Ogis berada di tepi laut. Pantai yang satu ini justru berada di sungai dengan bentangan luas melebihi pantai umumnya

Liputan6.com, Pelalawan - Mendengar kata pantai, yang terbesit dalam pikiran adalah pinggiran laut dengan ombaknya yang saling berkejaran. Namun bagaimana jika pantai itu terdapat di pinggiran sungai dengan bentangan luas hampir atau bahkan melebihi pantai pada umumnya?

Di Riau, ada salah satu pantai yang terdapat di pinggiran Sungai Kampar. Terdapat pula ombak yang saling berkejaran ke tepian, bahkan terkadang melebihi ombak pantai pada waktu-waktu tertentu.

Nama pantai ini dinamai Ogis, terletak di Kelurahan Teluk Meranti, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau. Hamparan pasir putih ini merupakan bagian Semenanjung Kampar di sungai itu dan bermuara ke sebuah teluk hingga ke Selat Malaka.

Pantai ini menjadi buruan pelancong dari berbagai daerah, baik untuk menikmati terbit ataupun terbenamnya matahari. Mata kian dimanjakan dengan hamparan lebat tropis yang sangat luas di kedua sisi sungai tersebut.

Menyaksikan matahari terbit ataupun tenggelam ditambah dengan aktivitas nelayan sekitar bisa menjadi objek foto yang menakjubkan bagi pengunjung.

Hanya saja, dalam bulan-bulan tertentu pantai ini tidak bisa dimasuki pengunjung. Naiknya debit air dari hulu menuju hilir sungai, ditambah dengan pasang laut akan menimbulkan ombak hingga 8 meter.

Pasang laut masuk ke hilir sungai beradu dengan arus sungai dari hulu sehingga menimbulkan ombak yang dikenal dengan tujuh hantu atau seven ghosts. Tidak akan ada nelayan yang berani turun ke sungai, karena gulungan ombak tujuh lapis berlangsung hingga 40 menit sekali datang dan menyapu bersih aliran sungai.

Dulunya, ombak yang terkenal dengan nama Bono ini menjadi ketakutan sendiri bagi nelayan, pedagang, serta pelaut di daerah ini. Lebih ganas dari ombak di pantai, ombak ini siap menggulung benda-benda yang berada di depannya.

Namun belakangan, ombak bono menjadi buruan bagi para peselancar untuk menguji nyali dan ketangkasan menari di atas air. Pemerintah daerah juga sudah menyiapkan acara datangnya ombak ini dengan istilah Bekudo Bono (berkuda di atas Bono).

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Waktu Kunjung Terbaik

Waktu terbaik berkunjung untuk menikmatinya yaitu sekitar November dan Desember. Anda disarankan untuk menggunakan jasa operator yang berpengalaman atau orang yang mengetahui kondisi setempat.

"Datangnya ke sini yang paling tepat itu ketika bulan besar atau bulan penuh. Bisanya mulai dari November hingga Desember. Itu ombaknya sangat besar," kata Effendi, seorang masyarakat yang ditemui di lokasi, Jumat 18 Agustus 2017.

Menurut Effendi, mulai terciumnya potensi wisata Bono dan Pantai Ogis di kelurahan ini memberi perkembangan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Masyarakat mulai menyediakan penginapan, berbagai ragam kuliner dan kenang-kenangan dari kerajinan tangan.

"Pada saat musim Ombak Bono, Teluk Meranti akan ramai dikunjungi wisatawan," kata Effendi.

Dari berbagai festival Bakudo Bono yang dilakukan pemerintah, fenomena alam ini menjadi buruan peselancar mancanegara. Tujuh lapis ombak mematikan sangat menantang bagi para peselancar dunia dan bisa menjadi destinasi impian bagi para peselancar.

"Peselancar dari luar negeri sering datang ke sini kalau Ombak Bono datang. Mereka menginap di wisma-wisma pinggiran sungai yang disediakan warga. Ada juga yang menginap di rumah warga sekitar," kata Effendi.

Dengan pemaparan ini, tidak ada salahnya mencoba menikmati pemandangan di Pantai Ogis atau sekalian mencoba tantangan berselancar di Ombak Bono atau tujuh hantu.

"Khusus ombak biasnya disaat bulan besar atau penuh, sekitar November hingga Desember," kata Effendi.

Untuk mencapai Pantai Ogis, wisatawan dari Pekanbaru harus menempuh jalur Lintas Timur Sumatera, kemudian masuk ke Pangkalan Kerinci hingga sampai ke daerah Kecamatan Bunut. Perjalanan dilanjutkan dengan menempuh jalan berbatu dan tanah hingga lima jam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.