Sukses

Dinkes Gagal Bujuk Guru Ngaji Lumpuh Berobat ke Rumah Sakit

Ia berjanji menjamin biaya perawatan akan gratis, meski Sugiarto tak terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional.

Liputan6.com, Banyumas - Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, gagal membujuk Sugiarto, sang guru ngaji lumpuh yang mengajar belasan santrinya dari tempat tidur.

Kepala Dinkes Banyumas, Sudiyanto mengklaim awal pekan ini, dia secara khusus menugaskan Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan untuk menemui pria berumur 39 tahun itu agar mau dirawat di rumah sakit. Namun, Sugiarto menolak.

Warga Dukuh Pucung, Desa Karangbawang, Kecamatan Ajibarang, itu memilih untuk dirawat di rumahnya sendiri. “Pak Sugiarto menolak. Saat itu, kepada kabid saya, beliau mengatakan apa pun yang terjadi akan tetap di rumah dan tidak mau dirawat di rumah sakit,” kata Sudiyanto kepada Liputan6.com, Rabu, 16 Agustus 2017.

Sudiyanto beranggapan, tingkat kepasrahan Sugiarto kepada Yang Mahakuasa (Tuhan) memang sudah di atas rata-rata orang biasa. Hal itu terbukti dari perjuangannya mengajar anak-anak sejak 17 tahun lalu dari tempat tidurnya.

"Saya membedakan antara putus asa dengan pasrah ya. Saya kira, beliau ini tingkat kepasrahannya kepada Yang Mahakuasa memang sudah luar biasa," dia menerangkan.

Akan tetapi, Sudiyanto pun mengaku tak akan menyerah untuk membujuk Sugiarto agar mau dirawat di rumah sakit. Dia berencana akan berkunjung langsung ke rumah Sugiarto dan berusaha bicara dari hati ke hati. Selain itu, ia pun akan mendekati keluarga Sugiarto agar turut membujuk pria yang tinggal dengan ibunya itu.

"Ya mungkin pendekatan pertama gagal. Tapi saya yakin masih ada jalan lainnya. Mungkin juga pendekatan ke orang-orang terdekatnya," dia menjelaskan.

Ia pun mengaku belum tahu apa yang akan dilakukan dokter untuk berupaya menyembuhkan Sugiarto. Sebab, sejak belasan tahun lalu, Sugiarto tak pernah diperiksa oleh dokter spesialis. Itu sebabnya, nantinya, jika bisa dirawat di rumah sakit, Sugiarto akan diobservasi total. Sugiarto rencananya akan dirawat di RSUD Margono Purwokerto, rumah sakit yang memiliki fasilitas terlengkap di Jawa Tengah.

"Saya sendiri belum tahu penanganannya akan seperti apa. Yang jelas, lumpuhnya itu kan karena kecelakaan 17 tahun yang lalu itu. Nanti yang akan menentukan tindakan dokter spesialis,” ujar dia.

Ia pun menjamin biaya perawatan akan gratis, meski Sugiarto tak terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), seperti BPJS maupun Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Dia berjanji akan mengupayakan jaminan kesehatan yang terintegrasi dalam skema Jamkesda.

Sosok seperti Sugiarto, yang berjuang untuk pendidikan anak-anak, menurut Sudiyanto, patut diutamakan untuk mendapat jaminan kesehatan. "Di daerah kan ada. Itu bisa kita usulkan untuk kasus-kasus tertentu," Sudiyanto menambahkan.

Sementara ini, kata Sudiyanto, yang bisa dikerjakan oleh Dinas Kesehatan adalah menugaskan petugas kesehatan Puskesmas Ajibarang untuk berkunjung rutin dua kali sepekan. Lewat petugas itu pula, Dinkes berupaya melakukan pendekatan terus-menerus agar Sugiarto mau dirawat di rumah sakit.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tetap Ceria

Ketika Liputan6.com berkunjung ke rumahnya, pekan lalu, Sugiarto tampak tegar. Dengan sabar dia mengajari anak-anak yang baru belajar membaca huruf Arab hingga yang sudah tartil membaca Alquran. Dia pun tampak ceria berada di tengah santri-santri ciliknya.

Bahkan, ketika difoto bersama pun, Sugiarto tak canggung tersenyum. Di wajahnya tak tampak sekalipun semburat kesakitan maupun penderitaan. Padahal, seperti dituturkan ibunya, Sitem, bagian tertentu Sugiarto sudah mulai mengeluarkan bau tak sedap. Terutama, di bagian yang tak bisa digerakkan dan selalu dalam keadaan tertutup, seperti punggung hingga pinggul.

"Tidak ada kesulitan. Saya tetap bisa mengajar mengaji sebisa saya," ujar Sugiarto.

Sugiarto berharap apa yang dilakukannya berguna untuk masyarakat. Dia pun berdoa semoga anak-anak yang diajarinya mengaji memiliki karakter dan menjadi orang-orang baik saat dewasa kelak. Impiannya hanya satu, berbuat baik dengan tetap mengajar mengaji hingga ajal menjemput.

"Saya berharap agar bisa mengajar mengaji, sampai Allah berkehendak. Sampai Allah memanggil," ucapnya.

Adapun sang Ibu, Sitem (60) mengaku tak lagi memiliki biaya untuk mengobati Sugiarto. Sugiarto, hanya mau meminum obat selama empat tahun setelah peristiwa kecelakaan yang menyebabkan lumpuh. Setelah itu, kadangkala, Sugiarto hanya minta diseduhkan jamu tradisional bila tubuhnya sakit.

"Itu kalau Sugiarto meminta. Selain itu, dia tidak pernah minta berobat. Sangat sabar. Sudah pasrah," tutur Sitem. Kelopak matanya yang keriput digenangi air mata.

Dia pun mengaku tak memiliki BPJS atau kartu Jamkesda, sehingga tak bisa berobat ke rumah sakit. Itu sebabnya, dia sebenarnya berharap ada pihak yang mau mengulurkan tangan untuk membantu proses pengobatan Sugiarto dan memenuhi kebutuhan Sugiarto sehari-hari.

Sitem mengatakan, meski mengajar mengaji belasan anak tiap sore, Sugiarto tak menetapkan iuran. Ngaji itu gratis tanpa dipungut biaya apa pun.

"Memang perjuangannya luar biasa. Dalam keadaan seperti ini, anak saya tetap mengajar. Sudah 17 tahun," ujar Sitem.

Sitem menambahkan, Sugiarto sebenarnya pernah berumah tangga dan memiliki seorang anak. Namun, sang istri menggugat cerai ketika mengetahui Sugiarto lumpuh dan membawa anak semata wayangnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.