Sukses

Menyusuri Angkernya Jalur Kabur Napi Nusakambangan

Napi Nusakambangan yang kabur itu diduga sudah mengetahui seluk-beluk jalur angker di pulau terpencil itu karena sering menggembala sapi.

Liputan6.com, Cilacap - Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM) dan kepolisian belum menemukan titik terang keberadaan Kadarmono, napi Lapas Permisan, Pulau Nusakambangan, Cilacap, yang kabur Senin pekan lalu, 19 Juni 2017, saat menggembala sapi. Hingga sepekan pencarian, keberadaan Kadarmono masih diliputi teka-teki.

Jika dia masih berada di Pulau Nusakambangan, bagaimana dia bertahan hidup di hutan Nusakambangan yang angker? Sementara, jika dia telah keluar Pulau Nusakambangan, bagaimana dia melakukannya?

Koordinator Lapas se-Nusakambangan dan Cilacap, Abdul Aris, mengakui pihaknya mengalami kesulitan menemukan jejak Kadarmono lantaran yang bersangkutan paham dengan jalur-jalur yang ada di Nusakambangan. Selama dua tahun terakhir, Kadarmono memang menjadi tahanan pendamping (tamping) penggembala hewan ternak.

"Minimal tahu jalur-jalur luar itu, sudah tahu dia. Apa dia komunikasi dengan orang-orang, penduduk situ, karena dia menggembala sapi itu. Keluar masuk hutan, dia harus tahu. Makanya agak berat kita mencarinya, tetapi kita upayakan," kata Abdul Aris kepada Liputan6.com, Senin, 26 Juni 2017.

Pencarian sudah sampai ke ujung barat Nusakambangan di Selok Jero. Namun, belum ditemukan tanda-tanda keberadaan Kadarmono. "Sekarang pencarian, informasi terakhir di Selok Jero. Dicari sampai ke situ," katanya.

Dia mengatakan, ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, Kadarmono masih berada di Pulau Nusakambangan dan bertahan hidup dengan dengan bekal yang dibawanya. Pasalnya sehari sebelum kabur, Kadarmono membeli 30 bungkus roti di sebuah warung kompleks Lapas.

"Jejak bekas bungkus roti yang dibeli sebanyak 30 bungkus, tidak ketemu jejaknya," ujarnya.

Aris menduga, Kadarmono juga mampu bertahan hidup dengan memakan buah-buahan yang banyak terdapat di Pulau Nusakambangan, seperti kelapa. "Pintar memanjat dia," ungkapnya.

Kemungkinan lainnya, ujar Aris, Kadarmono berhasil keluar dari Pulau Nusakambangan. Jika keluar, Kadarmono diduga menuju Klaces, kawasan Laguna Segara Anakan, yang posisinya hampir berhimpitan dengan Pulau Nusakambangan. Dari Klaces, Kadarmono menuju Pangandaran.

Itu sebab, kata Aris, petugas juga menyebar foto Kadarmono, napi yang kabur dari Nusakambangan. Sosialisasi diberikan kepada masyarakat Kampung Laut dan kelompok nelayan. Pengawasan terhadap kapal yang lalu lalang di perairan Nusakambangan dan Laguna Segara Anakan juga diperketat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sapi-Sapi Ditemukan di Tengah Hutan

Menurut Aris, Kadarmono tidak mungkin kabur dari Pulau Nusakambangan tanpa bantuan orang lain. Sebab, untuk keluar dari Nusakambangan harus menggunakan perahu. Sementara, jalur resmi antara Dermaga Sodong menuju Wijayapura tak mungkin digunakan karena sudah disterilisasi begitu diketahui ada napi yang kabur.

"Masalahnya begini lo, karena, kalau lewat Dermaga Sodong ke Wijayapura sih tidak, mungkin dia lewat jalur-jalur luar ke Klaces, bisa-bisa juga ke Pangandaran, kan," ujarnya.

Aris mengemukakan, pencarian Kadarmono ini berbeda dengan upaya pencarian dua napi Lapas Batu yang kabur 26 Januari 2017 lalu. Pada waktu itu, dua orang napi penghuni Lapas Kelas I Batu, yakni Syarjani Abdullah (40), terpidana seumur hidup kasus narkoba, dan M Husein (43), yang divonis kurungan 13 tahun kabur dari Lapas. Mereka melompat keluar pagar dari pos pengawas yang kebetulan sedang tidak dijaga.

Kedua napi tersebut dipastikan buta peta Nusakambangan dan kabur tanpa persiapan bertahan. Kedua napi akhirnya ditemukan di komplek Gudang Lapas Batu sepekan setelah kabur, Senin pagi, 30 Januari 2017.

"Kalau yang napi kabur Lapas Batu itu karena dia bingung mentok sana-mentok sini. Tetapi, kalau yang ini (Kadarmono) paham jalan. Cuma, kalau tidak dibantu orang, dia akan susah keluar juga," tuturnya.

Kadarmono adalah napi kasus perampokan yang divonis 14 tahun penjara. Napi asal Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, pertama kali diketahui hilang saat apel para tamping Senin siang sekira pukul 13.00 WIB. Kemudian, saat jam batas masuk Lapas pukul 16.00 WIB, Kadarmono beserta sapinya juga tak kembali ke tempat.

Malam harinya, pencarian langsung dilakukan bekerja sama dengan Kepolisian Sub Sektor Nusakambangan Polres Cilacap. "Pencarian langsung dilakukan begitu sapinya ketemu di tengah hutan sekitar pukul 20.30 WIB malam. Sapinya ketemu, tapi penggembalanya tidak ada," kata Aris.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.