Sukses

Test Pack Salmonella, Pengecek Bakteri Berbahaya dalam Sekejap

Dengan alat mirip test pack, hasil identifikasi bakteri Salmonella dalam makanan bisa diketahui dalam waktu 1-2 menit.

Liputan6.com, Malang - Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan alat pendeteksi bakteri Salmonella dalam kandungan bahan makanan yang diberi nama Pilator.

Menurut salah seorang penemu Pilator FTP UB, Maria Florencia Puspitasari Schonherr (THP 2014), sebagaimana test pack kehamilan, detektor bakteri Salmonela karya mahasiswa FTP ini juga menerapkan prinsip biosensor.

"Sebenarnya, prinsip yang kami gunakan sejenis dengan test pack kehamilan. Hanya saja jika test pack kehamilan menunjukkan hasil berbentuk garis, alat kami ini menunjukkan perubahan warna," tuturnya di Malang, Jawa Timur, Kamis, 25 Mei 2017, dilansir Antara.

Penggunaan Pilator ini tidak memerlukan pengujian yang rumit maupun alat mahal. Hanya dengan meneteskan sampel ke alat, akan terdeteksi apakah pada bahan pangan tersebut mengandung Salmonella atau tidak.

Namun demikian, hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium itu menunjukkan bahwa alat ini terbukti cepat dan akurat. Keakuratan dari teknologi ini dipastikan dengan melakukan uji selektivitas, uji LOD, dan uji linieritas.

"Kami optimistis alat ini bermanfaat di masyarakat. Sebab, deteksi Salmonella praktis seperti Pilator yang berbahan dasar kertas saring whatman #1 berukuran 5 x 3 x 1 cm ini bisa dibilang merupakan yang pertama di Indonesia," katanya.

Umumnya, kata Maria, deteksi Salmonella harus dilakukan di laboratorium atau menggunakan metode lain yang terbilang mahal dan lama karena kerumitannya. "Tetapi, alat ini sangat praktis dan efisien. Hanya tinggal meneteskan sampel dan dapat langsung diketahui hasilnya dalam 1-2 menit," ia menambahkan.

"Ke depan, Pilator ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, khususnya mereka yang bertanggung jawab terhadap keamanan pangan. Sehingga keamanan pangan di Indonesia benar-benar terjamin dan dapat meminimalisasi terjadinya foodborne disease," urainya.

Selain Maria, ada empat mahasiswa FTP lainnya bergabung dengan tim penemu alat deteksi Salmonela tersebut, yakni Sri Mursidah (TIP 2013), Ani Masruroh (THP 2014), Rika Anisa Anggraeni (THP 2014), dan Yunita Khilyatun Nisak (THP 2014).

Salah satu bakteri yang acapkali menjadi penyebab kasus foodborne disease adalah Salmonella yang dapat menyebabkan beberapa gejala, di antaranya gastroenteritis, demam enterik seperti demam tifoid dan demam paratifoid.

Terjadinya foodborne disease karena adanya bakteri patogen pada makanan. Makanan berbakteri itu kemudian dikonsumsi sehingga menyebabkan penyakit yang mengganggu kesehatan tubuh manusia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini