Sukses

Sambut Pagi dengan Wisata Edukatif di Museum Cokelat

Ada beberapa ruangan yang bisa dilihat pengunjung Museum Cokelat, mulai dari sejarah cokelat hingga produk cokelat di era terkini.

Liputan6.com, Yogyakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memang surganya wisata edukatif. Sejak pagi hingga sore hari, para pelancong dapat mengunjungi beragam museum. Mulai dari pertanian, budaya hingga kuliner. Satu di antara museum yang baru dibuka pada pertengahan Januari 2017 adalah Museum Cokelat.

Di museum yang terletak di Jalan Tugu Gentong Sribitan, Bangunjiwo, Bantul, DIY, pengunjung bisa mengetahui sejarah cokelat dari awal hingga saat ini.

Nurhayani selaku staf showroom Cokelat Monggo mengatakan, museum ini merupakan Museum Cokelat pertama yang ada di DIY. Museum ini dibangun oleh pemilik dari Cokelat Monggo asal Belgia Thierry Detournay.

Ada beberapa ruangan yang bisa dilihat pengunjung museum ini, mulai dari sejarah cokelat hingga produk cokelat di era terkini, termasuk Cokelat Monggo.

"Ada sejarah tentang cokelat dan sejarah Cokelat Monggo sendiri. Dari buah cokelat sampai dikonsumsi jadi makanan," ucap Nurhayani di Museum Cokelat, Bantul, Jumat, 31 Maret 2017.

Ani, begitu Nurhayani akrab disapa, menjelaskan di dalam museum ini pengunjung juga dapat melihat contoh cokelat dari berbagai negara. Selain itu juga ada mesin sangrai yang digunakan oleh Cokelat Monggo. Tidak hanya itu, para pengunjung dapat melihat langsung bentuk cokelat yang yang setelah dikeringkan.

"Ini cokelat asli, mas. Ini setelah dibersihkan lalu dikeringkan, ya seperti ini," ujar dia.

Pengunjung Museum Cokelat di Jalan Tugu Gentong Sribitan, Kabupaten Bantul, DIY, dapat mengetahui sejarah cokelat. (Liputan6.com/Yanuar H)

Ani menyebut dengan datang ke Museum Cokelat pengunjung akan tahu tentang sejarah awal cokelat dan pemanfaatannya. Seperti sejarah cokelat yang diawali dari Suku Olmec pada 1900-300 Sebelum Masehi. Selanjutnya, zaman Suku Maya, Aztec hingga ke Benua Eropa.

"Karena dipakai upeti Suku Maya ke Aztec, maka cokelat jadi barang mewah dan dipakai untuk mata uang. Jadi waktu itu ada kelinci ditebus dengan 30 biji (cokelat). Itu karena Suku Aztec yang memewahkan coklat," ujar dia.

Sementara saat ini museum dibuka mulai dari pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Saat ini untuk masuk museum masih gratis sampai waktu yang belum ditentukan. Menurut Ani, nantinya, setiap pengunjung akan dikenakan biaya per orang Rp 35 ribu. Namun, ia tidak mengetahui kapan biaya masuk itu akan dikenakan.

"Sementara saat ini masih free," ia menegaskan.

Pengunjung Museum Cokelat nantinya juga bisa mengunjungi showroom, kafe, dan tempat produksi cokelat yang saat ini masih dalam pengerjaan. Setelah para pengunjung selesai berkeliling masuk museum, mereka bisa datang ke showroom cokelat yang memiliki sekitar 50 varian cokelat yang bisa dipilih.

Pengunjung Museum Cokelat di Jalan Tugu Gentong Sribitan, Kabupaten Bantul, DIY, dapat mengetahui sejarah cokelat. (Liputan6.com/Yanuar H)

Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati paket eksperimen cokelat dengan biaya Rp 10 ribu. Pengunjung dapat bereksperimen membuat cokelat, lalu mendengarkan sejarah cokelat dan bisa menikmati contoh cokelat dari showroom.

"Cokelat monggo sudah punya banyak showroom, ada museum proses produksi, dan kafenya. Sudah enam showroom. Kalau kafe rilis di bulan Mei nanti," tutur Ani.

Sementara itu, salah satu pengunjung bernama Rani Vovalia mengaku sangat tertarik dengan adanya Museum Cokelat ini. Warga Kota Yogyakarta ini akhirnya tahu sejarah dan proses pembuatan cokelat. Bahkan, ia bisa praktik langsung membuat cokelat di sana.

"Menurut saya dengan adanya museum ini menarik ya. Ini kan pertama di Yogya. Selama ini kita tidak pernah tahu proses yang dijual. Dengan ini kita jadi tahu proses pembuatannya seperti apa," ujar Rani.

Pengunjung Museum Cokelat di Jalan Tugu Gentong Sribitan, Kabupaten Bantul, DIY, dapat mengetahui sejarah cokelat. (Liputan6.com/Yanuar H)

Ia mengaku hadirnya Museum Cokelat bisa jadi sarana edukasi bagi generasi muda. Mereka bisa mengetahui proses pembuatan dan belajar langsung membuat cokelat di tempat.

"Ini juga jadi pelajaran bagi anak anak, makanya saya ajak anak saya biar tahu. Kita tahu cokelat saat ini, ya itu itu aja. Ternyata, di sini banyak variannya. Ada berbagai rasa yang bisa dicoba," pengunjung Museum Cokelat itu memungkasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.