Sukses

Longsor Banjarnegara, Lima Menit Antara Hidup dan Mati

Longsor susulan di Banjarnegara datang saat warga kerja bakti membersihkan longsoran awal. Ini kisah seorang penyintas.

Liputan6.com, Banjarnegara – Kasum tak menyangka tebing yang ada di sampingnya akan runtuh kembali. Ia terdorong longsoran hingga terjengkang telentang. Tak sempat menghindar, tubuhnya tertimbun longsor.

“Saya terus membaca La Ilaha Illallah sambil menyingkirkan tanah yang menimpa tubuh saya,” kata Kasum, korban selamat longsor Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Minggu, 19 Juni 2016.

Ia tak menyerah. Tanah setebal 20 centimeter yang menimbun tubuhnya terus ia singkirkan. Lima menit ia pasrah di antara hidup dan mati.

Akibat longsoran itu ia menderita luka ringan. Bebatuan yang terjun bersama longsor mengenai tubuhnya. Tapi, nyawanya masih tertolong. “Saya sangat bersyukur bisa selamat dari longsor,” kata dia.

Sayangnya hal serupa tak terjadi pada tiga saudaranya. Tak bisa menyelamatkan diri, mereka tertimbun tanah dan ditemukan meninggal dunia.

Tiga korban meninggal akibat longsor di Banjarnegara itu yakni, Ahmad Hidayatulloh alias Wato (40), Sudarno Dasimin (45), dan Ahmad Bahrudin (40). Mereka bisa dievakuasi pada Sabtu 18 Juni 2016 pukul 21.23 WIB.

Rochmat, saksi peristiwa longsor mengatakan, warga setempat sedang kerja bakti membersihkan jalan yang tertutup longsor. Banyak bebatuan yang luruh terbawa longsoran ikut menutup jalan.

Tiba-tiba, tanpa sadar ada longsor susulan yang terjadi begitu cepat. Tiga orang tak bisa menyelamatkan diri.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Catur Subandrio mengatakan, total ada enam korban meninggal akibat longsor di Desa Gumelem Kulon. “Lokasinya terjadi di dua grumbul berbeda,” ia mengungkapkan.

Longsor Banjarnegara memakan korban jiwa (Liputan6.com / Aris Andrianto)

Tiga korban lainnya yakni Tariwen (52), Riatin Fauzi (10), dan Fina Sritanti (10). Ketiganya  dapat dievakuasi pada Sabtu 18 Juni 2016, pukul 22.30 WIB.

Ia mengatakan proses evakuasi terkendala oleh hujan, minimnya lampu penerangan, dan kondisi jalan menuju lokasi kejadian sangat berat karena harus berjalan kaki sejauh 8 kilometer dari pos komando di Balai Desa Gumelem Kulon.

Untuk mencapai lokasi longsoran memang membutuhkan perjuangan lebih. Jalan setapak yang sebagian berlumpur membuat sepeda motor rawan terjatuh karena longsor. Jalan kaki merupakan cara paling aman untuk mencapai lokasi.

Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jumlah korban longsor yang meninggal dunia mencapai 35 orang. Bencana meliputi 16 kabupaten di Jawa Tengah.

“Sebanyak 25 orang dinyatakan hilang, 14 luka-luka dan ratusan rumah rusak,” kata Sutopo.

Sedangkan kerugian ekonomi mencapai miliaran rupiah. Pencarian korban longsor pun masih terus dilakukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.