Sukses

Ini Tempat-Tempat Pemerkosaan Massal Bocah SD di Semarang

Salah satu gubuk tempat pemerkosaan massal bocah SD di Semarang sudah rata dengan tanah.

Liputan6.com, Semarang - Mendalami kasus kejahatan seksual terhadap bocah SD berusia 12 tahun di Semarang, hari ini tim Inafis Polrestabes Semarang dan Unit Perlindungan Anak dan Perempuan (PPA) Satreskrim Polrestabes Semarang mendatangi lokasi pemerkosaan yang tersebar di beberapa titik. Semua pemerkosaan dilakukan secara bergiliran.

Lokasi pertama adalah sebuah gubuk atau dangau di persawahan di Jalan Sugiono, Kelurahan Pedurungan Lor RT 2 RW 5, Kecamatan Pedurungan, Semarang. Saat ini, gubuk yang biasanya berfungsi untuk menjaga sawah dari serbuan burung itu sudah dirobohkan. Bahkan, areal persawahan di sekitarnya juga sudah diurug dan hendak dijadikan perumahan.

Sisa gubuk yang sudah dibongkar diletakkan di pinggir jalan. Petugas Inafis mendatangi lokasi bekas gubuk itu berdiri dan memotretnya, selanjutnya melihat sisa-sisa bongkaran gubuk.

Menurut Haryono, salah satu pekerja proyek di lokasi, tempat tersebut memang sering digunakan untuk nongkrong anak-anak muda. Kondisi gelap tanpa penerangan di malam hari rupanya dimanfaatkan untuk berbuat jahat.

"Tempat ini memang jadi tempat nongkrong di malam hari. Jadi motor di parkir di pinggir jalan tapi yang punya tidak ada," kata Haryono, Kamis (2/6/2016).

Lokasi kedua adalah depo pasir di Plamongan Sari Raya, Pedurungan Kidul RT 2 RW 7, Kecamatan Pedurungan, Semarang. Tempat penimbunan pasir ini memang berada di pinggir jalan. Pada malam hari, hanya ada beberapa ada warga yang melintas karena kondisinya gelap.

Di depo pasir ini pemerkosaan dilakukan di antara pepohonan pisang. Ketika peristiwa berlangsung, di lokasi itu ada kursi kayu besar dan panjang. Saat didatangi, kursi tersebut sudah tidak ada di lokasi.

Adapun lokasi ketiga tidak jauh dari depo pasir, yaitu rumah pemerkosa, NM, di Jalan Plamongan Sari RT 02 RW 12, Plamongan Sari. Di rumah tersangka yang masih buron ini, pemerkosaan dilakukan di kamar NM.

Salah satu gubuk tempat pemerkosaan massal bocah SD di Semarang sudah rata dengan tanah. (Liputan6.com/Edhie Prayitno Ige)

Menurut M Ikhsan, ayah tiri NM, dalam keseharian, NM bekerja sebagai pemulung atau serabutan lainnya. NM disebut memiliki banyak teman dan sering pulang malam, tapi Ikhsan mengaku putranya itu tidak pernah membawa korban dan perempuan lain ke dalam rumah.

"Saya kadang tidur di belakang, kadang di tempat laundry di depan itu (menunjuk ruko laundry di depan rumah). Kalau malam pasti pulang, makanya pintu jarang digembok. Dia (NM) juga bawa kunci cadangan," kata Ikhsan.

Kamar NM itu sebenarnya sempit. Selain kasur, ada TV 14 inch yang dilengkapi speaker aktif portable.

"Tidak tahu dia di mana sekarang. Sudah tidak bisa berkomunikasi lagi sejak sebelum ada polisi-polisi datang," kata Ikhsan.

Kedatangan para polisi ke lokasi-lokasi itu, menurut Kanit PPA AKP Kumarsini dilakukan untuk melengkapi berkas perkara dan meyakinkan penyidik. Sempat ada kesulitan di gubuk tempat pemerkosaan karena lokasinya sudah berubah.

"Kita kesulitan menemukan yang gubuk karena sudah diratakan pengembang, makanya kita harus datang ke TKP," kata Kumarsini.

Kasus kejahatan seksual yang menimpa anak berusia 12 tahun ini dilakukan 21 orang. Dari hasil penyelidikan polisi, ada delapan pelaku dan enam di antaranya sudah ditangkap. Tiga pemerkosa sudah dewasa, sedangkan lima lainnya masih anak-anak.

Masing-masing pemerkosa berusia dewasa adalah Wahyu Adi Wibowo (36), Johan Galih Dewantoro (19), dan Lutfi Adi Prabowo (19). Sedangkan, tiga pelaku di bawah umur berinisial IA (16), RS (17), dan MA (15).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini