Sukses

Soal Begal di Makassar, Ini Pesan Ketua MUI Sulsel

Maraknya kasus pembegalan bukan hanya pekerjaan rumah pemerintah dan kepolisian untuk membenahi moral dan kondisi masyarakatnya.

Liputan6.com, Makassar - Maraknya kasus pembegalan bukan hanya pekerjaan rumah pemerintah dan kepolisian untuk membenahi moral dan kondisi masyarakatnya. Namun hal itu juga menjadi PR masyarakat. Khususnya, peran orangtua dalam memperhatikan perkembangan anak agar lebih peduli terhadap anaknya.

Sebab, motif pembegal selama ini yang umumnya datang dari kalangan pelajar dan anak putus sekolah. Mereka tidak segan-segan melukai korban demi menguasai barang milik korban, yaitu gadget atau ponsel pintar, dan laptop.

Dari fenomena tersebut, tokoh agama sekelas Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel AGH Sanusi Baco pun angkat suara terhadap warga Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Ia meminta peran orangtua agar lebih bersabar dalam mendidik dan merawat anak-anaknya.

"Apa yang keluar dari anak itu asli dan tidak dibuat-buat, kalau ia menangis, tertawa itu semua asli. Jadi jangan dimarahi. Memang sebagai orangtua kita dituntut untuk lebih sabar menghadapi anak-anak kita," ucap Sanusi Baco dalam tausyiah memperingati Isra Mi'raj 1437 Hijriah di Kecamatan Wajo, Makassar, belum lama ini.

Haji Yunus, seorang tokoh masyarakat Kecamatan Wajo menjelaskan motif begal dan pembunuhan berencana adalah sama-sama mendapatkan barang berharga milik orang lain.

Hanya saja, kata dia, begal tak mengenal langsung korbannya. Sedangkan pembunuhan berencana lebih mengenal siapa korbannya.

"Kehadiran keduanya sama-sama karena faktor ekonomi dan juga faktor rasa iri dan dengki. Dan yang perlu dibangun adalah moralitas dan mental sportivitas manusianya," ujar Yunus terkait maraknya kasus pembegalan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.