Sukses

Top 3: Kepiluan Lelaki Sebatang Kara Bernama Rumah

Simak Top 3 News edisi Sabtu sore, 26 Maret 2016.

Liputan6.com, Makassar - Rumah hanya hidup sebatang kara. Untuk kebutuhan sehari-hari, warga Jalan Bontoloe, Kelurahan Kapasa, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan itu mengandalkan iba warga sekitar selama beberapa tahun terakhir.

Selain itu, kebakaran melanda Rutan Malabero Bengkulu, turut menyita perhatian banyak pembaca di Liputan6.com, terutama kanal Regional hingga Sabtu (26/3/2016) sore.

Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional.

1. Kisah Lelaki Sebatang Kara Bernama Rumah

Choo Kim Guan, pria berusia 77 tahun ini memang hidup sebatang kara di Blok 106, Jalan Bukit Merah, Singapura.

Lelaki tunanetra itu menyodorkan KTP-nya. Tertulis di kolom nama adalah Rumah. Ia adalah warga Jalan Bontoloe, Kelurahan Kapasa, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan. Ia memiliki kartu kendali beras miskin, program dari Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Makassar.

Meski tertulis bekerja sebagai petani, Rumah tak pernah benar-benar bekerja. Ia hanya sempat bekerja serabutan membantu mengurusi empang tetangga, tapi berhenti setelah empang itu dijual pemiliknya pada 2012 lalu. Hidupnya semakin susah sejak istrinya memutuskan pergi.

Karena itu, Rumah hanya hidup sebatang kara. Untuk kebutuhan sehari-hari, ia mengandalkan iba warga sekitar selama beberapa tahun terakhir.

"Saya memang buta sejak lahir, tapi yang bikin saya sakit hati karena istri saya pergi menikah dengan keluarganya," ujar Rumah kepada Liputan6.com, Kamis, 24 Maret 201

Selengkapnya baca di sini...

2. Rutan Malabero Bengkulu Terbakar, 256 Tahanan Dievakuasi

Api semakin meluas, terdengar teriakan ratusan tahanan dari dalam tembok penjara, sebagian berupaya melompat tembok pembatas setinggi 8 m.

Rumah Tahanan Negara (Rutan) Klas II B yang berlokasi di Kelurahan Malabero, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu, dilalap si jago merah pada Jumat malam.

Kepala kanwil Depkumham Provinsi Bengkulu Putu Dewa Gede mengatakan, berdasarkan laporan dari kepala rutan, api diduga berasal dari Blok D. Lalu menjalar ke hampir semua ruang tahanan, yang berisi 256 tahanan titipan kejaksaan maupun titipan kepolisian.

"Api dari Blok D dan saat ini sedang diupayakan pemadaman oleh unit bantuan pemadam kebakaran Kota Bengkulu," ujar Dewa, saat dihubungi di Bengkulu, Jumat (25/3/2016) malam.

Seluruh tahanan, kata Dewa, saat ini sudah dievakuasi ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Bentiring, yang berjarak 10 km dari rutan, dengan pengawalan aparat bersenjata laras panjang.

Selengkapnya baca di sini...

3. Tangkapan Nelayan Tak Laku Dijual, Tekanan Pasca-Insiden Natuna?

Nelayan Natuna mengaku senang menjual hasil tangkapan ke kapal-kapal asing karena sangat menghemat biaya transportasi. (Liputan6.com/Ajang Nurdin)

Junedi Syamsudin (65) mengaku tangkapan hasil lautnya beberapa hari ini melimpah ruah. Bukannya senang, nelayan Natuna, Kepulauan Riau itu justru bingung dan sedih. Ia mengaku tangkapannya tak laku sejak kapal-kapal asing tak lagi melintasi wilayah itu.

"Sekarang ikan hasil tangkapan banyak, tapi kepada siapa harus menjual," ujar Junedi kepada Liputan6.com, Sabtu (26/3/2016).

Hal senada diungkapkan nelayan Natuna lainnya, Rodhial Huda. Ia mengaku, pasca-insiden penangkapan kapal Tiongkok, ia kesulitan menjual ikan hasil tangkapannya karena tidak ada kapal-kapal asing yang datang langsung ke Natuna. Kedatangan kapal asing itu sangat membantu petani menghemat biaya transportasi.

"Nelayan tidak bisa menjual hasil tangkapannya keluar, selain tidak punya akses juga mengeluarkan biaya transportasi yang mahal," kata Rodhial.

Selengkapnya baca di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini