Sukses

Lokalisasi Gang Sadar Tetap Menggeliat Pasca-Penutupan Kalijodo

Meski beroperasi, PSK asal Kalijodo dilarang pindah praktik ke Gang Sadar.

Liputan6.com, Purwokerto – Ayu (21) baru saja bangun saat matahari tepat berada di atas ubun-ubun. Dengan malas, penghuni lokalisasi Gang Sadar itu menarik handuk yang dijemur di belakang indekosnya. Ia langsung masuk ke kamar mandi.

"Habis makan, nanti langsung kerja lagi," kata Ayu kepada Liputan6.com, Selasa, 1 Maret 2016.

Ayu merupakan satu dari 100 penghuni Gang Sadar yang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK). Lokasi Ayu tinggal terletak di bawah terminal lokawisata Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah. Gang itu dikenal masyarakat sebagai jalan untuk memuaskan libido pria hidung belang.

Dalam gang selebar 1 meter itu, berderet rumah kos di kanan kirinya. Di tempat itulah para PSK tinggal. Boleh dibilang, Gang Sadar merupakan tempat untuk tidur.

"Untuk transaksi dan eksekusi, tidak boleh dilakukan di dalam gang," kata Amir Pager, Presiden Paguyuban Penghuni Gang Sadar.

Seperti halnya Daeng Azis di Kalijodo, Amir adalah papi di gang itu. Ia menjadi penanggung jawab utama denyut kehidupan di gang sempit itu. Jumlah PSK yang diasuhnya kini berkurang dari 125 orang menjadi 100 orang.

Menurut Amir, berkurangnya jumlah PSK itu bukan karena mereka insaf. Namun, banyak PSK yang lebih memilih indekos di rumah warga sekitar. Mereka menganggap cara itu lebih mandiri dan tidak terikat dengan iuran keamanan dan tetek-bengek lainnya.

Rata-rata PSK datang dari luar kota. Paling banyak berasal dari Jawa Barat. Ada juga yang datang dari Semarang, Solo, Surabaya, dan bahkan dari luar Pulau Jawa.

Amir mengklaim para PSK itu datang atas kesadaran sendiri dan tanpa paksaan. Mereka menjadi kupu-kupu malam mayoritas karena sakit hati dengan mantan pacar mereka atau alasan ekonomi keluarga.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Saingi Pamor Baturraden


Amir bercerita, Gang Sadar mulai ada sejak 1970-an. Gang itu muncul untuk merespons keinginan berbeda wisatawan yang datang ke wilayah Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah. Apalagi, wilayah itu terkenal dingin karena berada di lereng Gunung Slamet.

Sejak saat itu, Baturraden mulai terkenal dengan wisata esek-eseknya dibandingkan keindahan alamnya. Amir menyebut banyak faktor yang membuat gang kecil itu selalu menjadi magnet.

Setengah berpromosi, Amir mengatakan PSK Gang Sadar digandrungi karena mereka relatif masih muda dan selalu ada muka baru dari luar daerah. Dengan daya pikat itu, bisnis PSK Gang Sadar tidak terpisahkan dari dunia pariwisata Baturraden.

Amir menyatakan ribuan warga ikut menikmati perputaran uang dalam bisnis itu, mulai dari tukang ojek, germo, penjual makanan, pemilik vila, hotel dan sopir taksi. "Kalau Gang Sadar ditutup, ribuan orang akan kehilangan mata pencaharian," klaim Arif.

Pasca-penutupan Kalijodo

Penutupan lokalisasi Kalijodo, Jakarta Utara, juga diantisipasi oleh Amir. Lelaki paruh baya itu semakin ketat mengawasi pengunjung Gang Sadar satu per satu.

"Takutnya ada eksodus PSK Kalijodo ke Gang Sadar, makanya harus diawasi," ujar Amir.

Sebagai presiden lokalisasi terbesar di Banyumas, ia tegas menolak jika ada PSK Kalijodo yang pindah praktik ke Gang Sadar. Saat ini, kata dia, pendataan dilakukan setiap waktu agar setiap penghuni baru bisa terdeteksi.

Ia cukup lega karena situasi di Gang Sadar cukup kondusif. Saat ini, PSK yang tinggal di Gang Sadar mencapai 100 orang. Sebagian besar mengaku berasal dari Jawa Barat.

"Sekitar 70 persen penghuni di Gang Sadar berasal dari Jawa Barat. Sisanya berasal dari wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan ada juga yang berasal dari luar Pulau Jawa," ujar Amir.

Kekhawatiran eksodusnya PSK eks Kalijodo juga tercium Pemerintah Kabupaten Banyumas. Mereka kini sedang mendata PSK untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya PSK Eks Kalijodo.

"Dari hasil pantauan kami, belum ditemukan adanya PSK eks Kalijodo yang masuk Banyumas," kata Kepala Seksi Operasi Pengawasan dan Pengendalian Satuan Polisi Pamong Praja Banyumas, Nunus Danianto.

Untuk antisipasi, mereka menggelar operasi rutin. Ia mengklaim PSK yang ada di Banyumas berkurang. Hal tersebut, kata dia, karena operasi rutin yang digencarkan Satpol PP beberapa waktu belakangan dan dinilai berefek jera.

"Sekarang jumlahnya relatif turun. Dari hasil operasi kemarin, kami telah mengirimkan sekitar 80 PSK ke panti rehabilitasi di Solo. Perkembangan mereka kami pantau terus agar sepulang dari Solo tidak kembali lagi ke dunia itu," ucap Nunus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini