Sukses

Retakan 60 Meter Rusak 12 Rumah di Cilacap, 6 Keluarga Direlokasi

Liputan6.com, Cilacap - Desember 2017, gerakan tanah atau longsor mulai dirasakan oleh warga Dusun Pamuntuan Desa Cijati Kecamatan Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah. Lantai sejumlah rumah rusak bergelombang ringan.

Warga mengira, gerakan tanah itu telah berhenti. Sebabnya, sejak puluhan tahun lalu, warga Dusun Pamuntuan telah tinggal di lereng yang masih terhitung landai itu. Kondisinya, aman-aman saja.

Tetapi, gerakan tanah rupanya tak berhenti saat itu, Curah hujan yang tinggi sejak Desember hingga Maret 2018 ini, setidaknya menyebabkan tiga kali gerakan tanah susulan.

Imbasnya, dua rumah rusak berat. 10 lainnya, rusak sedang dan ringan. Totalnya, 12 rumah rusak dalam bencana gerakan tanah di Dusun Pamuntuan, Cijati, Cilacap.

Tembok retak dan plafon ambrol. Lantai pecah, ambles. Genteng-genteng rumah terpaksa diturunkan total.

Dikhawatirkan beban genteng akan semakin mempercepat kerusakan. Sungguh situasi yang amat berbahaya jika ditempati.

Saking rusaknya, enam rumah di antaranya tak layak lagi ditempati. Dikhawatirkan rumah ambruk dan menimpa penghuninya. Akhirnya, penghuni rumah diungsikan.

“Itu ada Pak Rusnadi, Ibu Darmi, Ibu Carmuti, Suratno, Dede Santosa, Pak Daryanto,” kata Kepala Desa Cijati, Eko Rusdiyanto saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 20 Maret 2018.

Tak nyaman mengungsi ke tetangga dalam waktu yang cukup lama, keenam korban bencana gerakan tanah itu akhirnya direlokasi. Warga bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) membuat rumah relokasi di sekitar Dusun Pamuntuan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Retakan 60 Meter Hantui 35 Keluarga

Jaraknya tak terlampau jauh dari lokasi bencana, berkisar antara 100 meter hingga 150 meter. Lima keluarga dibuatkan rumah hunian. Adapun satu keluarga lainnya menempati rumah kosong.

“Kalau ukurannya cukup layak disebut rumah. Tapi bahannya sederhana kayu dan bambu,” dia menjelaskan.

Gerakan tanah juga menyebabkan satu gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri rusak. Lantai dan tembok gedung retak-retak.

Di sekolah ini, ada 120 siswa dari Dusun Pamuntuan dan Karangwangi dan dusun lainnya. siswa masih belajar seperti biasanya lantaran hanya rusak ringan.

Di atas permukiman penduduk, pula muncul retakan sepanjang 60 meter dengan titik ambles antara 50 centimeter hingga satu meter. 35 kepala keluarga yang terdiri dari 115 jiwa pun terancam.

“Kami sudah menutup rekahan tanah. Kemudian juga mengimbau agar warga selalu waspada kalau turun hujan lebat,” Eko menuturkan.

3 dari 3 halaman

Usulan Survei Geologi untuk Opsi Relokasi

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) wilayah Majenang, Edy Sapto Priyono menduga, gerakan tanah yang terus berlangsung juga disebabkan oleh keberadaan mata air di atas permukiman penduduk.

Alur air yang mengalir tersebut diduga juga ada di dalam tanah dan menyebabkan berat tanah bertambah. Akhirnya, longsor atau gerakan tanah pun mudah terjadi.

“Struktur tanah di daerah ini juga labil. Mudah bergerak,” Edi menambahkan.

Edi mengklaim telah berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Cijati untuk menanggulangi bencana ini. Ia juga menyarankan agar Pemdes membuat surat pengajuan survei geologi untuk mempertimbangkan perlu tidaknya relokasi untuk 35 kepala keluarga di Dusun Pamuntuan.

Selain itu, survei geologi juga dilakukan di calon lahan relokasi, untuk menjamin keamanan permukiman baru di masa mendatang.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.