Sukses

Jenazah TKI NTT yang Dipulangkan dengan Kondisi Penuh Jahitan Akan Diautopsi

Aparat Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) siap mengautopsi jenazah Milka Boimau, tenaga kerja Indonesia (TKI) yang meninggal di Malaysia dengan tubuh penuh jahitan.

Liputan6.com, Kupang - Aparat Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) siap mengautopsi jenazah Milka Boimau, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal NTT yang meninggal di Malaysia dengan tubuh penuh jahitan.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda NTT Kombes Yudi Sinlaeloe mengatakan, autopsi dilakukan setelah pihaknya menerima laporan dari keluarga Milka Boimau pada Senin, 12 Maret 2018.

Laporan itu bukan kasus human trafficking, melainkan merupakan dugaan kasus kematian yang tidak wajar. Menurut Yudi, meski dari sisi hukum sebenarnya autopsi tidak perlu dilakukan lantaran Milka meninggal di Malaysia dan menjadi kewenangan pihak Malaysia, tetapi pihaknya mempertimbangkan dari sisi kemanusiaan.

"Pak Kapolda sampaikan bahwa diakomodasi saja laporan itu sehingga keluarga bisa tahu bahwa kita tindak lanjut kasusnya," ucap Yudi saat menggelar konferensi pers di Mapolda NTT, Kamis, 15 Maret 2018.

Walaupun begitu, kata dia, dari aspek tindak pidana perdagangan orang tetap ditindaklanjuti dengan menggelar penyelidikan secara intensif.

"Kami sudah dapat laporan awal dari tim penyelidik lapangan dan sudah ada titik terang sedikit. Kami akan mencoba kembangkan orang yang pertama kali rekrut TKI Milka," ungkap Yudi.

Pihaknya akan menyiapkan dokter khusus untuk proses autopsi, sedangkan mengenai waktu autopsi belum dijadwalkan.

"Kami akan informasikan kepada rekan-rekan wartawan waktunya, kalau nanti kami otopsi," imbuhnya. Sebelumnya diberitakan, keluarga Milka Boimau, TKI asal Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, NTT, yang meninggal di Malaysia, membuat laporan polisi di Polda NTT.

Juru bicara keluarga, Agustinus Boimau mengatakan, pihaknya melapor ke polisi karena pada tubuh Milka terdapat banyak jahitan.

"Kemarin, kami sudah lapor ke Satgas Trafficking Polda NTT dan hari ini saya dipanggil untuk memberikan keterangan ke polisi," ucap Agustinus.

Keluarga memutuskan membuat laporan polisi agar bisa mengusut tuntas penyebab tubuh Milka penuh jahitan. Agustinus juga menilai, kematian kakaknya itu tidak wajar karena beberapa saat sebelum meninggal, Milka sempat menelepon dirinya.

"Kami serahkan semua kepada polisi dan kami berharap agar masalah ini bisa ditangani secepatnya," tuturnya.

Sementara itu, kakak kandung Milka, Saul Boimau mengaku, pihak keluarga tidak setuju dengan proses autopsi yang dilakukan pihak Rumah Sakit Malaysia.

"Kami tidak terima baik dengan kondisi adik kami. Ini jahitan apa. Kalau mau autopsi atau operasi, harus koordinasi dengan kami sebagai keluarga. Harus ada persetujuan dari kami sebagai keluarga," ujar Saul.

Menurut Saul, semua keluarga tidak terima dengan kondisi jenazah Milka yang penuh jahitan mulai dari leher hingga perut bagian bawah. Bukan hanya itu, pada bagian telinga berwarna hitam seperti bekas pukulan.

Padahal, lanjut Saul, dari surat yang diterima oleh pihaknya dari KJRI Penang, tertulis bahwa penyebab Milka meninggal karena sesak napas akibat infeksi pada paru-paru sehingga menurut dia tidak perlu dilakukan autopsi.

"Kenapa sakitnya hanya sesak napas, tapi jahit begini banyak, mulai dari leher sebelah menyebelah hingga perut," pungkas Saul.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bekas Jahitan di Tubuh TKI Asal NTT Mengundang Tanya

Milka Boimau, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Kupang, NTT, dipulangkan kepada keluarga setelah meninggal dunia. Namun, pihak keluarga mencurigai adanya jahitan yang ada di tubuh TKI itu.

"Kemarin saat tiba di rumah duka di Desa Kotabes, kami pun memeriksa tubuhnya dan kaget karena di tubuh saudara saya terdapat bekas jahitan," kata Saul Boimau, kakak kandung almarhum di Kupang, Senin, 12 Maret 2018.

Ia menjelaskan, di tubuh TKI itu terdapat jahitan, mulai dari bagian leher hingga ke perut bagian bawah, yang dicurigainya sebagai kasus pencurian organ tubuh manusia.

"Kami tidak tahu ini jahitan apa, tetapi kami akan kawal masalah ini dan melaporkan kepada pihak berwajib untuk mengusut hal ini," ujarnya.

Ia mengatakan bila ingin mengautopsi kematian saudaranya, seharusnya ada pemberitahuan dari pihak rumah sakit tempat saudaranya dirawat, baik ke KBRI atau kepada dirinya atau keluarganya. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.