Sukses

Jemaat dan Warga Gotong Royong Perbaiki Kapel Katolik di Ogan Ilir

Kapel Katolik di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel sudah diperbaiki oleh warga, jemaat, dan aparat keamanan.

Liputan6.com, Palembang - Perusakan Kapel Katolik di Desa Mekar Sari, Dusun 3, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan (Sumsel) pada Kamis dini hari, 8 Maret 2018, cukup membuat warga sekitar ketakutan.

Kapel Santa Zakaria yang dirusak oleh sekelompok orang tak dikenal ini kondisinya cukup banyak yang rusak. Mulai dari pintu masuk yang rusak, tembok dinding yang jebol, hingga beberapa peralatan ibadah, turut diobrak-abrik.

Jemaat Katolik dan warga setempat di Kecamatan Rantau Alai Kabupaten Ogan Ilir Sumsel berinisiatif untuk membangun kembali rumah ibadah umat Katolik ini. Mereka dibantu oleh aparat keamanan, baik anggota kepolisian maupun TNI yang berjaga di tempat kejadian perkara (TKP).

Menurut  Kepala Pembinaan Masyarakat (Binmas) Kristen Katolik, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumsel, Alfonsus Supardi, sejak Kamis malam, para warga bahu-membahu memperbaiki Kapel Santo Zakaria yang rusak.

"Para jemaat dan warga dibantu aparat melakukan kerja bakti bersama. Semua sudah dibersihkan dan diperbaiki. Seperti tembok yang jebol sudah ditampal, pintu yang rusak juga sudah dipasang lagi," ujarnya kepada Liputan6.com, Jumat, 9 Maret 2018.

Kebutuhan bahan bangunan juga, merupakan sumbangan dari para warga dan umat Kapel Santo Zakaria secara sukarela.

Kerusakan yang tidak terlalu banyak, akan segera bisa diselesaikan dalam waktu dekat. Para jemaat juga diharapkan bisa segera melakukan peribadatan di Kapel Santo Zakaria Kabupaten Ogan Ilir Sumsel.

"Tidak banyak yang rusak, semoga segera selesai perbaikannya. Kan hanya satu minggu sekali ibadahnya. Jika tidak bisa dipakai juga, kita akan cari solusi lain," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Psikologis Umat Katolik

Kendati tidak banyak yang rusak, lanjut Alfonsus, ada dampak psikologis yang dialami umat Katolik di Kecamatan Rantau Alai tersebut. Aparat hukum yang hadir di TKP meminta kepada para umat Katolik, agar tidak larut dalam kesedihan dan membangun semangat kebersamaan lagi.

"Tidak ada orang yang mengharapkan kejadian seperti itu. Namun, jangan sampai hal tersebut memecah kerukunan antar umat beragama," katanya.

"Apapun agamanya, harus rukun dan damai. Kita harus mengedepankan kebersamaan dan cinta kasih. Tidak boleh terprovokasi, biar pihak berwajib yang menanganinya," ia menambahkan.

Dari pengakuan warga setempat, para perusak kapel berjumlah enam hingga delapan orang. Kejadian dini hari itu membuat warga merasa takut keluar rumah saat perusakan terjadi.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumsel juga menyayangkan insiden anarkis ini terjadi di Sumsel. Terlebih yang dirusak adalah tempat peribadatan umat Katolik di Sumsel.

Menurut Amin Yati, Divisi Fatwa MUI Sumsel, Zero Conflict di Sumsel harus tetap dipertahankan, meskipun ada kasus ada insiden tersebut. "Apapun namanya pengrusakan, itu adalah perbuatan salah dan dosa," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Jaga Zero Conflict

MUI Sumsel pun tidak menoleransi aksi anarkis dalam bentuk apapun. Sejauh ini, secara sosial kemasyarakatan, keagamaan, dan kebangsaan di Sumsel sudah cukup baik dan aman.

Amin Yati menghimbau agar kasus seperti itu tidak dinilai dari sudut pandang sebelah saja. Harus berdasarkan hukum dan kebijakan yang lengkap dan arif.

"Tindakan seperti itu belum tentu orang dari pihak seberang. Seperti pembunuhan di negara lain, ngakunya umat Islam tapi bukan. Jangan seperti itu," katanya.

Perusakan itu diduga hanya untuk merusak citra baik hubungan antarumat beragama di Sumsel. MUI Sumsel mengharapkan agar kasus itu tidak membuat banyak orang salah paham dan memicu perpecahan.

Sebelumnya Gubernur Sumsel Alex Noerdin menghimbau kepada seluruh warga Sumsel, agar tidak terprovokasi dengan insiden anarkis ini. Ketua DPD Sumsel Partai Golongan Karya (Golkar) ini juga mengharapkan warga tidak menyebarkan informasi simpang siur, sehingga mengundang banyak spekulasi yang jauh dari kenyataan.

"Jangan terlalu dibesar-besarkan dan jangan jadi provokator, tidak ada gunanya. Sumsel sudah zero conflict dan terus kita jaga. Insiden kemarin hanyalah tindakan kriminal, bukan menyinggung SARA," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.