Sukses

3 Barang yang Tak Laku di Ambon tapi Berharga Mahal di Aru

Harga sayur mayur di Dobo, ibu kota Kepulauan Aru, sangat mahal. Harga bawang merah saja tidak pernah turun dari Rp 40 ribu sekilogram.

Liputan6.com, Ambon - Kabupaten Kepulauan Aru terletak di sisi tenggara Provinsi Maluku, berbatasan langsung dengan Australia di Laut Arafura. Kabupaten yang baru berusia 13 tahun itu memiliki sekitar 187 pulau, 89 pulau di antaranya berpenghuni.

Tutupan hutan di Kabupaten Aru seluas 730 ribu hektare. National Geographic bahkan menyebut, tutupan hutan di Aru setara dengan 12 kali dari luas daratan Singapura.

Namun, hampir semua kebutuhan sandang dan pangan warga yang mendiami Kabupaten Aru adalah produksi petani dari provinsi lain di Indonesia. Kabupaten Aru juga masih jauh dari sentuhan modernisasi, tak ada supermarket, apalagi mal.

Itu yang membuat harga sayur mayur di Pasar Jargaria di Dobo, ibu kota Kabupaten Aru dua kali lebih mahal dari harga normal di Ambon, tujuh batang sayur kangkung saja dibandrol Rp 5 ribu.

Sementara, harga bawang merah tidak pernah beranjak turun dari Rp 40 ribu sekilogram. Itu belum termasuk beras dan telur.

Bahkan, ada beberapa jenis barang yang tidak laku terjual di pasar Ambon tapi dijual mahal pedagang Dobo. Liputan6.com mencatat tiga barang aneh yang dijual di Dobo, berikut daftarnya:

1. Buah Pinang Berakar

Konsumsi buah pinang di Kabupaten Aru memang sangat tinggi. Pada musim tertentu, dalam sehari satu pedagang bisa menjual habis dua sampai tiga karung pinang berisi 25 kilogram apalagi saat hari raya atau hajatan-hajatan adat.

Uniknya, buah pinang yang terjual di Pasar Jargaria sudah berakar dan harganya sangat mahal. Empat biji bisa dijual Rp 5 ribu dan bukan pinang asli Aru, tetapi didatangkan dari Sulawesi Tenggara.

"Saat ini harganya masih murah, mungkin karena banyak stok di Aru," kata salah satu pedagang.

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Batu Apung

Batu apung (pumice) adalah batuan dengan ciri-ciri utama berwarna terang serta berpori. Batu Apung termasuk jenis batuan beku yang terbentuk dari hasil letusan eksplosif gunung berapi.

Batuan itu biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat karena mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas.

Batu apung paling banyak digunakan sebagai agregat beton ringan dan sebagai bahan abrasif pada berbagai produk industri. Batu apung memiliki porositas tinggi sehingga batuan tersebut bisa mengapung di atas air.

Di lautan Aru, batu apung mudah dijumpai. Para nelayan yang melaut sering mengumpulkannya kemudian menjualnya di Pasar Jargaria dengan harga relatif baik.

Para pedagang kemudian menjualnya ke konsumen dengan harga cukup mahal, empat hingga lima biji batu seukuran telapak tangan bayi bahkan dijual Rp 5 ribu.

Penggunaan batu apung pun sangat tinggi. Para ibu rumah tangga sering memanfaatkannya untuk membersihkan lemak di panci dan wajan.

"Lima sampai 10 tumpukan terjual habis, ketika musim gelombang susah dapat," kata pedagang yang enggan menyebut namanya itu.

3 dari 3 halaman

3. Durian Tidak Segar

Walaupun jumlah pulau di Kabupaten Aru sangat banyak, tapi buah durian di Dobo sangat langka, berbeda dengan daerah lain di Maluku. Rata-rata durian yang dikonsumsi warga Dobo pesanan dari Jayapura. Walau kulitnya sudah tidak segar lagi, harganya tetap selangit.

Satu buah durian dengan berat 1 kilogram bisa dijual Rp 25 ribu. Jika kulitnya masih nampak segar, harganya lebih mahal lagi. Walaupun demikian, durian tetap laku di lidah warga Dobo.

"Kalau hari ini tidak laku, besok kan masih ada. Biasanya yang sudah hampir busuk baru dibuang, selama masih harum tetap dibeli," kata pedagang durian.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.