Sukses

Marbut Masjid di Garut Mengaku Dikeroyok, Polisi Turun Tangan

Dalam penyerangan itu, marbut masjid di Garut itu mengaku tidak mengalami luka serius, hanya luka lebam di bagian kepala, tangan, dan kaki.

Liputan6.com, Garut - Fenomena ancaman dengan kekerasan kepada ulama di Garut, Jawa Barat, masih menghantui warga Garut. Kali ini, Uyu, seorang marbut masjid atau penunggu Masjid Agung Pameungpeuk mengaku dikeroyok.

Petugas muazin sekaligus guru mengaji di Masjid Agung Pameungpeuk, Garut itu, mengaku dikeroyok lima orang tak dikenal, dini hari tadi. "Kejadiannya sekitar pukul 04.00 WIB tadi," ujar Uyu, Rabu (28/2/2018).

Ia menyatakan, kejadian berlangsung sangat singkat. Saat itu, ia berencana melaksanakan rutinitas kesehariannya menjalankan salat sunah. Tapi, tanpa diduga, lima orang tak dikenal langsung menghampiri dirinya di dalam masjid.

"Saya dipukul pakai kursi kepala bagian belakang sebelah kanan, mulut diikat pakai sorban ke belakang," ungkap dia.

Dalam pertarungan tidak seimbang itu, Uyu akhirnya roboh. Namun, bukannya mereda, para pelaku tetap melancarkan serangannya ke tubuh ustaz tersebut. "Mereka pakai golok juga, tangan saya dipukul dua kali, dada saya diinjak, kaki sebelah kiri diinjak," dia menambahkan.

Sebelum penyerangan itu berlangsung, ia mengaku dalam beberapa hari sebelumnya, didatangi sekelompok orang tak dikenal menggunakan kendaraan roda empat, yang menanyakan keberadaan Ketua MUI Kecamatan Pameungpeuk, KH Hasan Basari.

Namun, ia memilih bungkam dan tidak memberitahukan keberadaan pimpinan ulama di salah satu Kecamatan Garut Selatan itu. "Saya tidak beritahu karena curiga akan keselamatannya," kata dia.

Beruntung dalam penyerangan itu, Uyu tidak mengalami luka serius, hanya luka lebam di bagian kepala, tangan, dan kaki.

Saat ini, korban ustaz Uyu sudah dibawa masyarakat dan aparat setempat ke Puskesmas Pameungpeuk untuk untuk mendapatkan perawatan medis secara intensif.

Hingga kini pihak kepolisian sektor Pameungpeuk masih mendalami penyerangan itu, termasuk mencari motif dan tujuan di balik pengeroyokan brutal itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sempat Mendapat Ancaman

Sementara itu, Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna saat ditemui di kantornya, belum memberikan penjelasan, ia menyatakan Polres Garut akan segera melakukan cek lapangan ke tempat kejadian perkara. "Nanti saya cross-check dulu ya, kan kejadiannya baru subuh tadi," ujarnya.

Ia belum mengetahui motif serta latar belakang kejadian itu, namun lembaganya meminta agar masyarakat tetap tenang jangan terpancing emosi. "Insyaallah nanti siang kita jelaskan semua biar jelas, mohon tenang," pinta Budi.

Sebelumnya dalam acara silaturahmi 200 ulama, ajengan, kiai hingga imam masjid di Pendopo Garut beberapa waktu lalu, Ketua MUI Kecamatan Pameungpeuk KH Basari, sempat menyampaikan adanya ancaman penganiayaan tersebut.

"Adanya ancaman itu membuat kami dan masyarakat kami resah," ujarnya, Rabu 21 Februari 2018.

Menurutnya, isu ancaman pembunuhan yang berlangsung saat ini, sengaja diciptakan pihak tertentu untuk mengacaukan situasi keamanan masyarakat. "Masa orang gila bawa HP (handphone), dijemput motor, dijemput mobil letter T, dan banyak kecurigaan," ujar dia dalam keluh kesalnya.

Bukan hanya itu, para pelaku yang diidentikkan tidak waras tersebut, sengaja menandai tempat tinggal ulama atau kiai yang akan menjadi targetnya berikutnya, dengan kode tertentu.

"Malam Senin kemarin di depan rumah saya ada tanda X, ini jelas ada rekayasa menghancurkan Garut dan mungkin Indonesia," ungkap dia.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.