Sukses

6 Harimau Terdeteksi di Wilayah Riau, Isyarat Baik atau Buruk?

Liputan6.com, Pekanbaru - Keberadaan Harimau Sumatera masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat yang kontak langsung dengannya. Namun di sisi lain, penampakannya tentu suatu hal membahagiakan karena mamalia yang dinyatakan hampir punah itu masih ada.

Di Riau sendiri, ada lansekap yang masih dihuni beberapa kelompok harimau Sumatera. Lansekap ini membentang dari Pelalawan, Indragiri Hulu, hingga Indragiri Hilir.

Tak jarang, hewan dengan sebutan latin Panthera tigris Sumatrae keluar dari kawasannya yang selama ini disebut Kerumutan. Perambahan dan disulapnya hutan menjadi perkebunan menjadi faktor utama hewan ini menampakkan diri.

Misalnya saja pada akhir 2017 lalu. Di tengah asyiknya beberapa pekerja menebang hutan tanaman industri, si Datuk Belang keluar dan berjalan santai di tengah di tengah tumpukan kayu.

Dia pun kemudian mengitari serta mengikuti alat berat pengangkut kayu dimaksud. Tak lama kemudian, dia menghilang di tengah lebatnya hutan tanaman industri yang belum dipanen.

Kejadian terbaru tentu saja awal tahun ini. Harimau betina itu berpapasan dengan tiga karyawati kebun sawit. Gerakan panik serta ketakutan membuat harimau ini reaktif dan beringas hingga berujung tewasnya Jumiati.

Hampir dua bulan dicari, setelah hanya memfoto dan merekam video, akhirnya tim gabungan BBKSDA Riau berhadapan langsung dengan harimauyang diberi nama Bonita ini.

Bonita ternyata lebih garang karena perubahan pelaku usai memangsa manusia. Dia lebih berani dan mengisolasi belasan petugas hingga dua jam. Tak ada petugas yang berani bergerak, kecuali hanya bertatapan saja.

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tanda Hutan Hampir Habis

Terlepas dari itu, ada yang berpendapat keluarnya harimau dari sarangnya ke desa di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir itu, karena lokasi perkebunan sawit milik PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP) itu, dulunya merupakan daerah perlintasan atau wilayah jelajah harimau.

Lokasi perkebunan juga termasuk jangkauan jelajah harimau, yang jantan disebut punya daya jangkau hingga ratusan kilometer persegi. Sementara, betina tak sampai segitu, tapi akan menyamai jantan jika sudah memangsa manusia.

Pihak perusahaan sendiri langsung membantah lahannya masuk kawasan hutan. Karena menurut perusahaan, masih ada hutan tanaman industri di atasnya, baru kemudian kawasan marga satwa Kerumutan.

"Sangat jauh keberadaan lahan kami dengan kawasan itu," kata Kepala Humas PT THIP, Dani Murdopo, dikonfirmasi wartawan beberapa waktu lalu.

Dani juga menyebut, sudah puluhan tahun perusahaannya beroperasi di kecamatan tersebut. Kejadian penyerangan harimau terhadap karyawan baru pertama kali terjadi.

"Ini baru pertama kali sejak perusahaan beroperasi. Memang di pertengahan 2017, harimau itu pernah terlihat dan menghilang. Kemudian nampak lagi akhir 2017 hingga awal 2018," katanya.

3 dari 3 halaman

Dilarang Pergi Sendirian

Sejak kemunculan itu, perusahaan sudah memasang puluhan plang himbauan supaya karyawan tak bekerja sendirian. Karyawan diminta berkelompok memasuki perkebunan sawit.

Sementara itu, Kabid I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo menyebut landsekap yang disebutkan tadi ada terpantau enam harimau. Dua di antaranya pejantan, sisanya betina.

"Landscape ini terdiri dari Pelalawan, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir," sebut Hutomo ketika berbincang dengan Liputan6.com.

Dua pejantan, katanya, punya daya jelajah hingga ratusan kilometer. Keduanya belum pernah terpantau berada di kecamatan tersebut.

"Yang terpantau itu, dua betina di lokasi saat ini. Salah satunya diduga penyerang karyawati. Ada kesimpulan dua betina ini ketika petugas mempelajari pola belang dari rekaman yang ada," terang Hutomo.

Hutomo pun belum bisa memastikan kapan konflik harimau dengan manusia di kecamatan tersebut berakhir. Puluhan perangkap lengkap dengan umpan sudah dipasang, termasuk mendatang pawang dari Aceh, tapi belum ada hasil.

"Dan perlu diketahui, menangani harimau lebih sulit dari pada gajah," katanya.

Tim di lapangan belum mengambil sikap menggunakan tembakan bius karena perlu tim khusus. "Mudah-mudahan segera teratasi, ini tim masih bekerja dan melakukan evaluasi untuk tindakan selanjutnya," ucap Hutomo.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.