Sukses

Kala Basa Panginyongan Alias Ngapak Mulai Tergeser Elu-Gue

Basa Pangiyongan atau Ngapak merupakan bahasa ibu masyarakat eks Karesidenan Banyumas, yang meliputi Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, dan Purbalingga.

Liputan6.com, Banyumas - Dua pekan lalu di sebuah acara keluarga, dua keponakanku heboh kedatangan tamu kawan kuliahnya dari sebuah perguruan tinggi negeri (PTN) di Yogyakarta. Dua keponakan dari kakak tertuaku itu sekarang sudah beranjak jadi dua pemuda ganteng.

Akan tetapi, ini bukan soal wajah rupawan anak kuliahan yang kemarin sore masih kuingat sebagai bocah lucu yang tingginya hanya sedikit di atas paha orang dewasa. Kali ini yang dibahas adalah cara mereka berkomunikasi.

Sembari menerima tamu, berkali-kali aku memperhatikan keduanya asyik berkumpul dengan kawan-kawannya yang berasal dari berbagai daerah. Belakangan kuketahui, hanya dua keponakanku itu yang berasal dari eks Karesidenan Banyumas, sebagai muasal Basa Panginyongan alias Ngapak.

Tentu agak lucu mendengar mereka berdua berbahasa Ngapak. Sementara, rekan lainnya menjawab dengan bahasa Wetanan khas Yogyakarta-Solo. Sebagian lainnya memakai kata Elu dan Gue, lantaran berasal Jakarta.

Turut bangga dengan keduanya, beberapa hari kemudian, kami berbincang tentang bahasa Banyumas. Keponakan tertuaku itu bercerita bagaimana ia prihatin dengan ketidakpercayaan diri beberapa kawan kuliahnya yang asli Banyumas bertutur dalam bahasa Ngapak di Yogyakarta.

"Lucu bae, bahasane sih elu gue, bar ditakoni asline ngendi, jawabe, Karangpucung’. (Lucunya, bahasanya sih elu gue, tetapi setelah ditanya asalnya mana, jawabnya, Karangpucung),” tutur keponakanku, Muhamad Ully, menceritakan pengalaman uniknya, sepekan lalu.

Karangpucung adalah nama kecamatan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang tentu berbahasa Banyumasan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Minimnya Kesadaran Generasi Muda untuk Lestarikan Bahasa Ibu

Keponakanku itu untungnya sadar bahwa Ngapak yang merupakan bahasa ibu masyarakat Banyumas semakin ditinggalkan generasinya dan generasi sesudahnya. Barangkali, fenomena itu hadir lantaran kegiatan ekstra kampus mereka, yakni teater dan sastra.

Narasi pertemuannya dengan penutur bahasa "elu-gue" yang ternyata berasal dari Karangpucung, Cilacap, menunjukkan ketidaksukaannya kepada masyarakat Banyumas yang semakin jarang menggunakan bahasa ibunya. Dia memprotes dengan caranya sendiri.

Perlu diketahui, Basa Pangiyongan atau Ngapak merupakan bahasa ibu masyarakat eks Karesidenan Banyumas, yang meliputi Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, dan Purbalingga.

Bahasa Ngapak juga digunakan sebagai bahasa ibu sebagian masyarakat Kebumen, terutama di sisi barat.

Adapula bahasa Ngapak khas Tegal, yang mirip dan masih berkerabat, tapi dengan aksen sedikit berbeda. Bahasa khas Tegalan dipakai oleh masyarakat Pantura Jawa Tengah, terutama di Brebes, Ngawi, dan Tegal.

Dia berpendapat bahasa Banyumas adalah bahasa yang perlu dilestarikan. "Memakai bahasa sendiri, kok malu," Ully memprotes lagi.

 

3 dari 5 halaman

Keluarga Pasangan Muda di Banyumas Banyak Gunakan Bahasa Indonesia

Dalam kesempatan terpisah, budayawan Banyumas, Ahmad Tohari, pun menyayangkan semakin sedikitnya warga lokal yang menggunakan bahasa ibu tersebut untuk berkomunikasi dalam keluarga.

Sebagian besar keluarga muda di Banyumas saat ini menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keluarga yang secara otomatis menjadi bahasa ibu bagi anak-anak mereka. Padahal, merujuk data, penutur bahasa Banyumas berjumlah lebih dari 10 juta orang.

Menurut Tohari, mereka lebih menggunakan bahasa Indonesia yang dianggap lebih modern. Begitu pula dengan komunikasi sehari-hari, masyarakat lokal cenderung menggunakan bahasa Indonesia.

Tohari berpendapat, media massa juga punya andil memunahkan bahasa lokal. Sebab, banyak media, terutama televisi, yang menjadikan penutur bahasa lokal sebagai objek komedi. Hal ini menyebabkan para penutur bahasa lokal minder.

"Kita harus menghidupkan kembali bahasa Banyumas, harus yakin itu penting, dan baik sekali. Kalau kita menyerahkan pada dinamika sosial, maka akan habis," kata Tohari kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Oleh sebab itu, ia mengajak masyarakat kembali menggunakan Basa Panginyongan. Paling efektif adalah menggunakannya saat berkomunikasi dalam keluarga.

4 dari 5 halaman

Upaya Pelestarian

Ia pun berusaha mempertahankan kultur berbahasa Banyumas dengan menerbitkan majalah bulanan berbahasa Banyumas, bernama Ancas, yang kini memasuki tahun ketujuh.

Ia juga mendukung upaya pemerintah Kabupaten Banyumas untuk menggunakan Basa Panginyongan tiap Kamis di kantor pemerintahan, mulai level pemerintah desa hingga dinas kabupaten.

"Ini akan memaksa pegawai dan pejabat pemerintahan berlatih kembali bahasa Banyumas secara aktif," dia menjelaskan.

Dalam sebuah sarasehan bahasa di Purbalingga, Tohari juga berpesan agar masyarakat menjaga bahasa Banyumas. "Angger Basa Penginyongan nganti ilang, wong Penginyongan dadi menungsa sing ora genah, sebab ora duwe ciri wanci utawa jati dhiri."

Kurang lebih, jika diartikan, "Jika Basa Panginyongan sampai musnah, masyarakat Panginyongan menjadi manusia yang tidak jelas. Sebab, tidak memiliki ciri khas atau jati diri."

 

5 dari 5 halaman

Aplikasi Kamus Basa Banyumasan

Ternyata, Pemkab Banyumas pun tak tinggal diam dengan kemungkinan punahnya bahasa Banyumasan. Pemkab bekerja sama dengan Yayasan Gedhe Nusantara meluncurkan aplikasi Kamus Bahasa Banyumasan berbasis Android pada 28 Oktober 2015 lalu.

Koordinator Pengembang Aplikasi Kamus Bahasa Banyumas, Muhamad Arya Rizky, menjelaskan kamus bahasa Banyumasan ini dibuat untuk melestarikan bahasa Banyumas dan memudahkan para penutur yang diperkirakan mencapai 6,2 juta orang di lima kabupaten. Bahkan, diperkirakan lebih dari dari 10 juta orang di berbagai daerah.

Pengembangan aplikasi kamus di ponsel pintar dipilih karena menurut penelitian Data on Device Research pada 2015, sebanyak 62 persen dari 74,6 juta pengguna internet mengakses internet melalui ponsel pintar.

Tren ini terus meningkat seiring dengan harga ponsel pintar yang semakin terjangkau oleh semua kalangan.

"Aplikasi Kamus Bahasa Banyumas ini merupakan kerja kolaborasi antara Gedhe Foundation, Ahmad Tohari, dan pemerintah Kabupaten Banyumas," Arya menjelaskan.

Arya menerangkan, aplikasi Kamus Basa Banyumasan bisa diunduh di Google Playstore. Tim pengembang merencanakan ada dua versi aplikasi, yaitu gratis dan berbayar.

Arya menjelaskan aplikasi Kamus Basa Banyumasan memiliki empat fasilitas utama, yakni pencarian kosakata, basis suara, intonasi, dan sumbangan kosakata baru.

Pengguna dapat mencari kata dan artinya melalui mesin pencari yang menjadi fitur utama aplikasi. Kamus juga memberikan contoh-contoh penggunaan kata dalam sebuah kalimat.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.