Sukses

Khasiat Beras Bebas Cemas ala Unsoed Purwokerto

Liputan6.com, Purwokerto - Kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin meningkat seiring tingginya pengetahuan nutrisi dan gizi. Bahan pangan sehat, dalam hal ini, beras sehat, dinilai sebagai pijakan awal untuk memulai gaya hidup sehat.

Salah satu yang paling menjadi perhatian adalah sumber karbohidrat utama, beras yang dianggap terlampau tinggi kalorinya. Karenanya, banyak orang memburu beras merah yang tinggi protein, sekaligus rendah kalori.

Di luar kelebihannya, beras merah pun memiliki kekurangan, yakni pada cita rasanya yang bagi sebagian orang tak cukup lezat. Struktur nasinya pun tak pulen, sedikit keras.

Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, memperkenalkan nasi atau beras bebas cemas. Beras ini berprotein tinggi, yakni 9-13 persen. Tentu lebih tinggi dibanding beras biasanya yang hanya memiliki kadar protein sekitar 7-8 persen.

Kandungan protein tinggi ini dinilai mampu menjadi solusi untuk upaya peningkatan gizi masyarakat. Kebutuhan protein bagi penduduk dengan padi sebagai bahan pangan pokoknya, 40 persennya bakal terpenuhi dari konsumsi nasi.

Pemanfaatan padi protein tinggi akan sangat efektif dan efisien mendukung pemenuhan kebutuhan protein di daerah-daerah rawan kekurangan gizi.

Di sisi lain, padi ini juga potensial dikonsumsi oleh kelompok masyarakat yang menjalani diet karbohidrat, karena kandungan karbohidrat padi ini lebih rendah dibanding padi-padi lainnya.

Padi Kaya Protein Super Pulen Unsoed disebut juga sebagai Beras Bebas Cemas karena prospektif mengantisipasi kecemasan kurang gizi, obesitas, dan risiko diabetes.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keunikan Beras Bebas Cemas

Keunikan lain padi protein tinggi UNSOED terletak pada ukuran beras yang kecil dan cenderung bulat. Warna berasnya pun amat menarik, putih susu.

Keunggulan lainnya, kandungan amilosanya yang sangat rendah, yakni 13,56 persen, menyebabkan nasinya bertekstur sangat pulen dan rasanya enak.

Padi kaya protein super pulen ini diciptakan oleh oleh Prof. Totok bersama dengan peneliti Fakultas Pertanian Unsoed lainnya, Dyah Susanti dan DR Agus Riyanto, di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Unsoed.

"Kualitas tanaknya setara beras Jepang/Japonica. Tekstur dan kepulenan nasi padi protein tinggi UNSOED sangat sesuai untuk hidangan ala Jepang," ucap pakar pemulia tanaman Unsoed, Totok Agung Dwi Haryanto, melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 16 Februari 2018.

Totok menerangkan, padi istimewa ini diperoleh melalui persilangan antara Milky Rice (sebagai donor protein tinggi) dengan galur-galur padi yang memiliki kualitas fisik dan mutu tanak istimewa.

"Peningkatan kandungan protein pada padi-padi dengan kualitas tanak spesial melalui perbaikan struktur genetik ini disebut biofortifikasi," dia menerangkan.

3 dari 3 halaman

Galur Padi Berprotein Tinggi yang Dimiliki Unsoed

Saat ini Unsoed telah memiliki galur-galur harapan padi protein tinggi dengan daya hasil dan kualitas hasil yang tinggi. Seluruhnya berada dalam tahap akhir persiapan pelepasan varietas, yaitu galur P-CH//MR-GN95, UNSOED PK 7 dan UNSOED PK 15. UNSOED PK 7 dan UNSOED PK 15.

Varietas yang disebut itu pun telah mendapatkan HaKI berupa tanda pendaftaran Varietas Tanaman Hasil Pemuliaan dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan perizinan Pertanian (Pusat PVTPP) Kementerian Pertanian.

Lantaran berbagai keunggulan dan keunikannya itu, varietas padi ini masuk dalam “109 Inovasi Paling Prospektif 2017” versi Business Innovation Center (BIC), LIPI, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

"Pengembangan padi protein tinggi super pulen dapat menjadi salah satu alternatif mencegah impor beras kelas khusus," ucapnya.

Totok pun berpendapat, impor beras kelas premium pun tak perlu dilakukan. Impor beras dinilai tak tepat waktu lantaran bersamaan dengan panen raya padi di hampir seluruh sentra padi Indonesia.

Kebutuhan pun bakal segera tercukup dengan panen raya serentak ini. Itu ditandai dengan Harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) yang mulai turun, menyusul dimulainya panen di berbagai daerah.

"Jika pemerintah impor beras, petani adalah pihak yang paling terpukul telak. Harga akan turun," dia menegaskan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.