Sukses

Filosofi dan Cara Menikmati Kue Keranjang Khas Imlek

Liputan6.com, Tegal - Entah mulai kapan tepatnya kue keranjang menjadi makanan khas yang wajib bagi warga keturunan Tionghoa saat perayaan Imlek. Kue yang menjadi ciri khas Imlek sejak berabad yang lalu ini merupakan sajian turun-temurun yang selalu ada di setiap perayaan hari besar Sincia.

Adakah makna yang tersirat dari hadirnya kue keranjang pada tiap perayaan Imlek?

Pembuat kue keranjang rumahan merek Sido Makmur di Kota Tegal, Jawa Tengah, Mindayani Wirjono (77), mengatakan kue keranjang bermakna sebagai penutup hal-hal buruk pada saat Imlek berlangsung.

Penganan ini melambangkan sebuah keyakinan agar selalu mendapat kebaikan di hari-hari selanjutnya atau di masa depan.

 

Baca juga:

 

"Jadi begini, kue keranjang ini diibaratkan sedang menutup langit agar tidak hujan. Maksudnya biar hal-hal buruk tidak terjadi," ucap perempuan paruh baya itu kepada Liputan6.com, Selasa, 13 Februari 2018.

Sedangkan cara membuatnya, pertama kudapan berbahan dasar tepung ketan dan gula merah ini diolah dengan cara dikukus selama sehari semalam. Proses membuat kue ini harus teliti agar tidak mudah gosong.

Sebagai kue pelengkap Imlek, menurut Mindayani, penganan ini baru bisa dimakan 20 hari setelahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Kue Musiman

Ia menambahkan, kue keranjang atau dodol China alias kue tahunan adalah kue musiman yang hanya dibuat satu tahun sekali menjelang perayaan Imlek. Kekhasan yang dimiliki kue ini tidak hanya dari bentuknya, tapi memang wajib ada sebagai sajian dalam peribadatan, dibagikan kepada saudara, atau bahkan pada tetangga.

"Jadi asalnya kue keranjang punya nama asli Nian Gao, di mana 'Nian' berarti tahun dan 'Gao' berarti kue. Dalam dialek Hokkian, 'Ti Kwe' yang berarti 'kue manis', pelafalannya terdengar seperti kata 'tinggi', sehingga kue ini pun disusun tinggi atau bertingkat-tingkat," kata Mindayani.

Sedangkan, penyusunan ke atas makin mengecil memiliki makna peningkatan rezeki atau kemakmuran. Di Negeri Tiongkok, ada semacam kebiasaan menyantap kue keranjang terlebih dulu saat tahun baru untuk mendapatkan keberuntungan dalam pekerjaan. Setelah itu baru menyantap nasi.

 

 

Baca juga:

 

3 dari 6 halaman

Makna Rasa Legit dan Bentuk Bulat

Lalu apa nilai filosofi lain tentang kue keranjang?

Yang pertama adalah bahan pembuat kue. Kue keranjang dibuat dari tepung ketan yang punya sifat lengket. Ini punya makna persaudaraan yang begitu erat dan selalu menyatu.

"Dari rasanya yang manis dari gula dan terasa legit pun menggambarkan rasa sukacita, menikmati keberkatan, kegembiraan, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup," tutur Mindayani.

Kemudian bentuk bulat dari kue keranjang tanpa sudut di semua sisi juga punya makna tersendiri karena melambangkan pesan kekeluargaan tanpa melihat ada yang lebih penting dibanding lainnya dan akan selalu bersama tanpa batas akhir.

"Dengan adanya kue keranjang ini, diharapkan keluarga juga bisa berkumpul minimal satu tahun sekali, sehingga akan tercipta kerukunan dalam hidup dan siap untuk menghadapi hari-hari ke depan," katanya.

Jadi, pesan kekeluargaan begitu jelas terlihat. "Tidak hanya dengan keluarga saja, tapi juga dengan komunitas, tetangga, klien, dan pelanggan usaha," tutur perempuan yang sudah menggeluti bisnis kue keranjang sekitar 40 tahun itu.

 

 

Baca juga:

  • Susu Kental Manis Frisian Flag Gold Lezatkan Sarapan Harian
  • Fakta Susu Kental Manis yang Sering Jadi Menu Sarapan Sehat
  • 5 Kreasi Susu Kental Manis Frisian Flag untuk Sarapan Pagi

 

4 dari 6 halaman

Filosofi Tekstur dan Daya Tahan

Tekstur dan daya tahan kue keranjang yang disantap saat Imlek pun punya arti filosofi. Kekenyalan yang terasa merupakan simbol dari sebuah kegigihan, keuletan, daya juang, dan perasaan pantang menyerah untuk meraih tujuan hidup.

Karena itulah, pesan untuk berjuang hingga akhir menjadi satu hal yang begitu terekam bagi masyarakat Tionghoa saat menyantap kue keranjang. "Sedangkan daya tahannya yang begitu lama mempunyai arti hubungan yang abadi biarpun zaman telah berubah," ujar Mindayani.

Tak hanya itu, dalam kue keranjang juga muncul pesan kesetiaan dan sikap saling menolong. Dengan demikian, diharapkan ketika waktu terus berjalan, rasa kekeluargaan akan selalu terjalin dengan baik.

Proses pembuatan kue keranjang juga punya makna. Sebab, waktu pengerjaan yang begitu lama, yaitu sekitar 11-12 jam menuntut kesabaran, keteguhan hati, serta cita-cita untuk mendapatkan hasil maksimal.

"Karena usaha yang begitu keras untuk membuatnya pun harus dilakukan dengan pikiran bersih dan jernih, penuh kesopanan serta konsentrasi tinggi sambil membebaskan hati dari prasangka buruk, sehingga kue keranjang yang dibuat punya bentuk, rasa, dan tekstur sempurna," dia membeberkan.

 

5 dari 6 halaman

Susunan Kue Keranjang

Seperti halnya memasuki tahun Anjing Tanah, masyarakat Tionghoa mulai mencari dan membeli jajanan khas Imlek, kue keranjang. Mindayani mengaku, sebelum Imlek, dia kerap membagikan kue keranjang ke tetangga, saudara, dan teman. Hal itu diharapkan agar hubungannya tetap baik dan langgeng.

Ia pun membeberkan, ada yang bisa dilakukan untuk membuat kue keranjang khas Imlek terasa berbeda di mulut saat disantap. Biasanya kue keranjang bisa didapatkan di toko-toko dan yang ada di tempat sembahyang.

Di toko-toko, biasanya hanya kue keranjang yang berbentuk bulat dengan besaran yang sama. Berbeda dengan itu, kue keranjang yang digunakan untuk ritual sembahyang besarnya berbeda-beda.

"Kalau di tempat sembahyang itu biasanya untuk upacara. Disusun berdasarkan besar kecilnya. Yang paling besar paling bawah, makin ke atas makin mengerucut kecil," jelasnya.

 

6 dari 6 halaman

Pengolahan dan Penyajian

Menurut pembuat kue keranjang merek Sido Makmur di Kota Tegal itu, mengolah kue keranjang sehingga jadi makanan klangenan sangat simpel. Pertama, kue keranjang yang sudah keras, tapi jangan terlalu keras, dipotong-potong. Bentukan potongan bebas, dadu, atau memanjang.

"Kalau belum keras, biasanya memang lengket di pisau. Makanya, sajian kue keranjang yang enak saat sudah keras atau 10 hari setelah dibuat," jelasnya.

Setelah dipotong-potong sesuka hati, baru dimakan dengan sandingan teh tawar. "Karena kue keranjang sudah terasa sangat manis, jadi enaknya dimakan bersama teh tawar. Kalau tehnya manis, terasa aneh," katanya.

Kedua, kue keranjang disajikan dengan digoreng. Caranya, siapkan telur, garam, dan tepung terigu, kemudian campur dengan air secukupnya.

Siapkan wajan panas, isi dengan minyak secukupnya. Potong-potong kue keranjang sesuai selera, kemudian celupkan dalam adonan tepung dan telur, selanjutnya digoreng.

Ketiga, imbuh Mindayani, menyajikan kue keranjang yang telah dipotong-potong kemudian tambahkan santan. Kue keranjang produksinya itu, pemesanannya tidak hanya dari Kota Tegal dan sekitarnya.

Bahkan, sebagian besar dikirim ke luar kota, di antaranya, Semarang, Cirebon, Solo, Bandung, Tasikmalaya hingga ke daerah luar Pulau Jawa.

Yang paling digemari, yakni rasa original karena lebih murah, yakni Rp 18.000 untuk satu kotak atau empat biji kue keranjang. Untuk rasa-rasa yang lain lebih mahal, Rp 20.000 satu kotak. Adapun beberapa varian rasa kue keranjang buatan Mindayani adalah pandan, cokelat, stroberi, dan vanila.

 

Baca juga:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.