Sukses

Idap Penyakit Langka, Wajah Pria Brebes Seluruhnya Tertutup Kulit

Kulit wajahnya membengkak tak beraturan hingga menutupi kedua mata, hidung, dan mulutnya.

Liputan6.com, Brebes - Apipudin (37) warga Songgom, Brebes, Jawa Tengah menderita penyakit langka. Kulit wajahnya membengkak tak beraturan hingga menutupi kedua mata, hidung, dan mulutnya. Penyakit itu benar-benar membuat wajahnya tampak mengerikan.

Ia malu dan nyaris tak pernah keluar rumah sejak 17 tahun terakhir. Tak hanya itu, Apipudin juga harus menahan rasa sakit berkepanjangan. Ia benar-benar ingin sembuh dari penyakit langka itu.

"Terus terang saya ingin sembuh dari penyakit ini. Saya sudah sabar menunggu dengan kondisi yang serba sulit," ujarnya, Senin, 5 Februari 2018.

Apipudin rajin berobat. Tiap pergi ke Puskesmas Jatirokeh, kepalanya ditutup jaket hitam agar tak seorangpun warga melihat wajahnya. Namun siang itu, petugas puskesmas merujuk Apipudin ke RSUD Brebes untuk bertemu dokter spesialis bedah.

Dokter spesialis bedah RSUD Brebes, dr Mintardi usai memeriksa Apipudin mengatakan, pria 31 tahun itu mengidap penyakit langka Keratoasis maligna, semacam kelainan langka pada kulit. Jika terus-terusan dibiarkan, bukan tak mungkin penyakit itu menyebar ke seluruh wajah hingga leher.

"Penyakit Keratosis maligna ini disebabkan akibat ada kelainan pada kulit pasien," jelasnya.

Sayangnya, karena alat medis di RSUD Brebes kurang memadahi, Apipudin disarankan untuk berobat ke RSUP Karyadi, Semarang. Apalagi, Apipudin sudah memiliki jaminan kesehatan dari pemerintah, sehingga bisa mempermudah pengajuan penanganan lebih lanjut.

"Sudah saya sampaikan ke pasien agar segera dirujuk di sana (Karyadi) alatnya lebih lengkap. Sehingga bisa segera ditangani dengan cepat dan tepat," ungkapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tak Punya Biaya Akomodasi

Apipudin pun mengaku bimbang dengan rencana dirujuk ke RSUP dr Karyadi Semarang. Selain persoalan biaya untuk akomodasi, ia juga khawatir seluruh penanganan medisnya tidak tercover oleh BPJS Kesehatan atau KIS. Ia beraharap ada dermawan yang mau membantunya berobat.

"Mudah-mudahan semuanya ada jalan untuk kesembuhan saya. Apalagi menjalani pengobatan ke sana (Semarang) juga butuh biaya untk bolak-balim," kata Apipudin.

Selama menderita penyakit aneh itu, ia mengaku kesulitan untuk beraktivitas sehari-hari. Dengan kondisi wajah berubah tak beraturan, ia juga minder jika penyakitnya itu menjadi tontonan warga.

Komisah, ibu Apipudin mengatakan, sebelum didiagnosa menderita penyakit langka itu, anaknya sering mengeluh gatal di bagian hidung. Lama kelamaan, rasa gatal itu mengeluarkan benjolan.

"Hingga saat ini benjolannya sudah menutupi sebagian mukanya," ujar Komisah.

Berbeda, dengan Apipudin, Komisah lebih siap seandainya anaknya dioperasi. Tak peduli berapapun biayanya. Ia hanya ingin, putranya itu sembuh dan kembali menjalani hidup normal.

"Sebenarnya kami pihak keluarga sudah siap. Yang jelas, kami berharap anak saya bisa kembali normal. Kalau dioperasi ya tidak apa-apa," katanya.

 

3 dari 3 halaman

RSUD Brebes akan Fasilitasi Rujukan ke RSUP Karyadi

Sementara itu, Direktur RSUD Brebes drg. Oo Suprana mengungkapkan, jika pihaknya akan memfasilitasi rujukan untuk pasien agar diterima di RSUP Karyadi, Semarang. Apalagi, lanjut dia, pasien telah terdaftar di jaminan kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

"Selama proses rujukan, pasien ini tetap akan kita dampingi sampai pasien diterima di sana (RS Karyadi). Apalagi, pasien saat ini terdaftar di jaminan kesehatan milik pemerintah," ucap dr Oo Suprana.

Meski demikian, sebelum dirujuk ke RSUD Karyadi Semarang. Keluarga Apipudin akan berkonsultasi dengan pihak desa terkait rencana keberangkatan.

"Untuk sampai saat ini pihak keluarga Apipudin masih konsultasi dulu, kalau sudah siap kita akan fasilitasi rujuk ke Semarang. Yang jelas kita siap membantu mengupayakan semaksimal mungkin," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.