Sukses

Ayo Jelajah Pagi di Bangunan Tua Markas Polisi Kota Bandung

Gedung yang kini ditempati sebagai markas polisi di Bandung itu dibangun tahun 1864-1866 dengan gaya arsitektur neoklasik.

Liputan6.com, Bandung - Sebagai sebuah kota yang pembangunannya dimulai sejak pusat pemerintahan dipindahkan ke daerah Sungai Cikapundung di tahun 1810, Bandung masih menyisakan aroma kolonial yang masih terasa.

Satu di antaranya gedung perkantoran Polrestabes Bandung yang terletak di Jalan Jawa. Gedung berusia 152 tahun itu masih berdiri kokoh di ibu kota Provinsi Jawa Barat tersebut. Seperti apa isinya?

Pada Sabtu pagi, 20 Januari 2018, Liputan6.com bersama Historical Trips berkeliling mengunjungi bangunan cagar budaya di kawasan Jalan Jawa. Salah satunya gedung yang saat ini dipakai sebagai kantor polisi.

Gedung itu dibangun tahun 1864-1866 dengan gaya arsitektur neoklasik. Gaya arsitektur itu amat digemari oleh para tuan tanah kaya sekitar tahun 1800-an. Sebab, dianggap sebagai lambang kekuasaan hingga gaya bangunan ini sering disebut Indische Empire Stijl.

Ratusan tahun lalu, gedung ini awalnya digunakan sebagai sekolah guru pertama di Bandung. Sekolah ini didirikan oleh Raden Haji Mohammad Musa dan Karel Federik Holle yang merupakan seorang administratur Perkebunan Teh Waspada di daerah Cikuray, Bayongbong, Garut. Tuan Holle ini juga merupakan penasihat urusan dalam negeri Hindia Belanda.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cagar Budaya Klas A

Liputan6.com mencoba masuk dari pintu utama gedung bergaya arsitektur Eropa tersebut. Bagian pintu berwarna kayu cokelat dengan dilapisi kaca. Sedangkan di bagian halaman terdapat kursi dan meja.

Pada bagian tengah dekat pintu masuk terdapat tulisan Polrestabes Bandung. Sebuah penanda bahwa bangunan ini termasuk cagar budaya klas A juga terpampang di tembok depan.

Kepala Seksi Umum Polrestabes Bandung, Kompol Lilis Nunung, menyambut sekitar 30 orang yang antusias mengikuti wisata sejarah ini. Dia pun mempersilakan para peserta untuk memotret isi bangunan.

Awalnya, agak sulit membayangkan bagaimana gedung ini dahulu dipakai sebagai sekolah. Tidak banyak benda kuno di dalam gedung. Meski bagian aulanya cukup luas dengan diisi kursi-kursi.

Lilis mengatakan, kondisi bangunan tidak banyak mengalami perubahan dan terus dirawat hingga saat ini. Mulai dari lantai, kaca dan tembok masih asli.

"Cerita soal gedung untuk disebarluaskan memang masih belum maksimal. Cuma tahunya dulu bangunan ini merupakan sekolah guru," kata Lilis.

Selain itu, pilar-pilar bangunan terdiri dari tumpukan batu bata. Tidak menggunakan besi sedikitpun.

Beberapa kali, Lilis mengatakan, bangunan direhabilitasi. Yang terbaru sekitar dua tahun lalu saat mengganti plafon. Biaya operasionalnya dibantu Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.

"Perawatannya berbiaya besar. Sejak 2002 saya di sini tidak ada anggaran dari dinas, hanya swadaya semua," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Bagian Paling Sering Rusak

Ipda Asep selaku Kasubsi Layanan Markas menjelaskan, untuk biaya perawatan menggunakan anggaran dari Mabes Polri. Yang paling sering diganti adalah plafon karena sudah beberapa kali mengalami pelapukan akibat rembesan air hujan.

Dahulu ruang utama tidak bersekat seperti sekarang. "Jadi, kalau dulu duduk di sini bawaannya suka mengantuk karena hawanya dingin sekali," tuturnya.

Menurut dia, sirkulasi udara lah yang membuat kondisi di dalam ruangan gedung menjadi adem.

Dia pun berharap dengan banyaknya kedatangan komunitas, khususnya yang mencintai bangunan bersejarah bisa menyampaikan apa adanya tentang bangunan. "Sejak 2007 gedung ini jadi markas polrestabes dengan membawahi 28 polsek dan satu pospol sub sektor," terangnya.

Santi (50), salah satu peserta wisata bangunan bersejarah mengatakan, ia baru pertama kali mengikuti kegiatan ini. Sengaja dia datang dari Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, hanya untuk mengikuti jalan-jalan ini.

"Rasanya menyenangkan kita sering lewat gedung seperti ini dengan ikut Historical Trips jadi tahu sejarahnya bukan hanya lewat saja," kata pegawai swasta itu.

Dengan adanya trip ini, Santi mengaku dapat menggali informasi penting yang dapat menerangkan sejarah dari karya pendahulu di masa lalu.

Ada sesuatu yang menarik dari sisi sejarah. "Daripada ke mal putar-putar Bandung mending ikut jalan-jalan seperti ini," katanya.

Apalagi, Santi sebelumnya menyangka untuk mengetahui sejarah tinggal pergi museum. "Tapi, setelah ini, kita dibiarkan mencari tahu sejarah dari sebuah bangunan," ujarnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.