Sukses

Prajurit Maung Bandung Bantu Pulihkan Titik Nol Sungai Citarum

Sejumlah kegiatan digelar sejak November 2017 untuk memperbaiki kawasan hulu Sungai Citarum, yakni Situ Cisanti di Kabupaten Bandung Barat.

Liputan6.com, Bandung - Menjawab tantangan Presiden Joko Widodo untuk menghapus julukan "The Dirtiest River the World" bagi Sungai Citarum, Pangdam III/Siliwangi sudah menyiapkan berbagai jurus andalan.

Sejumlah kegiatan telah dilakukan sejak November 2017 untuk memperbaiki kawasan hulu Sungai Citarum, tepatnya Situ Cisanti di daerah Kertasari, Kabupaten Bandung Barat.

"Salah satu permasalahan yang membuat Sungai Citarum kondisi air maupun ekosistem yang ada di sekitarnya seperti saat ini adalah rusaknya kawasan hulu atau nol kilometer Citarum, tepatnya berada Situ Cisanti," ujar Kepala Penerangan Kodam III/Siliwangi Desi Ariyanto kepada Liputan6.com, Kamis (25/1/2018).

Pertama, perbaikan petilasan dan mata air Citarum. Keliling mata air purba yang telah berumur sekitar 12 juta tahun ini diperbaiki, sehingga lebih kuat agar tidak rawan longsor dan bisa dinikmati keindahannya oleh masyarakat.

Kedua, pembersihan Situ Cisanti dari sampah, eceng gondok, dan ganggang merah yang ada di permukaan danau.

"Melaksanakan pembersihan semua sampah yang selama ini banyak ditemukan di parit maupun sungai–sungai yang berada di sekitar Danau Cisanti," Desi menjelaskan.

Kemudian, mencegah bertambahnya sedimentasi Situ Cisanti dengan menanam vetiver di sepanjang bibir danau sekaligus melarang masyarakat untuk memancing di lokasi titik nol atau hulu Sungai Citarum.

"Hal ini harus dilakukan karena selama ini banyak tanah di bibir Danau Cisanti yang longsor ke dalam danau karena digunakan sebagai pijakan untuk memancing," kata Desi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pembangunan Rumah Warga Relokasi

Keempat, Desi menambahkan, merelokasi warga yang tinggal di kawasan konservasi. Menurut Desi, ada sekitar 300 kepala keluarga yang akan direlokasi. Program relokasi ini tidak hanya memindahkan warga ke lokasi baru di luar daerah konservasi, tetapi juga menyiapkan rumah dan pekerjaan baru untuk mereka.

Bagi masyarakat yang kena relokasi disiapkan rumah baru di lokasi baru yang tidak jauh dari rumah yang lama.

"Dan yang alih profesi langsung bergabung dengan tim pembibitan Prajurit Siliwangi setelah sebelumnya diberikan ganti rugi tanaman yang kentang dan wortel yang telah mereka tanam sekaligus langsung diberikan gaji sebagai pembibit tanaman," ujar dia.

Saat ini, Kodam III Siliwangi telah mulai membangun rumah baru bagi warga yang akan direlokasi. Sekitar 360 rumah akan dibangun dan diberikan kepada warga di daerah konservasi secara cuma-cuma.

Menurut Desi, kegiatan pembangunan rumah ini dilaksanakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bersama dengan Zidam III/Siliwangi serta pihak swasta.

Desi menambahkan pembangunan rumah ini dilaksanakan dengan teknologi terbaru. "Dalam waktu satu bulan target rumah yang bisa dibangun mencapai 120 rumah, sehingga dalam waktu tiga bulan 360 rumah dapat diselesaikan," dia menegaskan.

 

3 dari 3 halaman

Penanaman Bibit

Keenam, melaksanakan kegiatan pembibitan pohon yang nantinya digunakan untuk program reforestasi 80.000 hektare kawasan konservasi yang saat ini kondisinya kritis dan sangat kritis dengan target pohon yang bisa dihasilkan sebanyak 125 juta pohon yang terdiri dari 100 juta tanaman ekonomis dan 25 juta tanaman ekologis.

"Kegiatan pembibitan ini dilaksanakan oleh 200 Prajurit Siliwangi, menetap di barak yang akan dibangun dekat dengan lokasi pembibitan, bersama tim pembibitan Budiasi pimpinan Bapak Yuhan serta dengan masyarakat petani situ cisanti yang sudah melakukan alih profesi," kata Desi

Ketujuh, melaksanakan penanaman bibit pohon di Gunung Wayang. Bibit yang ditanam harus sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) bibit versi Citarum.

"Kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan pencangan Citarum Harum yang akan dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo yang direncanakan pada awal bulan Februari.

Program terakhir, adalah pelaksanaan survei untuk memperkuat data sehingga bisa menginventarisasi permasalahan dan solusi untuk melindung ekosistem di Sungai Citarum.

"Kegiatan lain yang dilakukan adalah melakukan pendataan secara langsung di lapangan secara riil semua pabrik di sepanjang DAS Citarum yang membuang limbah ke sungai Citarum," Desi menambahkan.

Untuk anggaran pelaksanaan program tersebut, Desi memastikan anggaran itu berasal dari APBN 2018.

"Dari APBN, ini kan program pemerintah. Tapi apakah dari anggaran Kemen PUPR atau dari mana, saya belum tahu, masih dalam pembahasan," dia menandaskan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.