Sukses

Panen Raya Tiba, Beras Impor Jadi Buah Simalakama

Sejumlah sentra padi siap panen, harga beras lokal bakal turun atau terjun bebas?

Liputan6.com, Garut - Sebanyak empat daerah sentra penghasil beras di Jawa Barat, bersiap melakukan panen raya awal tahun ini. Namun, apakah panen di sentra tersebut mampu menurunkan harga beras di Tanah Air.

Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian RI, Banun Harpini mengatakan, tingginya serapan gabah kering dari petani, diharapkan mampu meningkatkan persediaan gabah dari petani.

"Makanya peran Bulog sangat penting dalam menyerap gabah petani," ujar dia selepas menggelar panen raya, sekaligus Gerakan Panen dan Serap Gabah Petani wilayah Jabar di areal pesawahan Desa Karangsari, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Selasa, 23 Januari 2018.

Ketua Tim Penanggung Jawab Upaya Khusus Sewasembada Padi, Jagung dan Kedelai Provinsi Jawa Barat (Jabar) ini berharap melimpahnya stok gabah dapat menekan harga beras bagi masyarakat. "Garut kabupaten ketiga yang panen raya," kata dia.

Sebelumnya, dalam sepekan terakhir, lembaganya telah melakukan beberapa panen raya, dimulai di kabupaten Cianjur, kemudian Sukabumi, dan diakhiri Garut. "Besok Tasik, dan tanggal 25 Januari 2018 di Ciamis," kata dia.

Banun menyatakan, hingga kini Jawa Barat masih menjadi tiga provinsi sentra padi di Indonesia, selain Sumatera Barat, dan Bali. "Tahun lalu beras Jabar masuk Sumatera Utara dan Kalimantan," kata dia.

Dengan potensi besar setelah panen itu, lembaganya siap melakukan pendampingan dan bantuan hilirisasi produk pertanian, sehingga petani mendapatkan nilai tambah. "Dan yang lebih penting memberikan jaminan pasar untuk meningkatkan kesejahteraan petani," dia menegaskan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Beras Impor Jadi Petaka untuk Petani

Namun, masuknya musin panen tahun ini, justru dikeluhkan Bupati Kabupaten Garut Rudi Gunawan. Menurutnya, gelontoran beras impor dikhawatirkan berpotensi memukul harga gabah petani lokal. "Memang kami belum memiliki silo (aturan) yang memadai," kata dia.

Untuk itu, agar petani nyaman, ia meminta jaminan sekaligus kepastian dari Bulog agar menyerap gabah petani sesuai dengan harga yang ditentukan pemerintah berapa pun jumlahnya.

"Mohon berapa pun hasil gabah petani, agar Bulog menyerapnya secara optimal," pinta dia.

Selain itu, untuk menjaga cadangan lahan pertanian dari ancaman alih fungi menjadi kawasan industri, pemukiman dan lainnya, lembaganya telah menyiapkan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) hingga 36 ribu hektar.

"Makanya saat ada rencana industrialisasi pabrik, kami terkendala dengan lahan itu," kata dia.

Melihat lahan yang ada, kabupaten Garut ujar Rudy, memiliki potensi untuk menghasilkan gabah kering hingga 800 ribu ton per tahun atau sekitar 450 ribu ton beras dari petani. "Sayang akibat belum optimal kita baru sanggup menghasilkan 150 ribu ton beras," ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Beni Yoga menambahkan, untuk memberikan nilai tambah harga yang optimal bagi petani, lembaganya gencar mengampanyekan penanaman padi organik.

"Kami libatkan juga BUMDES untuk membantu packing dan labeling agar beras yang dihasilkan mampu bersaing dengan yang lain," kata dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.