Sukses

Hujan Es Terjang Magelang, Fenomena Apa?

Hujan es bisa diprediksi karena selalu didahului angin kencang, petir, dan udara dingin dalam durasi pendek.

Liputan6.com, Magelang Hujan lebat sejak pagi hari yang turun di Magelang, Jawa Tengah, dan wilayah sekitarnya, mencapai puncaknya dengan terjadinya hujan es. Hujan es terpantau terjadi di sebagian wilayah Magelang Kota hingga Kecamatan Mertoyudan di Kabupaten Magelang.

Mujiani salah satu warga Muntilan yang hendak pulang dengan angkutan umum menuturkan, hujan yang lebat disertai angin kencang menyebabkan sejumlah pohon tumbang. Mujiani mengaku tidak tahu persis titik paling lebat.

"Angkot yang ditumpangi tidak berani jalan ya di Mertoyudan. Di tempat lain enggak tahu. Ngeri kok, anginnya gede banget," ucap Mujiani, Rabu (24/1/2018).

Sementara itu, Lucia Henny Christina, karyawan sebuah bank swasta di Magelang, menuturkan bahwa saat terjadi hujan es, ia hendak istirahat makan siang. Akibatnya, ia gagal keluar makan siang karena takut.

Selain hujan es, pepohonan bertumbangan di jalur Tampur-Prajenan, Magelang karena dilanda angin kencang dan hujan lebat. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

"Lumayan gede-gede lho. Saya tadi nemu butiran terbesar segede jempol. Kalau kena kepala kan sakit," kata Henny.

Dari sejumlah informasi, hujan es yang turun di Magelang, tidaklah merata. Hujan es paling besar terjadi di kawasan Mertoyudan. Hal ini mengakibatkan sejumlah pohon bertumbangan, dan menimbulkan genangan air di jalan raya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penjelasan BMKG

Septima prakirawan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Semarang menjelaskan, fenomena hujan es sangat jarang terjadi di daerah tropis. Namun, tanda-tandanya selalu sama, yakni didahului angin kencang dan petir dalam durasi singkat. Selain itu, udara di sekitar juga tiba-tiba berubah dingin.

"Penyebab utama adalah adanya kondensasi/pengembunan yang mendadak. Ini biasa terjadi pada awan Cb (cumulonimbus/kumulonimbus), yakni awan yang merupakan kumpulan uap air yang sangat padat, tebal, berat, hitam," kata Septima.

Butiran hujan yang jatuh masih berupa es sebab jarak awan Cb tersebut dengan permukaan bumi sangat dekat (sebagai awan rendah). Ketika berada di atmosfer, uap air berkondensasi menjadi kristal-kristal es (bongkahan es), karena jenuh dan berat akan jatuh menjadi hujan yang belum sempat mencair sampai dengan permukaan bumi.

Sejauh ini, fenomena hujan es lokal itu memang belum sampai tahap membahayakan jiwa karena butiran es masih kecil. Namun, bisa merusak tanaman maupun benda yang dijatuhi.

"Satu lagi, hal seperti ini atau hujan es ini durasinya pendek. Hanya 5-10 menit saja. Meski demikian, waspada tetap diperlukan," kata Septima.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.