Sukses

Wow, Wisata Komodo Raup Rp 29 Miliar

Devisa dari wisata Komodo paling tinggi di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Liputan6.com, Manggarai Barat - Kepala Otoritas Taman Nasional Komodo (TNK) Sudiyono mengemukakan wisata komodo (varanus komodoensis) di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores telah menjadi sumber devisa terbanyak di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).

TNK mencatat arus kunjungan wisatawan selama 2017 meningkat tajam mencapai lebih dari 120 ribu orang dengan 65 persen di antaranya merupakan wisatawan mancanegara.

"Meskipun destinasi utama hanya TNK namun arus kunjungan yang membeludak membuat kontribusi pajak untuk negara juga naik cukup signifikan," kata kata Sudiyono saat dihubungi dari Kupang, Kamis (18/1/2018), dilansir Antara.

Ia menyebut nilai pendapatan negara yang terakhir dicatat per Januari 2018 mencapai sekitar Rp29,1 miliar. Menurutnya, pencapaian itu merupakan hasil yang positif mengingat satu-satunya sumber potensi yang diandalkan hanya dari wisata Taman Nasional Komodo sebagai salah satu dari 10 destinasi unggulan nasional.

"Kita bersyukur karena meskipun destinasinya di kabupaten tapi mengungguli tingkat provinsi seperti BKSDA Jawa Barat yang ada di ranking dua itu memiliki banyak sumber, ada lembaga konservasi, kebun binatang, wisata puncak, dan taman-taman wisata," katanya.

"Kontribusi pendapatan negara bukan pajak di lingkup Kementerian LKH untuk tahun 2017, tertinggi diperoleh dari Taman Nasional Komodo yang menempati urutan pertama, dan rangking dua itu BKSDA Jawa Barat," ujarnya. 

 Sudiyono mengatakan, pendapatan TNK yang diperoleh itu mengandalkan hasil pembelian tiket wisatawan yang masuk ke pulau-pulau di dalam TNK, tiket treking, berselancar dan menyelam.

Sudiyono tidak meragukan lagi bahwa wisata komodo yang menjadi salah satu keajaiban dunia (new seven wonders) itu telah mendunia dan menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan mancanegara dan domestik.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

122 Ribu Wisatawan ke Labuan Bajo

Kunjungan wisatawan asing dan domestik ke Labuan Bajo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, meningkat tajam sepanjang 2017. Sampai dengan Desember 2017 ini kunjungan wisatawan yang masuk ke Pulau Komodo, Labuan Bajo, mencapai 122.000 orang.

Pengelola Taman Nasional Komodo mencatat jumlah kunjungan ke salah satu destinasi wisata unggulan nasional itu didominasi wisatawan mancanegara sebanyak 65 persen, sementara wisatawan domestik 35 persen. Sebagai perbandingan, pada 2016 lalu kunjungan wisatawan 82.000 orang.

Meskipun musim sekarang merupakan low session yang berlangsung dari Desember 2017-April 2018, banyak wisatawan dari berbagai daerah ingin menghabiskan waktu akhir tahunnya di Labuan Bajo.

"Saya tadi juga memantau hotel-hotel di Labuan Bajo juga penuh dan sudah diboking dari mana-mana dari luar NTT," kata Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu, Jumat (28/12/2017), dilansir Antara.

"Ini pertanda bahwa wisatawan sekarang memilih alternatif liburan tidak lagi hanya berpusat di Bali namun sudah bergeser ke Labuan Bajo," katanya.

Menurut Marius, peningkatan arus kunjungan tersebut didukung dengan lancarnya layanan penerbangan dari sejumlah rute ke Labuan Bajo seperti dari Kupang, Denpasar, dan Jakarta.

"Frekuensi penerbangan Jakarta-Labuan Bajo yang dilayani Maskapai Batik Air dan Garuda telah berdampak besar bagi peningkatan arus wisatawan," katanya.

Ia mengatakan, wisatawan yang masuk ke Labuan Bajo tidak hanya mengunjungi daerah setempat namun banyak yang kemudian menyebar ke sejumlah destinasi lainnya di Pulau Flores seperti Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, hingga Flores Timur.

Selain itu, ada pula yang melakukan over land ke berbagai destinasi wisata lainnya yang menyebar di Pulau Timor, Alor, Rote, dan Pulau Sumba.

"Tren kunjungan ke Labuan Bajo ini tentu sangat positif karena ini menunjukkan pariwisata kita di NTT semakin mendunia karena kunjungan wisatawan terus meningkat dari waktu ke waktu," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Masyarakat Peduli Api Komodo

Otoritas Taman Nasional Komodo (TNK) membentuk 120 personel yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Api untuk mengantisipasi kebakaran di dalam habitat satwa purba komodo yang merupakan destinasi wisata unggulan nasional itu.

"Masyarakat Peduli Api ini kami bentuk pada Desember 2017 lalu yang di dalamnya berupa satuan tugas yang melibatkan masyarakat ada 90 orang sebagai pelaksana lapangan dan 30 orang dari unsur aparat desa di dalam TNK," kata Kepala Otoritas TNK Sudiyono kepada Liputan6.com, Rabu (17/1/2018).

Ia mengatakan, satuan tugas itu dibentuk untuk mengantisipasi kebakaran di dalam kawasan TNK yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu. Menurutnya, keberadaan satuan tugas itu penting karena kawasan TNK merupakan daerah padang rumput yang rawan terjadinya kebakaran terutama pada musim kemarau sehingga perlu diantisipasi.

"Jangan sampai ketika terjadi kebakaran kita tidak punya apa-apa untuk penanganan, jadi ini sifatnya antisipasi supaya komodo tetap eksis termasuk pakan-pakan di dalamnya dan sebagainya," katanya.

Sudiyono menjelaskan satuan tugas itu akan diperkuat melalui pembekalan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam menangani masalah kebakaran.

Menurutnya, meskipun masyarakat setempat juga pernah menangani kebakaran, mereka lebih mengandalkan pengalamannya. Untuk itu diberikan pembekalan secara teori yang bisa dipadukan dengan pengalaman yang ada sehingga penanganan kebakaran lebih efektif.

Ia mengatakan, kelestarian alam kawasan TNK sendiri menjadi fokus pihaknya untuk terus dijaga karena keberlangsungan hidup populasi komodo sangat tergantung pada kondisi alam setempat.

Satwa komodo, lanjutnya, menyatu dengan kehidupan liar dalam mendapatkan sumber makanan seperti babi hutan, rusa, kuda dan lainnya, sementara komodo yang masih berukuran kecil mengkonsumsi serangga, unggas, dan lainnya.

"Kalau ada kebakaran yang berimbas pada kondisi pakan komodo ini maka otomatis populasinya akan terdampak, karena itu perlu diantasipisi agar tidak terjadi kebakaran apalagi sampai merambat luas," kata Sudiyono.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.