Sukses

Pesan Gunung: Tinggalkan Kenangan, Itu Sulit Dihancurkan Waktu

Ada pesan menarik dari Gunung Ireng, Gunungkidul. Tinggalkan kenangan, jangan sampah.

Liputan6.com, Yogyakarta Tinggalkan kenangan, jangan sampah. Keduanya tidak mudah hancur oleh waktu. Sebaris pesan itu tertulis di sebuah papan yang berada di Gunung Ireng, sebuah puncak tertinggi di Srumbung, Pengkok, Pathuk, Gunungkidul. Alhasil, tidak sedikit orang yang menjadikan lokasi itu sebagai spot untuk mengabadikan matahari terbenam.

Tulisan itu dianggap pas untuk mewakili perasaan ketika menyantap senja. Sebagian besar orang mempercayai senja identik dengan kenangan, sedangkan fajar simbol harapan.

Gunung Ireng mulai didatangi wisatawan sejak 2013, seiring dengan mulai dibangunnya sarana pendukung wisata, seperti warung dan homestay. Sebelumnya, orang hanya datang untuk menikmati matahari terbit dan terbenam. Sebenarnya, gunung ini bukan gunung pada umumnya. Ia terdiri dari gundukan batu-batu berwana hitam yang menggunung.

"Lima tahun lalu ada mahasiswa KKN yang bersama dengan warga setempat membuat  tempat wisata ini lebih berkonsep," ujar Purwanto, pemilik warung sekaligus salah satu pengelola tempat wisata Gunung Ireng, Jumat (12/1/2018).

Konsep disesuaikan dengan kesukaan wisatawan masa kini, yakni berfoto maupun swafoto. Ada beberapa spot foto, antara lain, berbentuk alas kayu, teras dengan kursi, dan rumah dari anyaman bambu. Di tempat itu bentangan sawah, pepohonan, pegunungan, serta muncul dan tenggelamnya matahari bisa terlihat jelas.Perjalanan menuju lokasi Gunung Ireng bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi. Lokasi wisata ini berjarak skeitar 30 kilometer dari pusat kota Yogyakarta atau memakan satu jam perjalanan darat.

 

 

Wisatawan dari arah Yogyakarta bisa mengambil arah Jalan Wonosari dan mengikuti jalan utama sampai ke kawasan Bukit Pathuk Gunungkidul. Di perempatan Radio GCD FM, wisatawan bisa belok ke kanan dan lurus sampai ke Desa Pengkok. Setelah itu, ikuti papan petunjuk menuju Gunung Ireng.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tarif Masuk Terjangkau

Mencapai puncak Gunung Ireng juga tidak sulit. Sekalipun disebut sebagai jalur tracking, rute yang ditempuh hanya puluhan meter dari lokasi parkir kendaraan. Tiket masuk ke Gunung Ireng relatif murah, hanya Rp 3.000 per orang dengan tarif parkir sepeda motor Rp 2.000.

Jalan menuju titik pemandangan matahari terbit berbatu dan licin. Harus hati-hati supaya tidak terpeleset.  Penerangan di lokasi itu masih minim. Jadi, perlu membawa senter atau menyalakan senter dari ponsel untuk membantu perjalanan. Sebelum tiba di puncak, wisatawan juga akan melewati sebuah rumah di tengah bukit. Bangunan berbentuk limas an itu berfungsi sebagai homestay. Wisatawan bisa menginap di rumah yang terdiri dari tiga kamar itu. Per kamar dibanderol harga Rp 150.000 per malam.

Tidak hanya foto, wisatawan yang mengunjungi Gunung Ireng juga bisa memperoleh informasi seputar tempat itu lewat papan pengumuman yang terpasang di tempat parkir kendaraan wisatawan. Ada dua buah poster besar yang berisi tentang sejarah terbentuknya Gunung Ireng.Selepas menikmati senja, wisatawan yang lapar dan haus bisa mampir ke warung yang berada tidak jauh dari lokasi parkir. Namanya Kedai Petualang. Menu yang disajikan tidak lebih dari mi instan dan aneka kopi. Namun, untuk perjalanan wisata seperti ini, kedua menu itu cukup ampuh melegakan rasa lapar dan haus sesudah bersenang-senang.

 

 

3 dari 3 halaman

Berasal dari Tendangan

Masyarakat percaya kemunculan Gunung Ireng tidak lepas dari kisah perwayangan. Raden Bratasena marah ketika melihat sekelompok kera bermain bintang di Puncak Merapi.

Ia menendang kawanan kera itu, akan tetapi tendangannya meleset dan mengenai puncak Merapi. Akibatnya, puncak itu pun terlempar ke segala penjuru , salah satunya sampai ke Dusun Srumbung Desa yang berjarak 60 kilometer.  Berdasarkan sejarah geologi Gunung Ireng terdiri dari batuan hitam fragmental dan padat serta berlapis semu. Batuan itu terbentuk dari proses gunung api, seperti yang dapat ditemukan di tubuh Gunung Merapi.

Warna batu hitam karena proses oksidasi batuan kaya unusr Fe atau besi. Gunung Ireng merupakan gunung purba pada 18 sampai 20 juta tahun lalu.

Kala itu, Gunung Ireng adalah gunung api yang berada di bawah permukaan laut. Hanya puncak Gunung Ireng yang muncul dan diterpa sinar matahari. Proses tektonik yang berlangsung berulang-ulang selama jutaan tahun di Selatan Jawa mengakibatkan Gunung Ireng mengalami pengangkatan sampai menjadi daratan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.