Sukses

Atasi Semburan Gas Liar Indramayu, Pertamina Lubangi Saluran Gas

Semburan gas dengan ratusan titik di Indramayu sudah berjalan tiga tahun terakhir. Warga makin resah dan tidak nyaman.

Liputan6.com, Indramayu - Bupati Indramayu, Anna Sophanah mengatakan PT Pertamina tengah menangani semburan gas liar di Desa Pagedangan dan Sukaperna, Kecamatan Tukdana. Ia berharap masyarakat tidak terprovokasi isu menyesatkan terkait semburan gas tersebut.

"Semburan gas saat ini tengah ditangani oleh Pertamina. Untuk itu, semua pihak harus bisa menahan diri dan tidak mudah terprovokasi oleh pihak luar," katanya di Indramayu, Kamis, 11 Januari 2018, dilansir Antara.

Bupati meninjau langsung semburan gas di rumah salah seorang warga. Walaupun kandungan gas yang keluar tidak berbahaya, semua pihak harus tetap waspada. Terlebih, beberapa warga mengaku sempat mengalami pusing dan gas tersebut juga mudah terbakar.

"Semburan gas yang keluar pada akhir 2017 tersebut harus menjadikan semua pihak lebih waspada terhadap datangnya bencana yang setiap saat bisa mengintai kapan pun," tuturnya.

Sementara itu, Camat Tukdana, Basuni mengatakan, di bawah koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), semua pihak telah bertindak untuk mengurangi risiko semburan gas tersebut.

Salah satunya, kata dia, dengan mendirikan posko di Desa Sukaperna yang memudahkan semua pihak untuk berkoordinasi. "Selain mendirikan posko, warga masyarakat juga diberikan pengobatan gratis dan bantuan sembako dari BPBD dan Dinas Ketahanan Pangan," katanya.

Kepala Legal and Relation Pertamina Jatibarang, Ery Ridwan mengatakan, semua pihak telah turun untuk melihat semburan gas tersebut. Pihaknya hanya membantu dengan mengerjakan upaya pengurangan semburan gas.

"Dengan cara akan mengalirkan ke saluran gas rawa yang dimiliki oleh Pertamina dengan kedalaman antara 100-300 meter," kata Ery.

Ery menerangkan, pihaknya akan melubangi saluran gas rawa tersebut. Cara itu diharapkan bisa menarik gas ke dalam saluran.

"Namun jika tidak bisa, akan dilakukan modifikasi atau dengan menyalurkannya kemudian dilakukan pembakaran dengan membuat flare," katanya lagi.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Aroma Gas Menyengat

Sebelumnya, warga Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, mulai resah dengan munculnya gas rawa bercampur lumpur yang terus keluar beberapa hari lalu.

Warga khawatir kondisi ini akan berakhir seperti bencana lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Gas yang keluar belakangan ini kembali muncul setelah sebelumnya pernah terjadi pada 2016.

Sejauh ini, tercatat sebanyak 195 titik semburan gas di Desa Sukaperna dan Desa Pagedangan, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu. Gas memancarkan aroma menyengat.

Beberapa titik semburan gas berpotensi mengeluarkan api. Salah satunya yang berada di pekarangan rumah milik Wasni. Dia mengaku sangat terganggu dengan makin besarnya semburan gas tersebut.

"Sudah disumbat, tapi masih takut karena gas makin membesar," kata Wasni, Selasa, 9 Januari 2018.

Warga yang rumahnya terkena semburan gas diungsikan ke posko terdekat. Petugas BPBD setempat bersama polisi, TNI dan Pertamina terus memantau banyaknya semburan gas tersebut.

Warga pun berharap pemerintah segera menangani fenomena yang mengkhawatirkan itu. Dari informasi yang didapat, semburan gas bercampur air dan lumpur sudah ada sejak tiga tahun lalu.

3 dari 3 halaman

Sudah Tiga Tahun

Kepala Desa Sukaperna Hasanudin mengatakan, selama tiga tahun tersebut warga sudah mengadukan hal ini kepada pemerintah. Awalnya, kata dia, semburan hanya terjadi di 50 titik.

Seiring berjalannya waktu, semburan gas semakin meluas hingga 195 titik semburan di rumah warga. Tak heran warga cemas semburan lumpur akan membesar seperti Lapindo di Sidoarjo.

Dia menambahkan, banyaknya semburan gas tersebut memicu kekesalan warga. Bahkan, kata dia, warga setempat sempat menggelar aksi unjuk rasa, tetapi tak ada hasil.

"Hanya ada posko berdiri setelah masyarakat demo," kata dia.

Dia menjelaskan, saat ini masyarakat merasa tidak aman, tenang, dan nyaman.

Selain dampak semburan di rumah-rumah, banyak masyarakat mengalami gangguan pernapasan, seperti asma, sesak napas, hingga gatal-gatal akibat air semburan gas tersebut menyentuh kulit manusia. Apalagi tidak ada kompensasi yang diberikan pemerintah maupun instansi yang bertanggung jawab.

Hasanudin berharap ada solusi nyata terkait semburan gas di desanya dan berharap juga tidak seperti Lapindo. "Desa kami dulu tenang dan damai," tutur dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.