Sukses

Misi Penyelamatan Lumba-Lumba yang Sekolam Bersama 30 Hiu

Tiga lumba-lumba dimasukkan ke dalam kolam dangkal yang sudah berisi lebih dari 30 ekor hiu di Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa.

Liputan6.com, Jepara - Tim pegiat hak satwa hanya berhasil menyelamatkan satu dari tiga ekor lumba-lumba yang ditaruh sekolam bersama hiu di Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, untuk kembali dilepasliarkan kembali ke habitatnya.

Tim yang terdiri dari kelompok pembela hak satwa Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Balai Taman Nasional Karimunjawa, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah, PolAir Polda Jateng, Pos Angkatan Laut Karimunjawa beserta unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Karimunjawa, mendatangi lokasi kolam tersebut.

Mereka mengobservasi dan menutup sementara kolam tersebut dari pengunjung pada 15 Desember 2017.

Menurut keterangan resmi JAAN, Rabu, 3 Januari 2018, tiga ekor lumba-lumba, satu jenis hidung botol dan dua lainnya jenis pemintal, sengaja ditangkap di perairan Kepulauan Karimunjawa, Jepara.

Tiga lumba-lumba atau mamalia laut itu dimasukkan ke dalam kolam dangkal yang sudah berisi lebih dari 30 ekor hiu di Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lumba-Lumba Stres dan Luka

Kondisi lumba-lumba dalam kolam tersebut sangat memprihatinkan, karena stres dan tubuh penuh luka.

"Ditambah lagi dalam kolam tersebut dipenuhi hiu yang terlihat sesekali menyundul lumba-lumba tersebut," ucap Ketua Layanan Penyelamatan Hewan JAAN, Benvika, dilansir Antara.

Sayangnya, aksi cepat tim tidak mampu menyelamatkan dua ekor lumba-lumba, jenis hidung botol dan jenis pemintal, dalam waktu 48 jam. Sedangkan satu ekor lumba-lumba hidung botol yang masih bertahan direlokasi ke kandang laut (seapen) di Pulau Kemujan.

Selanjutnya, lumba-lumba itu diobservasi sebelum kembali dilepasliarkan ke habitatnya.

Kandang laut yang berada di Pulau Kemujan, Karimunjawa ini merupakan tempat untuk merehabilitasi dan merawat lumba-lumba, baik yang berasal dari sirkus maupun yang terluka dan terdampar. Lumba-lumba itu kemudian dilepasliarkan kembali ke habitatnya.

3 dari 3 halaman

Lumba-Lumba Langka Ditemukan di Papua Nugini

Adapun peneliti dari James Cook University dan Universitas Papua Nugini menemukan lumba-lumba snubfin dan lumba-lumba punggung bungkuk (humpback) asal Australia yang hidup di Delta Kikori, di Provinsi Gulf, sebelah barat ibu kota Port Moresby.

Peneliti senior James Cook University, Isabel Beasley, mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya penemuan di luar Australia di mana lumba-lumba snubfin langka terlihat. Demikian seperti dikutip Tim Global Liputan6.com dari Australia Plus, Jumat, 8 Desember 2017.

"Sepertinya Delta Kikori merupakan satu-satunya tempat dari seluruh wilayah Papua Nugini dan Kepulauan Pasifik, di mana lumba-lumba snubfin ditemukan," ucap Beasley.

Para peneliti akan menyelidiki apakah penemuan ini menunjukkan mamalia laut mengikuti pola yang sama dengan hewan daratan Australasia dan Asia, yang terpisah oleh Garis Wallace yang terbentang di antara Lombok dan Bali.

"Secara umum, mereka tampaknya bergerak mengikuti Garis Wallace. Selanjutnya akan dilihat pergerakan kelompok hewan tersebut di kepulauan Indonesia dan Papua, di mana mereka akan melewati batas dan apa motifnya.

Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengakui pentingnya penemuan ini, dengan menunjuk aliran sungai itu sebagai Kawasan Penting bagi Mamalia Laut (IMMA).

Kawasan itu juga mencakup bagian Bismark, daerah yang sekarang menjadi bagian dari IMMA untuk target penambangan dasar laut eksperimental.

Beasley mengatakan bahwa aliran Sungai Kikori saat ini membutuhkan perlindungan dan konservasi dari pihak lokal.

"Ini adalah sebuah penemuan besar. Saat ini, sangat penting untuk bekerja sama dengan pemerintah, NGO, dan masyarakat setempat, untuk memastikan bahwa kita dapat melestarikan populasi mamalia laut yang sangat kecil dan terbatas di Delta Kikori," ujarnya.

Penelitian ini didanai oleh Exxon-Mobil, yang mengoperasikan proyek Gas Alam Papua Nugini dan sebagian berada di Propinsi Gulf.

Tim peneliti juga bekerja sama dengan Badan Konservasi dan Perlindungan Lingkungan dan Museum Nasional dan Galeri Seni Papua Nugini.

Tim dari James Cook University mengatakan, pihaknya akan melanjutkan penelitian di Delta Kikori dan memperluas studinya ke daerah Laut Bismark bersama mitra mereka di Papua Nugini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.