Sukses

Kursi Roda Khusus Difabel Karya Siswa Sidoarjo Memukau Dunia

Jangan anggap remeh anak zaman sekarang, karyanya justru mampu memukau mata dunia.

Liputan6.com, Surabaya - Kursi roda khusus difabel berbasis android system and orientation sensor transportation (Ansont), karya siswa SMA Muhammadiyah II (Smamda) Sidoarjo ini sukses meraih juara dua dalam 17th APICTA Award 2017 (Asia Pasific ICT Alliance) di Dhaka, Bangladesh.

Pembuat kursi roda untuk difabel ini adalah Faza Ghulam Achmad, Rangga Rajasa, Muhammad Fadly Fernanda, dan Muhammad Thoriq Tirafi. Mereka berasal dari kelas XI IPA SMA Muhammadiyah II Sidoarjo.

Wakil Kepala Kesiswaan Smamda Sidoarjo, Yudi Prianto mengungkapkan, kebanggaanya kepada siswa yang berhasil meraih prestasi internasional pada 7-10 Desember lalu di Bangladesh.

Pihak sekolah sangat mendukung apa yang dilakukan siswa-siswi untuk mengembangkan kreativitasnya.

"Kami sangat mendukung untuk mengembangkan kreativitas anak, sehingga kedepannya akan mengalami perubahan yang positif," tutur Yudi, beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, hasil karya siswa untuk difabel tersebut bakal didaftarkan dan dipatenkan sehingga ke depannya bisa teregister di Indonesia. "Jika saat ini masih menggunakan sistem android, maka kedepannya akan diperbarui lagi dengan sensor suara," ucap Yudi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kecanggihan Kursi Roda Siswa Smamda

Faza Ghulam Achmad menambahkan, pembuatan kursi untuk difabel ini adalah bentuk penyempurnaan setelah pembuatan edisi pertama dan kedua.

"Yang pertama dan kedua, dimensinya masih besar dan tergolong berat juga. Kursi yang digunakan pun belum maksimal. Bahkan kerangkanya juga belum optimal," kata Faza.

Sedangkan, pada versi ketiga ini, bisa dikatakan lebih ringan, lebih cepat, kursi bisa naik turun dan program kontrolnya pun bisa diperbarui lagi. Kursi roda berkecepatan 14 km/jam itu menggunakan sensor android yang bisa digerakkan untuk menjalankan kursi roda tersebut.

"Pakai sensor android. Jadi, kita tinggal gerakkan saja androidnya baik ke kanan atau ke kiri. Bisa juga dihadapkan ke depan untuk jalan lurus," ucapnya.

Menurutnya, alasan pembuatan kursi roda untuk kalangan difabel ini tak lain karena harga alat kesehatan (kursi roda) yang tergolong mahal. Nah, dirinya bersama teman-teman berinisiatif untuk membuat kursi roda dengan harga murah dan cara berbeda.

"Barang-barang ini kita beli di Surabaya. Dan harganya pun enggak seberapa mahal. Apalagi, sudah banyak orang yang menggunakan android. Jadi bisa dioperasikan melalui Android tersebut," Faza memungkasi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.