Sukses

Banjir Rob Datang, Stok Garam Probolinggo Menghilang Perlahan

Liputan6.com, Probolinggo - Penyusutan garam di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mencapai puluhan ton akibat banjir pasang air laut (rob) yang menerjang kawasan pesisir utara wilayah setempat pada awal Desember 2017.

"Banjir rob yang terjadi di pesisir utara Kabupaten Probolinggo berdampak buruk bagi petani garam di Kota Kraksaan," kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo, Dedy Isfandi, di Probolinggo, Senin (11/12/2017), dilansir Antara.

Ia mengatakan, air laut yang masuk hingga ke gudang penyimpanan garam milik petani membuat persediaan garam berkurang. Berdasarkan catatan petugas penyuluh lapangan (PPL) Dinas Perikanan di Kota Kraksaan, usai rob, penyusutan garam di dua desa mencapai 21 ton.

"Berdasarkan catatan petugas di lapangan, gudang penyimpanan garam yang paling terdampak banjir pasang air laut ada di Desa Kebonagung yang menyusut sebanyak 15 ton dan Desa Sidopekso penyusutannya sebanyak 6 ton," tuturnya.

Ia mengatakan, dua desa itu terdampak cukup parah setelah jebolnya tanggul di sisi timur dan barat wilayah pertambakan garam antara Desa Sidopekso dan Kalibuntu. Kondisi berbeda terjadi di Desa Kalibuntu. Walaupun air laut masuk ke gudang, tidak terjadi penyusutan signifikan.

"Saat banjir rob perdana, petani garam Desa Kalibuntu lebih cepat mengevakuasi garamnya dari gudang ke tempat yang lebih tinggi, sehingga penyusutan garam akibat gerusan air tidak terlalu banyak," ujarnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perhitungan Petani Garam Berbeda

Untuk mengantisipasi terjadinya rob susulan di masa yang akan datang, kata dia, pihaknya mengimbau agar petani meninggikan gudang penyimpanan garam. Dengan begitu, gudang penyimpanan garam tetap aman ketika air meninggi.

Sementara, petani memiliki hitungan berbeda terkait penyusutan garam tersebut. Mursyid, petani garam Desa Kalibuntu, mengatakan rembesan air laut membuat stok garam di gudang miliknya menyusut antara 30-50 persen.

"Kapasitas gudang saya masing-masing 15 dan 30 ton. Dengan penyusutan itu, saya juga rugi lumayan banyak," katanya.

Ia mengatakan penyusutan garam akibat banjir pasang air laut itu merugikan petani. Dengan harga jual garam krosok tingkat petani mencapai Rp 2.500 per kilogram, potensi kerugian petani mencapai puluhan juta rupiah.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.