Sukses

Usir Dinginnya Musim Hujan dengan Bau Toppaq, Kuliner Khas Mandar

Bau Toppaq merupakan salah satu makanan khas suku Mandar yang selalu menjadi incaran di musim hujan, terutama saat pagi yang dingin.

Liputan6.com, Makassar - Kuliner Indonesia memang tak ada habisnya dibahas. Hampir seluruh daerah memiliki ragam kuliner yang menjadi kebanggaan. Salah satunya kuliner khas milik suku Mandar yang bernama Bau Toppaq.

Ikan tuna yang sudah diawetkan dengan cara dijemur di bawah terik matahari yang menjadi bahan baku pembuatan Bau Toppaq paling cocok disajikan ketika musim hujan tiba, terutama saat pagi yang dingin. Meski demikian, jangan setiap hari memakannya, apalagi bagi mereka yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi.

Muhammad Fadli, warga asli suku Mandar, mengatakan bahwa Bau Toppaq biasanya selalu ada di atas meja makan masyarakat Mandar. Apalagi, saat musim hujan seperti sekarang.

"Bau Toppaq paling populer sebagai lauk dalam hidangan orang-orang Mandar," ucap dia kepada Liputan6.com, Selasa, 5 Desember 2017.

Selain rasanya yang asin, Bau Toppaq khas suku Mandar juga harum karena saat proses pengapasan menggunakan sabut kelapa, juga memakai siraman minyak Mandar yang dikenal sangat harum. Tak hanya itu, rasanya semakin berasa dengan siraman potongan cabai rawit yang telah diulek bersama bawang merah dan perasan air jeruk.

"Untuk menikmati kelezatan Bau Toppaq paling cocok dengan nasi hangat. Dipastikan ketagihan itu, kak," ujarnya.

Bau Toppaq yang merupakan kuliner khas suku Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar) tersebut berbahan utama ikan tuna ekor kuning yang dikenal oleh masyarakat Mandar bernama ikan tappilalang atau masyarakat Sulsel pada umumnya menamakan ikan cakalang atau ikan tongkol.

Ikan tuna atau cakalang yang dibutuhkan juga tak sembarang ukuran. Melainkan cocoknya hanya berukuran sedang. Ikan kemudian dipotong secara melintang kemudian dilumuri garam secukupnya.

Ikan yang awalnya sudah melalui proses penjemuran setengah kering tersebut, lalu diolah dengan proses pengasapan menggunakan sabut kelapa. Kemudian di sela-sela proses pengapasan itu dilakukan, ikan dilumuri dengan minyak tradisional Mandar dan juga lumuran cabai rawit. Dan terakhir jangan lupa siraman perasan air jeruknya yang membuat rasanya semakin khas.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Buka Pagi dengan Roti Singkong dan Ikan Tuing-Tuing

Adapun masyarakat suku Mandar di pesisir pantai Desa Somba, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, tak lengkap rasanya jika melewatkan pagi tanpa menyantap jepa mandar atau roti singkong dan ikan terbang asap, yang oleh masyarakat setempat disebut ikan tuing-tuing.

"Tidak lengkap rasanya itu makan pagi kalau tidak makan ikan tuing-tuing dan jepa mandar," kata Sulaiman, salah seorang warga suku Mandar, beberapa waktu lalu.

Dua jenis makanan khas suku Mandar itu dengan mudah ditemui di sepanjang jalan Trans-Sulawesi, di pesisir pantai Desa Somba. Sejak pagi buta, para pedagang jepa mandar dan ikan tuing-tuing yang berada di kedai-kedai kecil di sisi kanan dan kiri jalan sudah sibuk menyalakan bara api di tungku pembakarannya untuk mengasapi ikan tuing-tuing.

"Wilayah ini memang menjadi favorit para pengendara mobil maupun motor untuk singgah beristirahat dan makan," tutur Sulaiman.

Sulaiman mengatakan cara membuat jepa mandar tidak sulit. Hanya dengan menggunakan panutan singkong yang dipanggang di atas piringan tanah liat. Masyarakat suku Mandar menyebut piringan itu dengan sebutan Pajjepangang.

Sejak pagi buta, para pedagang jepa mandar dan ikan tuing-tuing yang berada di kedai-kedai kecil di sisi kanan dan kiri jalan sudah sibuk menyalakan bara api. (Liputan6.com/Fauzan)

"Parutan singkong kering itu dipanggang di atas Pajjepangang. Apinya harus berasal dari kayu bakar, bukan dengan kompor. Karena kalau bukan kayu bakar rasanya pasti kurang nikmat," kata Sulaiman.

Sementara, ikan terbang asap atau ikan tuing-tuing diolahnya pun mudah. Hanya dengan cara diasapi hingga warnanya kuning keemasan dan mengeluarkan aroma sedap. Sebelum diasapi, ikan tuing-tuing harus direndam dulu di dalam air garam.

"Pengolahannya sengaja dengan cara diasapi. Itu untuk mempermudah mengupas sisiknya yang keras, membuatnya lebih awet meski disimpan lama, dan yang paling utama adalah untuk mengeluarkan aroma khas ikan tuing-tuing. Yah, untuk menarik pembeli yang melintas," tutur Sulaiman.

Namun, ucap Sulaiman, kedua makanan khas Mandar tersebut tidak akan nikmat tanpa tambahan cabai rawit yang diulek dengan garam dan ditambahkan dengan perasan jeruk nipis. "Kalau tidak pedas tidak nikmat rasanya," kata dia.

Cara menikmati jepa mandar dan ikan tuing-tuing itu beraneka ragam. Yang paling banyak digunakan adalah dengan cara menggulung ikan tuing-tuing yang telah dikupas kulitnya terlebih dahulu di dalam jepa mandar lalu diolesi sambal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.