Sukses

Hoaks Alat untuk Membangun Opini Publik, Waspadalah

Saat ini bangsa-bangsa di seluruh dunia sedang mengalami kekacauan akibat penyalahgunaan media sosial

 

Liputan6.com, Semarang Saat ini bangsa-bangsa di seluruh dunia, termasuk Indonesia sedang mengalami kekacauan akibat penyalahgunaan media sosial.

"Semua orang berusaha mencapai tujuannya dengan segala cara tanpa peduli efek yang diakibatkan,"ujar Tenaga Ahli Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Hendrasmo dalam Forum Literasi Dialog dan Literasi Media di Ungaran, Semarang, Sabtu (25/11).

Di hadapan seratus orang muda Katolik (OMK) se-Keuskupan Agung Semarang, Hendrasmo menyebutkan, situasi ini menyebabkan berita palsu (hoaks) dan berita bohong menyebar dengan gampang, bahkan sengaja diproduksi, kata Hendrasmo.

Mengutip survei yang dilakukan Masyarakat Telematika Indonesia pada Februari 2017, berita bohong yang sengaja dibuat mencapai 90,30 persen yang menyebar di media sosial. Berita yang sifatnya menghasut mencapai 61,60 persen, berita tidak akurat mencapai 59 persen, berita ramalan/fiksi ilmiah mencapai 14 persen, berita yang yang menyudutkan pemerintah mencapai 12,6 persen.

Dari data ini, rupanya 40,60 persen percaya bahwa penyebaran hoaks merupakan alat mempengaruhi opini publik di media sosial. "Selain itu, 28,90 persen masyarakat Indonesia memang senang berita heboh,"ujar Hendrasmo. Sisanya 22,90 persen menyebutkan maraknya penyebaran hoaks terjadi karena belum ada tindakan hukum dan situasi dapat dimanfaatkan sebagai bisnis.

Karena itu, Hendrasmo mengajak agar OMK waspada dan ikut aktif andil menghadang penyebaran hoaks. "Anda bisa melakukan partisipasi secara virtual dengan memberi komentar-komentar positif dan menyebar konten positif juga,"ujar Hendrasmo. 

 

Saksikan Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kota Ketujuh

Selama dua hari (Sabtu hingga Minggu, 25-26 November), OMK yang terdiri dari berbagai elemen organisasi ini berkumpul di Aula Cardinal, Rumah Retret Panjer Enjing, Gedanganak, Ungaran, Semarang. Ini merupakan kota yang ketujuh, kegiatan yang terakhir di tahun 2017 setelah Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menggandeng Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengunjungi enam kota lainnya, yakni Jakarta, Medan, Malang, Bandung, Manado, dan Kupang.

Dalam dua hari ini OMK Keuskupan Agung Semarang belajar bagaimana menjadi agen-agen penyebar kabar baik dan memanfaatkan media sosial untuk menghadang paham-paham radikalisme serta ujaran-ujaran negatif yang tersebar luas di media sosial. 

Beberapa pemateri seperti Romo Kamilus Pantus (Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI) memberi pemahaman tentang peran penting OMK sebagai agen penyebar kabar baik. Tenaga Ahli Dirjen IKP Hendrasmo memberi gambaran tentang potensi kemajemukan dan kekuatan bangsa dalam membangun persatuan bangsa, dan Praktisi Media Margaretha Astaman mengajari bagaimana OMK bisa mengenali berita hoaks, mencegah penyebarannya dan membuat langkah bersama menjadi penghadang hoaks. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.