Sukses

Berebut Janur, Berharap Berkah Sekaten Keraton Solo

Liputan6.com, Solo - Gamelan Keraton Solo sebagai pertanda dimulainya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW mulai menggema, Jumat siang, 24 November 2017. Sebelum ditabuh, warga berebut janur dalam prosesi Miyos Gongso. Mereka meyakini janur bisa membawa berkah.

Ratusan orang setia menunggu sejak siang hari untuk mengikuti prosesi Miyos Gongso Keraton Solo yang dipusatkan di Masjid Agung Solo. Tua muda anak kecil, lelaki perempuan rela menunggu ditabuhnya gamelan dalam prosesi ritual tersebut.

Tradisi ini diawali dengan memboyong gamelan peninggalan Sultan Agung dan PB IV dari Keraton menuju bangsal depan Masjid Agung Solo. Gamelan Kyai Guntur Madu diletakkan di bangsal selatan bernama Pradonggo. Sedangkan Gamelan Guntur Sari di sisi utara di bangsal bernama Pragonggo.

Puluhan abdi dalem keraton berjalan kaki dari keraton menuju masjid yang kira-kira berjarak 500 meter. Mereka mengenakan beskap berwarna putih, jarik, dan berjalan tanpa alas kaki. Gamelan kuno ini sampai di Pragonggo dan Pradonggo sekitar pukul 10.00 WIB.

Selepas kirab boyongan gamelan, prosesi berhenti sejenak karena azan bergema sebagai tanda salat Jumat. Lantas, setelah itu para abdi dalem yang bertugas menabuh gamelan mulai berdatangan ke masjid. Selanjutnya mereka masuk ke masing-masing bangsal yang di dalamnya telah tertata seperangkat gamelan, yakni Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari.

Sebelum gamelan ditabuh, prosesi tersebut dimulai dengan pembacaan doa oleh alim ulama. Kemudian dilanjutkan pembacaan sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW  oleh utusan raja, Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo. Usai semua prosesi di serambi masjid rampung, selanjutnya prosesi menabuh gamelan Kyai Guntur Madu pun dilakukan yang diawali dengan aba-aba.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ratusan Warga Mengunyah Sirih

Ratusan orang yang berdiri menanti di sekitar bangsal Pragonggo seketika langsung berebut [janur](2988580/ "") yang menghiasi bangsal tersebut. Selain berebut janur, tradisi lain yang mengiringi acara ini adalah mengunyah sirih secara bersama begitu suara gamelan berbunyi.

Bagi Sri Suparti, warga Juwiring, Klaten selalu mengikuti rebutan janur saat Miyos Gongso. Baginya janur ini memiliki berkah untuk usaha. Janur itu bakal dipasang di etalase salon miliknya. “Nanti harapannya, janur ini bisa menjadi berkah. Usaha salonnya laris, “ kata Sri Suparti yang memiliki usaha salon ini ketika ditemui di halaman Masjid Agung Solo, Jumat, 24 November 2017.

Hal serupa juga diyakini oleh Bu Yono, petani asal Bekonang, Sukoharjo. Janur tersebut bakal diletakannya di sawah. Harapannya agar sawah miliknya tidak diserang hama. “Hasil panennya juga bagus, “ harap dia.

Sementara itu, Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo mengungkapkan kinang terdiri dari lima unsur, yaitu daun sirih, injet, gambir, tembakau dan bunga kantil. "Nginang dipercaya agar mendapatkan rahmat Tuhan agar panjang umur," ujar putra PB XII yang kerap dipanggil dengan nama Gusti Dipo.

 

3 dari 3 halaman

Gamelan Akan Ditabuh Selama 7 Hari

Mengenai tabuhan Sekaten, Gusti Dipo mengatakan sengaja dilakukan setelah ibadah Jumat. Dimaksudkan agar tidak mengganggu ibadah salat. Gamelan tersebut akan ditabuh setiap hari hingga tujuh hari berturit-turut. Gamelan akan berhenti ditabuh jika waktu salat tiba. Setiap harinya gamelan akan mulai ditabuh mulai pukul 10.00 hingga 24.00 WIB. Namun pada malam Jumat, pemukulan gamelan tidak dilakukan.

“Sekaten itu tata cara yang dilakukan raja dalam rangka menghormati Nabi Muhammad SAW. Ini sudah diawali sejak zaman Demak, pada abad ke-15. Karena waktu itu, gamelan punya daya tarik luar biasa di dalam masyarakat,” jelas Gusti Dipo.

Puncak dari peringatan Maulud Nabi bakal dilakukan pada Jumat, 1 Desember 2017, yakni Grebeg Maulid. Seperti halnya Grebeg Syawal dan Grebeg Besar, dalam Grebeg Maulid juga akan mengarak gunungan dari keraton menuju Masjid Agung. Selanjutnya gunungan tersebut akan perebutkan oleh warga yang berkumpul di halaman masjid.

"Yang membedakan dengan grebeg lain Itu ketika pagi hari nanti akan ada prosesi gamelan kondur atau mengembalikan gamelan dari masjid ke dalam Keraton untuk dirakit kembali. Nah nanti setelah itu akan dilanjutkan dengan prosesi kirab gunungan dari Keraton menuju masjid," jelas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.