Sukses

Aurora, Mobil Listrik Perdana Besutan Mahasiswa Untag Surabaya

Mobil listrik perdana buatan mahasiswa Untag Surabaya itu menghabiskan dana sekitar Rp 80 juta.

Liputan6.com, Surabaya - Mahasiswa Politeknik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) meluncurkan mobil listrik pertamanya bernama Aurora dalam ajang Kompetisi Mobil Listrik Indonesia (KMLI) 2017 yang digelar di Bandung, Jawa Barat.

Ketua Tim Aurora Muhammad Airul Ayyub mengatakan, meski mobil listrik besutannya itu perdana, ia yakin bisa unggul pada kontes yang diadakan 23-25 November mendatang.

"Insyallah kami yakin bisa melenggang sukses, karena mobil listrik kami memiliki fitur canggih berupa Regenerative Breaking System, yang dapat mengubah energi kinetik menjadi energi listrik ketika melakukan pengereman," tutur dia usai uji coba di depan gedung Politeknik Untag Surabaya, Jawa Timur, Senin, 20 November 2017.

Menurut dia, mobil listrik yang dirakit bersama sembilan temannya itu juga memiliki pengapian dari baterai yang akan terisi daya otomatis sewaktu pengemudi mengerem kendaraan.

"Teknologi tersebut akan menambah kemampuan tempuh kendaraan hanya dalam sekali charge. Jika baterai mobil listrik tersebut terisi penuh, akan cukup untuk menempuh jarak sekitar 30 kilometer," kata mahasiswa semester V Teknik Listrik Industri tersebut.

Ia mengungkapkan, keunggulan lain yang terdapat dalam mobil listrik tersebut adalah suspensinya yang menggunakan suspensi independen.

"Sehingga, ketika melewati jalanan bergelombang pun, tidak akan terasa adanya goncangan. Diharapkan pengendara lebih nyaman dengan digunakannya suspensi independen tersebut," ucapnya.

Kelebihan lain terdapat pada dua motor listrik yang digunakan untuk menggerakkan roda. Artinya, satu motor listrik menggerakkan satu roda. Ia mengaku sempat kesulitan dalam menyeimbangkan power steering karena menggunakan dua motor itu.

Direktur Politeknik Untag Surabaya, Gatut Budiono menuturkan, peluncuran mobil listrik itu merupakan wujud kreativitas mahasiswa politeknik. Kebutuhan atas mobil listrik diyakini semakin besar, mengingat ketersediaan bahan bakar tak terbarukan makin menipis.

"Maka jadilah mobil listrik ini. Mereka sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memulainya dari nol. Bagaimana rangkanya, desain, dan kapasitas motor listriknya pun juga kami hitung," tutur Gatut.

Mobil listrik itu akan diberangkatkan kemarin sekaligus dilakukan uji coba guna memastikan setiap komponen dapat bekerja dengan baik. Proses pembuatan mobil listrik itu memerlukan waktu delapan bulan.

Mereka yang terlibat terdiri dari 10 tim, baik dari kalangan mahasiswa jurusan listrik dan manufacto, pembimbing, dan tim laboran (pegawai laboratorium). Biaya pembuatan mobil listrik berkisar Rp 80 juta.

"Enam bulan untuk penghitungan dan desain, sedangkan dua bulannya untuk riset pengaplikasian rakitan mobil listrik," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantang Mobil Listrik Pena

Dia menambahkan, teknologi yang dipakai sebenarnya sudah banyak diterapkan di mobil-mobil listrik premium terkemuka di dunia seperti BMW i8 dan Toyota Supra HV-R Hybrid. Teknologi itu diharapkan akan menambah kemampuan tempuh kendaraan hanya dalam sekali charge.

"Melalui karya mobil listrik ini, pembina tim berharap bisa menunjukkan eksistensi Politeknik Untag Surabaya yang siap bersaing dan mampu mengikuti tuntutan global," ucapnya.

Nantinya, mobil listrik Politeknik Untag Surabaya akan bersaing dengan dua mobil lain garapan Pena yang mewakili Jawa Timur di ajang Kompetisi Mobil Listrik Indonesia (KMLI) di Politeknik Bandung.

Dalam ajang kompetisi Mobil Listrik Indonesia (KMLI) di Politeknik Bandung besok, ada beberapa persyaratan yang masuk dalam penilaian kompetisi tersebut, yakni kecepatan dan efisiensi. Setiap lap sepanjang 1 kilometer dalam uji pertama mengelilingi sebanyak 10 kali.

"Itu untuk menghitung kecepatan dan efisiensi waktunya," tutur Wakil Direktur Politeknik Untag Surabaya, Yusuf Eko Nurcahyo.

Kedua, percepatan laju kendaraan yang dimulai dari start. Ketiga, pengereman, yang akan dihitung adalah kecepatan mengerem saat melaju dengan jarak tempuh 20 kilometer.

Keempat, zig-zag. Dalam hal ini, akan dinilai laju kecepatan saat melintasi perlintasan zig-zag arena tanpa bersenggolan dengan batas yang ditentukan.

"Dan terakhir adalah tanjakan. Dalam tanjakan ini, akan dinilai kemiringan mobil sebanyak 15 derajat dengan jarak tempuh 30 kilometer. Dan akan dihitung seberapa cepat sampai di garis finis," katanya.

Menurut Yusuf, dari berbagai persyaratan dalam penilaian tersebut, mobil listrik hasil karya mahasiswa Politeknik Untag Surabaya sudah mampu melewati dengan dilakukan uji coba sebelumnya.

"Saat perakitan pun, sudah mengira-ngira berapa kecepatan yang dibutuhkan. Untuk saat ini, kecepatan mobil listrik ini mencapai 60-70 km per jam," ucapnya.

Di samping itu, mobil listrik juga dilengkapi dengan dua aki sesuai dengan jarak tempuh kisaran 30 Km per jam. Sehingga mampu mengimbangi persyaratan kriteria penilaian ajang kompetisi Mobil Listrik Indonesia mendatang.

"Pernah kita coba semua, baik di tanjakan, jalanan zig-zag, maupun kecepatan dan efisiensi waktunya. Alhamdulillah lolos semua. Semoga tidak ada kendala saat lomba nanti," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.