Sukses

Membangkitkan Kejayaan Rempah dari Lawangsewu

Liputan6.com, Semarang Rempah penting bagi Indonesia. Memilih sebagai Poros Maritim Dunia dalam kebangkitan Indonesia mau tak mau harus mengenang kejayaan rempah-rempah asal Indonesia. Kekayaan rempah ini yang mengharuskan Belanda menduduki Indonesia.

Ariyanti Jalal dari Relawan Rempah Indonesia, menyebutkan bahwa upaya membangkitkan kejayaan rempah itu karena ada keprihatinan surutnya rempah sebagai komoditas utama perdagangan nasional. Sejauh ini, pemanfaatan rempah Indonesia baru sekitar 4% dari lebih tujuh ribu jenis tanaman rempah.

"Rempah Indonesia semacam lada, pala, bunga pala, cengkeh, kayu manis, kayu cendana, gaharu, kamper bisa dalam bentuk segar ataupun hasil proses dari bagian daun, bunga, buah, kulit buah, biji, batang, kulit batang, akar maupun rimpang. Digunakan sebagai bumbu masakan atau minuman, bahan obat-obatan, dan kosmetik," kata Ariyanti kepada Liputan6.com, Selasa (21/11/2017).

Menurutnya, Relawan Rempah ingin membangun sinergi antar pelaku usaha dan mengembangkan komoditas rempah agar berjaya kembali. Sinergi itu mutlak harus dilakukan sebagai respons penguatan Dewan Rempah Indonesia seperti diamanatkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004.Seorang pengunjung Pekan Rempah di Lawangsewu Semarang berusaha menggali informasi lebih dalam tentang rempah Indonesia. (foto : Liputan6.com/edhie orayitno ige)Ditambahkan, kebutuhan pasar rempah dunia terbuka peluang lebar. Indonesia harus cerdas, tak lagi berkutat pada pasar bahan mentah. Harus mulai menggeser orientasi dalam bentuk produk atau hasil manufaktur. Dengan demikian, berarti nilai tambah yang diperoleh akan lebih tinggi, dan lapangan kerja akan terbuka lebih luas.

Sementara itu, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang MBA, mengaku gembira dengan inisiasi masyarakat membentuk Relawan Rempah. Menurutnya komoditas utama perkebunan rakyat maupun swasta seperti kelapa sawit ini tengah mendapat tekanan dari para aktivis lingkungan di dunia. Karena itu, pengembangan komoditas rempah diharapkan menjadi salah satu kran alternatif bagi komoditas dan komponen ekspor Indonesia.

"Tanaman rempah merupakan tanaman tradisional dan menjadi budaya. Namun usaha budidaya sangat kecil sehingga dan kurang menguntungkan," kata Bambang.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Revitalisasi Rempah

Upaya membangkitkan kejayaan rempah, butuh keterlibatan banyak pihak. Pengembangan tanaman rempah, akan mendorong usaha budidaya berskala lebih besar. Faktor konektivitas dan kolektivitas produksi, kini tidak masalah lagi menyusul terbukanya jalur-jalur distribusi melalui pembangunan infrastruktur.

Revitalisasi rempah ini mewujud pada penyelenggaraan Pekan Poros Maritim Berbasis Rempah mulai Kamis (16/11/2017) hingga Minggu (19/11/2017). Melibatkan ribuan pengunjung dan dengan puluhan peserta pameran. Dikelompokkan menjadi pameran seni, UMKM, industri rempah.

Pameran yang digagas Relawan Rempah mendapat dukungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Pertanian, pelaku usaha rempah, para ahli di bidang rempah, seniman dan mahasiswa. Buah pala mengharuskan Belanda menukar Manhattan dengan pulau Run di Banda Neira Maluku tahun 1667. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)"Ada beberapa poin penting dari acara ini, yakni konferensi, temu bisnis, pameran hingga city tour. Apalagi komoditi rempah belum mendapat perhatian yang maksimal dalam visi Poros Maritim Indonesia yang sekarang sedang digalakan oleh Presiden Jokowi," kata Ariyanti Jalal, founder Relawan Rempah.

Rempah memang menjadi bagian dari budaya Indonesia, tetapi pamornya tak sekemilau dahulu. Rempah seharusnya mampu menjadi bagian identitas KeIndonesiaan atau Nation Brand.

Kota Semarang sendiri menjadi contoh kota yang sangat baik untuk mulai dikembangkan menjadi kota Agro –Maritim. Memiliki pantai dan pelabuhan, ada industri rempah jamu herbal yang sangat subur dan salah satu kota perdagangan tua zaman kolonial.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.