Sukses

Jelang Kedatangan Gelombang II Korban Sandera Kelompok Bersenjata 20 November 2017

Sekitar 500 warga Kampung Banti yang disandera kelompok bersenjata sempat menolak dievakuasi.

Liputan6.com, Timika - Setelah sempat menolak dievakuasi, sekitar 500 warga asli Papua yang berada di Kampung Banti, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua, yang disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) akan dievakuasi ke Timika, Senin (20/11/2017).

Kapolda Papua, Irjen Boy Rafli Amar mengatakan diperkirakan sebanyak 500-an warga tersebut akan tiba di Timika sekitar pukul 13.00 WIT dengan menggunakan 12 unit bus dengan pengawalan ketat oleh anggota Satuan Tugas Penanganan KKB.

Menurut Boy, tim Satgas telah melakukan pendekatan pada masyarakat di Banti pada Sabtu-Minggu, 18-19 November 2017. Akhirnya, mereka meminta kepada satgas terpadu untuk direlokasi sementara.

"Relokasi sementara ini dilakukan karena beberapa alasan seperti pelayanan kesehatan, layanan pendidikan yang tidak berjalan, ketersediaan logistik, dan penanganan psikis akibat tindakan KKB kepada masyarakat," kata Boy, di Timika, dilansir Antara.

Menurutnya, semua hal terkait kesiapan evakuasi telah dikoordinasikan dengan pemkab setempat, termasuk persoalan pendidikan anak-anak yang dievakuasi.

Ia berharap agar proses evakuasi dapat berjalan lancar dan ketika warga korban sandera kelompok bersenjata tiba di Timika, dapat ditangani dengan baik untuk pemulihan kondisi kesehatan dan psikis warga.

Sebanyak 344 warga nonPapua dan belasan warga orang asli Papua yang tinggal di kampung Kimbeli dan longsoran telah dievakuasi ke Timika menggunakan 10 unit bus dengan pengawalan ketat anggota keamanan pada Sabtu malam, 18 November 2017.

Warga yang dievakuasi kemudian diserahkan dari pihak Kepolisian kepada Pemkab setempat dan seterusnya diserahkan kepada masing-masing ketua paguyuban untuk pemulangan mereka ke rumah masing-masing.

Sedangkan, sekitar 100-an warga suku Jawa yang dievakuasi diagendakan akan pulang ke kampung halaman tapi prosesnya masih dalam pengurusan. "Pada intinya, kami lihat kondisi mereka baik meskipun di antara mereka ada yang mendapat perawatan kesehatan," ujar Boy.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rencana Pembebasan yang Sempat Tertunda

Sebelumnya, rencana tim Satgas menyerbu KKB yang berada di Banti dan Kimbeli pada Kamis, 16 November 2017, urung dilakukan mengingat saat itu kelompok separatis tersebut membaur dengan masyarakat.

"Saat itu anggota sudah meminta izin kepada Pangdam untuk segera mengatasi KKB karena jarak mereka hanya sekitar 30-50 meter dan ada anggota KKB yang menenteng senjata api," kata Kepala Penerangan Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi, beberapa waktu lalu.

Namun, Pangdam Cenderawasih menginstruksikan jika KKB masih membaur dengan masyarakat sipil, tidak boleh diapa-apakan karena operasi penumpasan KKB Tembagapura itu lebih mengutamakan keselamatan warga sipil.

Selanjutnya pada Jumat pagi, 17 November 2017, sejumlah pentolan KKB yang baru bangun langsung bergerak ke pos-pos di wilayah ketinggian yang sudah mereka dirikan. Di pos-pos itu dilaporkan juga terdapat sejumlah bendera kelompok separatis Papua Merdeka.

Saat itulah, pasukan TNI merangsek menyerbu ke Kampung Kimbeli dan Banti secara serentak. Kelompok separatis bersenjata itu langsung kocar-kacir menyelamatkan diri ke dalam hutan dan ke area ketinggian sambil menyerang aparat dengan tembakan bertubi-tubi.

Saat penyerbuan itu dilakukan, dilaporkan jarak pandang di lokasi itu hanya sekitar tiga hingga lima meter karena kondisinya masih berkabut tebal.

Setelah KKB lari kocar-kacir meninggalkan kedua kampung itu, aparat gabungan TNI dan Polri lainnya bergegas menuju ke dua kampung itu untuk membebaskan ratusan warga yang disandera.

Kolonel Aidi mengatakan saat proses evakuasi warga masih berlangsung, kontak senjata antara aparat TNI-Brimob dan KKB masih terus berlangsung dalam kurun waktu kurang dari dua jam.

"Kami belum bisa memastikan apakah dari pihak mereka ada korban atau tidak," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.