Sukses

Aksi Nekat Kakek Nenek di Jember Jual Ratusan Telur Penyu

Sudah jelas penyu merupakan hewan yang dilindungi negara, tetapi kakek nenek di Jember ini malah santai memperjualbelikan telur penyu.

Liputan6.com, Jember - Seorang kakek dan nenek ditangkap polisi karena diduga memperjualbelikan telur penyu yang dilindungi negara. Keduanya bernama Maria (56) warga Dusun Mandaran 1 Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger dan Sugianto (52) nelayan warga Dusun Krajan Desa Puger Wetan, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember.

Wakapolres Jember Kompol Edo Satya Kentriko menuturkan, terungkapnya kasus tersebut berkat adanya informasi dari masyarakat setempat tentang perdagangan telur penyu di Dusun Mandaran 1, Desa Puger Kulon.

"Dari hasil penyelidikan, kami langsung menangkap tersangka penjualnya," tuturnya, Rabu, 15 November 2017.

Dia mengatakan, dari hasil pengembangan penyelidikan penjual mengaku menerima barang tersebut dari Sugianto. "Berdasarkan keterangan itu kami juga menangkap Sugianto di rumahnya," kata Edo.

Dia menjelaskan, tersangka Sugianto mengaku sudah tiga kali menjual telur penyu tersebut dan mengaku mengambil telur penyu di Nusa Barong Jember, kemudian hasilnya dijual kepada Maria.

"Tersangka Maria juga mengaku hanya menjualkan telur penyu hasil curian tersebut, dan dia baru menyetor uang kepada Sugianto setelah semua barang laku terjual," ucapnya.

Dia menegaskan, hingga saat ini tersangka masih ditahan di Mapolres Jember dan dari tangan tersangka pihaknya menyita barang bukti 450 butir telur penyu.

"Akibat perbuatannya, tetsangka dijerat dengan Pasal 21 ayat 2 huruf (b), (e) joncto pasal 40 ayat 2 Undang - Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya joncto pasal 56 Kitab Undang - Undang Hukum Pidana," ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Daratan Pulau Tikus Menyusut, Penyu-Penyu Terancam

Keberadaan penyu saat ini memang mulai terancam. Tidak hanya karena ulah tangan manusia, tetapi juga ancaman dari alam. Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu, Dede Hartono mengatakan abrasi atau pengikisan daratan Pulau Tikus mengancam kelestarian sejumlah jenis penyu yang naik bertelur ke pulau berjarak sembilan kilometer dari Kota Bengkulu itu.

"Pulau Tikus itu merupakan spawning ground atau tempat bertelur penyu yang sangat baik dan strategis, tapi sayang ancaman abrasi sangat tinggi," kata Dede di Bengkulu, Rabu, 13 September 2017, dilansir Antara.

Ia mengatakan, abrasi akibat kenaikan muka air laut dan kerusakan pesisir membuat luas daratan Pulau Tikus terus menyusut. Luas awal daratan pulau yang dimiliki Dirjen Perhubungan Laut itu adalah dua hektare, tapi kini tersisa 0,6 hektare.

Kehilangan daratan tersebut, kata Dede, secara langsung berpengaruh terhadap kelestarian atau keberlanjutan penyu yang rutin singgah untuk bertelur di pulau tersebut.

"Perlu upaya mengatasi abrasi di Pulau Tikus sehingga daratan pulau itu tidak habis dikikis ombak," kata dia.

Penjaga suar sekaligus penangkar penyu Pulau Tikus, Feri Aurora mengatakan pada Mei lalu, sebanyak enam ekor penyu sisik (Eretmochelys imbricata) naik ke daratan Pulau Tikus, untuk bertelur.

"Kami temukan enam sarang dengan jumlah telur mencapai 620 butir," kata Feri.

Ia mengatakan enam penyu itu naik ke daratan dalam dua malam berturut-turut untuk bertelur. Setelah mengamati proses bertelur untuk pengamanan, Feri memindahkan ratusan telur tersebut untuk dieramkan di lokasi yang lebih aman.

"Kalau dibiarkan di tepi laut bisa terbawa gelombang pasang, atau dimangsa binatang lain," katanya.

Setelah telur tersebut menetas, tukik atau anak penyu itu kembali dilepasliarkan ke perairan Bengkulu.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.