Sukses

Peserta Lomba Lari BTS Ultra Asal Depok Meninggal Dunia

Peserta lomba lari BTS Ultra itu mengikuti lomba kategori 70 km. Namun, di titik 18 kilometer dari lokasi titik start lari, dia terjatuh.

Liputan6.com, Malang – Andi Nursaiful, seorang peserta lomba lari Bromo Tengger Semeru (BTS) Ultra meninggal dunia. Nyawa warga Perum Cenning Ampe, Cilodong, Depok, Jawa Barat, itu gagal diselamatkan karena serangan jantung saat berada di titik 18 kilometer dari lokasi titik start lari.

Perwakilan panitia BTS Ultra, Florenciano Henricus Mutter mengatakan, korban yang ikut kelas 70 kilometer itu jatuh tak sadarkan diri pukul 05.00 WIB tadi. Saat itu, ia berlari bersama peserta lainnya di lokasi yang sudah mendekati pos Ranupani.

"Begitu korban jatuh, rekan peserta lainnya segera membantu dan memanggil tim dokter agar ditolong," kata Florenciano di kamar mayat RS Syaiful Anwar Malang, Jawa Timur, Sabtu (4/11/2017).

Tim medis yang berada di Posko Ranupani bergerak turun bersama ambulans menuju lokasi kejadian. Namun, nyawa pelari itu tak bisa diselamatkan. Jenazah korban siang tadi dibawa ke kamar mayat RS Syaiful Anwar Malang untuk divisum.

Florenciano menambahkan, BTS Ultra terdiri dari beberapa kelas yakni kelas 30 kilometer, 70 kilometer, 102 kilometer dan 170 kilometer. Rute yang ditempuh seluruh peserta di tiap kelas mulai dari Pos Cemoro Lawang – Blank 29 – Lautan Pasir – Ranupani – jalur Ayak – Ayak hingga kembali lagi ke Cemoro Lawang.

Selain persyaratan administrasi, seluruh peserta wajib menandatangani surat pernyataan siap menerima semua risiko dari lomba itu. Peserta lomba lari juga sebelumnya sudah pernah ikut lomba satu tingkat di bawah kelas yang diikuti di BTS Ultra saat ini.

"Almarhum Andi ini sudah berpengalaman, dia bulan lalu ikut kelas 50 kilometer di lomba Bandung Ultra," ucap Florenciano.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penyuka Olahraga Ekstrem

Istri korban, Dwi Rasmatuti mengatakan, suaminya September lalu mengikuti Bandung Ultra kelas 50 kilometer. Pernah juga ikut Jakarta Ultra di awal tahun 2017 ini. Korban juga lekat dengan olahraga ekstrem seperti panjat tebing.

"Sudah sering ikut lomba marathon. Saya sendiri yang mengantarnya Jumat kemarin berangkat ikut BTS Ultra," ucap Dwi.

Korban juga tak pernah mengeluh sakit selama mengikuti berbagai lomba itu serta tak memiliki riwayat medis serangan jantung. Keluarga menginginkan jenazah almarhum bisa secepatnya dipulangkan ke Depok untuk dimakamkan.

"Tidak perlu autopsi jenasahnya. Kalau bisa, saya ingin hari ini bisa dibawa pulang untuk dimakamkan," tutur Dwi.

Tim dokter BTS Ultra, Yotin Bayu Meryani mengatakan, korban meninggal akibat sumbatan pembuluh darah sehingga mengalami serangan jantung dan meninggal 5 menit setelah jatuh tak sadarkan diri.

"Mungkin sebelum jatuh korban terasa nyeri di dada tapi tetap memaksa terus berlari. Saat saya turun ke lokasi kejadian, korban sudah meninggal dunia," kata Yotin.

BTS Ultra 2017, lomba lari di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini masuk tahun ke lima. Total peserta lomba yang digelar selama 3 – 5 November 2017 ini ada sebanyak 1.136 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.