Sukses

Bocah Lereng Gunung Slamet Tanam Pohon untuk Tabungan Pendidikan

Dengan menanam pohon itu, bocah-bocah ini telah menancapkan cita-citanya bersama albasia yang kelak tumbuh besar.

Liputan6.com, Banyumas - Riyadi (17) dan Darso (16) tampak antusias membagikan bibit albasia atau sengon kepada adik-adiknya di Madrasah Ibtidaiyah Maarif Sokawera Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Dua remaja ini adalah siswa Sekolah Kader Desa Brilian, Desa Singasari. Keduanya membantu Komunitas Sekolah Kader Desa Brilian membagikan bibit pohon gratis kepada anak SD kelas 1 dan 2 di kawasan desa penyangga lereng selatan Gunung Slamet.

Adik-adiknya tak kalah girang. Mereka berjejer-jejer, memamerkan bibit albasia yang akan ditanam di pekarangan atau kebun milik orangtuanya. Dengan menanam pohon itu, bocah-bocah ini telah menancapkan cita-citanya bersama albasia yang kelak tumbuh besar.

Komunitas Sekolah Kader Desa Brilian menginisiasi tabungan pendidikan untuk anak-anak SD di kawasan Lereng Selatan Gunung Slamet dengan program "Belajar Menanam dan Ujian Memanen".

Ide besarnya, kelak, saat mereka lulus SD, pohon-pohon ini sudah tumbuh besar dan dapat dijual untuk biaya melanjutkan pendidikan ke SLTP.

Pengelola Sekolah Kader Desa Brilian, Muhammad Adib, mengatakan pohon yang ditanam dalam program ini adalah jenis kayu usia pendek, atau disebut pula albasia. Sengon bisa dipanen awal pada usia 4 tahun, 6 tahun, 8 tahun hingga 12 tahun.

"Usia optimal panen sengon berkisar antara 6-10 tahun. Sengon cocok dimanfaatkan sebagai tabungan sekolah karena waktunya yang pendek," dia menjelaskan, Jumat, 27 November 2017.

Sementara ini, program belajar menanam dan ujian memanen telah dilakukan di SD dan MI di 18 desa wilayah empat kecamatan penyangga Gunung Slamet, yakni Kecamatan Pekuncen, Cliongok, Karanglewas, dan Kecamatan Baturraden.

"Idenya, anak-anak kelas 1 SD itu, diberi bibit. Ditanam di pekarangan dengan didampingi orangtua mereka. Nanti saat ujian kelas 6, pohon sengon mereka dibeli. Yang membeli nanti sekolah. Jadi saat mereka perpisahan, mereka tidak hanya menerima ijazah. Dan sekolah tidak meminta iuran untuk acara tersebut, bahkan sekolah akan memberi duit," ujar Adib yakin.

Saat ini, Adib mengklaim, sudah ada 57 ribu pohon albasia dan sengon yang ditanam oleh anak-anak SD. Tiap anak menanam dengan jumlah berbeda, tergantung ketersediaan lahan di tanah orangtua mereka. Namun, kata Adib, mempertimbangkan antusiasme calon penabung pohon, tiap anak dibatasi hanya menanam sebanyak 30 pohon.

Panen perdana albasia dan sengon diperkirakan dilakukan pada masa kelulusan 2019, atau sesuai dengan umur optimal albasia dan sengon yang ditanam pertama kali pada 2013, kala program mulai digulirkan.

Adib menambahkan, selain nilai ekonominya yang terus bertambah, penanaman pohon ini merupakan bagian dari upaya mendidik anak usia dini untuk mengenal dan mencintai alam.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mimpi Gunungkidul Pecahkan Rekor Dunia

Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) akan memecahkan rekor dunia penanaman pohon terbanyak serta serentak di Gunungkidul pada 9 Desember mendatang. Pada kegiatan itu, Koprabuh juga menggandeng Titiek Puspa sebagai duta penanaman pohon.

Sebanyak 250.000 pohon ditanam di lahan seluas 50 hektare oleh 10.000 petani dalam waktu satu jam. Empat jenis pohon meliputi jambu monyet, akasia, jati, dan kaliandra, ditanam di dua desa, yakni Bedoyo dan Karangasem, Kecamatan Ponjong.

"Ponjong sengaja dipilih karena kawasan pegunungan kapur yang tandus dan belum tersentuh penghijauan massal," ujar Yohanis Cianes, Ketua Koprabuh, seusai beraudiensi dengan Gubernur DIY di Kompleks Kepatihan Pemprov DIY, Selasa, 5 September 2017.

Ia menjelaskan alasan menanam empat jenis pohon tersebut di Gunungkidul memiliki tujuan yang berbeda, yaitu jati ditanam untuk meningkatkan pendapatan petani, akasia dan kaliandar untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak, serta jambu monyet untuk menanggulangi serangan monyet ekor panjang.

Yohanis menambahkan pemecahan rekor dunia bertujuan untuk merealisasikan target jangka panjang Koprabuh menanam 3 juta pohon di 300.000 hektar lahan milik anggota.

Sebelumnya, koperasi produsen primer yang beranggotakan para pemilik lahan dan petani juga sudah melakukan penanaman 250.000 pohon serentak dalam kurun waktu satu jam di Tuban pada 28 November 2016.

Ketua Pelaksana Program Basuki Rohim mengatakan untuk pemenuhan kebutuhan air pohon-pohon di Gunungkidul ini akan memanfaatkan air bawah tanah Goa Jomblang yang ada di kecamatan Semanu.

"Sistem pengairannya bisa menggunakan saluran irigasi yang memanfaatkan mesin penyedot atau tarikan gravitasi atau pakai truk-truk penyuplai air ke tandon penampung air," ucap Basuki.

3 dari 3 halaman

Sambut Pagi dengan Aksi Tanam Mangrove di Muara Sungai

Ada kesibukan di muara Sungai Hitam, Kota Bengkulu. Sejak pagi hari, puluhan mahasiswa Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Bengkulu mendatangi muara sungai tersebut. Di lokasi tersebut, mereka menanam seratus pohon mangrove jenis Rhizophora apiculata.

"Penanaman mangrove ini bagian dari peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang digelar pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Poltekkes," ucap Koordinator Aksi Penanaman Mangrove, Atus Karya Dinata di Bengkulu, Minggu, 11 Juni 2017, dilansir Antara.

Ia menjelaskan, penanaman mangrove di muara Sungai Hitam tersebut diharapkan mampu memperbaiki ekosistem hutan bakau di wilayah itu. Penanaman pohon bakau yang dilakukan bersama anggota Komunitas Mangrove Bengkulu itu juga untuk mempertebal vegetasi mangrove di muara sungai tersebut.

"Kami mendapat informasi bahwa mangrove di sini terus berkurang karena ada beberapa nelayan yang menebang mangrove untuk bahan pewarna kapal," kata Atus.

Ia berharap, melalui penanaman bersama itu, masyarakat dan nelayan yang mencari ikan di sekitar muara Sungai Hitam turut terlibat menjaga dan melestarikan mangrove di area tersebut.

Apalagi, menurut Atus, mangrove merupakan "benteng hijau" pesisir dari ancaman abrasi. Hutan mangrove juga menjadi tempat berkembang biak sejumlah biota muara seperti kepiting dan udang.

Adapun anggota Komunitas Mangrove Bengkulu, Ziyak Uzzikri mengatakan, penanaman mangrove di muara Sungai Hitam penting untuk memperbaiki ekosistem mangrove di wilayah itu.

"Kelemahannya adalah area ini bukan kawasan lindung atau konservasi, sehingga kesadaran masyarakat untuk bersama menjaga sangat penting," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.