Sukses

Bu Bupati, Sekolah Kami Rusak

Dibuat zaman Inpres, sekitar tahun 1980-an. Material setengah papan setengah tembok. Sejak pertama belum pernah direhab.

Liputan6.com, Grobogan - Ruang kelas rusak dan hampir roboh, 75 siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Sembungrejo, Kecamatan Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah harus menantang maut ketika menyerap ilmu yang diajarkan oleh guru mereka.

Sebanyak 75 siswa terdiri dari 17 siswa kelas 1, 13 siswa kelas 2, 24 siswa kelas 3, dan 21 siswa kelas empat. Tidak saja siswa, namun tiga guru juga setiap saat harus berdebar-debar ketika mengajar lantaran atap sekolah banyak yang jebol dan tiang penyangga atap sudah menggantung dan patah.

Dari pantauan di lapangan, kendati ruang sekolah sudah rusak parah, namun sekolah tetap memanfaatkan ruang kelas untuk proses belajar mengajar.

"Ruang kelas rusak ini sudah lama. Jane (sebenarnya) takut, tapi kan harus sekolah," kata Amza, siswa kelas I SD N 5, Sembungrejo, saat ditemui sesaat sebelum mengikuti proses belajar mengajar, Sabtu (28/10/2017).

Dengan lancar dan tetap santai, Amza bersama beberapa temannya tetap tidak segan keluar masuk ruang kelas.

"Ini kelas 4, itu kelas 3," kata Amza, sambil menunjukan ruang kelas yang rusak dan harus disekat papan triplek guna dibagi menjadi ruang belajar kelas 4 dan kelas tiga.

"Bu, sekolah saya rusak minta diperbaiki," kata beberapa siswa kelas 3 dan 4 ketika serempak diminta mengungkapkan keinginan apa yang harus dilakukan bupati Grobogan terhadap sekolah mereka.Wajah optimis siswa SD Sembungharjo 5 Pulokulon Grobogan meski sekilah rusak. (foto: Liputan6.com/felek wahyu/edhie prayitno ige)

Dari pantauan Liputan6.com, dari lima ruang yang dimiliki, dua ruang kondisinya masih bagus. Ruang yang menyatu dengan ruang kepala sekolah itu merupakan bangunan yang baru dibuat dengan dana alokasi khusus (DAK) anggaran tahun 2012.

"Ruang kelas rusak itu ruang kelas yang dibuat jaman Impres. Sekitar tahun 1980-an. Material setengah papan setengah tembok. Sejak pertama belum pernah direhab,"kata Jumadi, kepala sekolah SD N 5 Sembung.

Dua ruang, masing-masing digunakan untuk dua kelas. Kelas 1, bergantian menggunakan ruang pagi dan siang hari.

"Jumlahnya sedikit hanya 17 dan 13. Satu ruang lagi untuk ruang kelas 4 dan 3. Sebenarnya kami tiap tahun mengajukan bantuan untuk perbaikan. Tapi, tahun kemarin dijanjikan tahun ini," katanya.

"Tahun ini dijanjikan lagi tapi kapan kami belum tahu. Padahal, kepala dinas pendidikan sudah datang dan melihat langsung kondisi kelas yang seperti ini memprihatinkan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.