Sukses

Harimau Sumatra Mendadak Berkunjung ke Areal Tambang Batu Bara

Jumlah harimau Sumatra di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan diyakini tidak lebih dari 20 ekor.

Liputan6.com, Bengkulu - Tiga ekor harimau Sumatra (Panthera tigris Sumatrae) berkeliaran di areal tambang batu bara milik PT Bara Indah Lestari, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Ketiganya memasuki kawasan saat aktivitas pertambangan di wilayah Hutan Produksi Terbatas Desa Bukit Badas, Kecamatan Seluma, sedang tidak beroperasi saat malam hari.

Kepala Seksi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu Darwis Saragih mengatakan, kawasan yang dimasuki oleh ketiga harimau tersebut, tercatat sebagai wilayah jelajah harimau untuk mencari makan. Setiap satu bulan sekali, mereka melintasi wilayah yang saat ini sudah menjadi lokasi penumpukan batu bara itu.

"Secara periodik, mereka pasti melitas di sana tentu saja untuk mencari sumber makanan," kata Darwis saat dihubungi di Bengkulu, Jumat (27/10/2017).

Kondisi lain yang memaksa harimau Sumatra turun gunung adalah beberapa aksi pembakaran hutan yang dilakukan masyarakat untuk membuka kebun baru. Hawa panas yang menyebar hingga radius ratusan meter itu menyebabkan kawanan harimau mencari lokasi perlindungan baru yang lebih sejuk.

BKSDA saat ini terus memantau pergerakan kawanan harimau hingga lokasi menetap mereka tidak terlalu dekat dengan aktivitas warga, terutama perkampungan masyarakat di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Dalam beberapa tahun terakhir, konflik antara manusia dan harimau terus terjadi bahkan sampai menelan korban jiwa.

"Kita pantau terus jangan sampai membahayakan," lanjut Darwis.

BKSDA sendiri mencatat, saat ini populasi harimau Sumatra terus menurun secara drastis. Jumlah kucing besar tersebut saat ini diperkirakan tidak lebih dari 20 ekor saja di kawasan TNBBS. Jika tidak dipantau, perburuan yang dilakukan oleh pihak yang mencari keuntungan sesaat itu akan terus terjadi.

Noca Alinin Bahrun, salah seorang warga Kabuaten Seluma mengatakan, konflik manusia dengan harimau sulit dihindari ketika kawanan itu mulai masuk kampung untuk mencari makan. Hewan ternak peliharaan milik warga sering menjadi santapan harimau. Dalam beberapa kasus, warga langsung berhadapan dengan harimau di perbatasan perkampungan dengan hutan.

"Jika sudah berhadapan, hanya ada dua pilihan kita serang atau diserang, sulit dihindari," kata Noca.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.