Sukses

Cat Biru di Tugu Thomas Parr Bengkulu Undang Protes Hebat

Tugu Thomas Parr dibangun untuk mengenang sosok perwakilan kolonial Inggris di Bengkulu yang terbunuh dalam serangan mendadak warga.

Liputan6.com, Bengkulu - Sejumlah pecinta pelestari cagar budaya mengembalikan warna asli cagar budaya Tugu Thomas Parr yang berada tepat di depan Benteng Marlborough Bengkulu. Beberapa bagian yang sempat dicat warna biru oleh Pemerintah kota Bengkulu kembali dicat putih setelah diprotes keras berbagai kalangan.

Koordinator Balai Cagar Budaya Jambi, Sugrahan mengatakan, Pemerintah Kota Bengkulu melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengubah warna cat tugu bersejarah itu tanpa berkoordinasi dengan Balai Cagar Budaya. Akibatnya, banyak pihak yang protes, bahkan beberapa aktivis sempat berunjuk rasa di jantung Kota Bengkulu tersebut.

"Para pecinta kelestarian cagar budaya itu minta izin untuk mengembalikan warna aslinya, silahkan saja," ujar Sugrahan di Bengkulu, Rabu, 25 Oktober 2017.

Penggagas pengembalian bentuk asli cagar budaya, Leo Fathi Bakti dari komunitas Bengkulu Herritage Community mengaku geram dengan ulah pihak yang mengubah warna untuk kepentingan tertentu. Padahal, dalam berbagai catatan sejarah dan foto dokumentasi sangat jelas warna tugu itu tidak ada birunya.

"Kami kembalikan dan tolong jangan diubah lagi," tegas Leo.

Menurut catatan Lady Sophia Raffles, istri kedua Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris kala itu, Thomas Parr berada di Bengkulu sebagai pengambil kebijakan untuk kolonial Inggris. Saat membuat keputusan, Parr digambarkan sebagai sosok yang tidak memedulikan kepentingan orang lain, termasuk kepala adat dan bangsawan setempat yang telah lama berhubungan baik dengan Inggris.

Parr bahkan mengubah tata cara peradilan pribumi tanpa persetujuan ataupun meminta nasihat dari mereka. Rakyat setempat yang berada dalam keadaan krisis, siap memberontak. Namun, Parr tidak menyadari bahaya yang mengancamnya.

Thomas Parr tewas terbunuh di kamar tidurnya pada malam hari pada 23 Desember 1807, dalam suatu serangan mendadak oleh sekelompok orang yang tak dikenal. Turut terluka pula istrinya Frances Parr serta asistennya Charles Murray, yang berusaha melindungi Parr dalam serangan tersebut.

Charles Murray meninggal beberapa hari kemudian. Mereka dimakamkan secara berdampingan di area Benteng Marlborough.

Peristiwa pembunuhan tersebut diliput secara dramatis oleh surat kabar-surat kabar Inggris saat itu. Dua Resimen Marinir Benggala segera dikirimkan di bawah pimpinan Kapten James Templer Parlby untuk mengamankan keadaan.

Kampung-kampung penduduk digeledah dan para tersangka pembunuhan digantung atau diledakkan dengan tembakan meriam. Mount Felix sebagai tempat tinggal Gubernur Jenderal Inggris (sekarang menjadi kediaman resmi Gubernur Bengkulu) dibiarkan kosong dan menjadi reruntuhan setelah peristiwa itu.

Menurut Leo, sejarah panjang itu yang memiliki nilai sejarah pendudukan kolonial Inggris di Bengkulu menjadi sangat berharga. Pihak yang ingin menunjukkan kepedulian terhadap cagar budaya ini sebaiknya memperhatikan aspek keaslian dan jangan sembarangan merubah apapun.

"Ayo bersama kita jaga, tapi niat baik itu jangan sampai merusak," kata Leo.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.