Sukses

Mengenal Kopi Luwak dan Kelelawar Khas Pagaralam

Kota Pagaralam, Sumatera Selatan memproduksi kopi luwak dan kelelawar yang saat ini belum dikenal masyarakat Indonesia.

Liputan6.com, Palembang - Ketenaran kopi luwak Indonesia hingga ke mancanegara sepertinya belum berpihak kepada kopi luwak khas kota Pagaralam, Sumatera Selatan. Pasar kopi luwak dengan merek Ozan ini masih di sekitar Pagaralam.

Mardoyo (38) warga Talang Genting Kelurahan Dempo Makmur, Kecamatan Pagaralam Utara, Sumsel mengungkapkan hingga saat ini kopi bubuk luwak Pagaralam baru dijual di vila atau toko khas oleh-oleh Pagaralam saja.

"Kalau biji kopinya, memang sudah menyebar di beberapa daerah di Indonesia, seperti di pulau Jawa, Lampung dan Bali. Namun, kebanyakan yang membelinya juga adalah pengelola kafe kopi," ungkapnya kepada Liputan6.com, Senin, 23 Oktober 2017.

Dengan hanya mengandalkan lahan kebun kopi seluas 6 hektare, Mardoyo hanya mampu panen biji kopi mentah sebanyak 150 kilogram (kg).

Sebanyak 100 kg biji kopi luwak dijual ke pengepul dan 50 kg biji kopi dijual ke pengelola kafe dan diproduksi sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan pasar terutama pengelola kafe kopi, dirinya kewalahan karena tidak selalu bisa memenuhi stok yang diinginkan. Pasalnya, produksi biji kopi luwak bisa meningkat drastis hanya saat panen di bulan Juni-Juli.

Di bulan tersebut, mereka bisa panen biji kopi luwak hingga 5-7 ton. Saat itulah, mereka baru mampu memenuhi permintaan pasar terhadap stok kopi luwaknya.

Saat ini hanya ada enam ekor luwak yang mereka andalkan untuk menghasilkan biji kopi luwak, yaitu jenis Binturong, luwak Bulan, dan Luwak Pandan. Satu ekor musang Binturong yang sekarang sudah berusia lima tahun, mampu mengonsumsi hingga 2 kg biji kopi per hari.Biji kopi luwak khas Pagaralam yang sedang dijemur (Liputan6.com / Nefri Inge)"Kalau biji kopi pilihan, rata-rata musangnya mau memakannya. Tapi kalau biji kopinya merupakan kualitas buruk, musang enggan untuk mengonsumsinya. Jadi, kita masih tergantung dengan kualitas kopi dan nafsu makan musang tersebut," ungkapnya.

Selain kopi luwak, Mardoyo juga mengembangkan usaha dengan menjual kopi bubuk kelelawar. Kendati tidak memelihara langsung kelelawar, tetapi biji kopi hasil konsumsi kelalawar biasanya dibelinya langsung dari petani kopi lainnya.

Perbedaan kopi luwak dengan kopi kelelawar, yaitu pada kopi kelelawar tidak perlu proses pencucian yang berulang kali. Kelelawar hanya memakan kulit biji kopi saja, sedangkan biji kopinya langsung dibuang di dekat pohon kopi.

"Kalau biji kopi luwak, kita harus bersihkan kotorannya dulu, baru bisa diolah," ucapnya.

Bubuk kopi kelelawar dipercaya berkhasiat untuk meredakan penyakit asma. Untuk harganya sendiri dipatok sebesar Rp 200 Ribu per kg untuk kopi bubuk kelelawar, sedangkan untuk bubuk kopi luwak dihargai sebesar Rp 350 ribu per kg.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.