Sukses

2 Penambang Tertimbun Longsoran Batu di Sumenep

Liputan6.com, Sumenep - Dua orang warga di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tertimbun reruntuhan tanah dan batu pada Kamis, 21 September 2017. Keduanya adalah Misnadi (55), warga Dusun Langsar Daja, Desa Langsar, Kecamatan Saronggi dan Edy Mariyono (28), warga Dusun Timur Leke, Desa Sarokah, Kecamatan Saronggi.

Peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, saat keduanya bersama dua teman lainnya, yaitu Saleh (40) dan Imam (40), sedang menggali batu di tanah milik Misnadi di Desa Kebundadap Barat, Kecamatan Saronggi.

"Tanpa diduga, tiba-tiba tanahnya longsor dan dua orang tertimbun. Sedangkan, dua orang lainnya selamat," kata Kasubbag Humas Polres Sumenep, AKP Suwardi, Kamis, 21 September 2017.

Hingga pukul 18.30 WIB, dua penambang itu belum ditemukan. Upaya pencarian pun masih terus dilakukan oleh aparat kepolisian, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dan dibantu masyarakat sekitar meski hari telah gelap.

Selain karena medannya yang sulit, upaya evakuasi juga terkendala minimnya alat yang digunakan. "Mestinya menggunakan alat berat. Cuma, alat berat untuk dibawa ke TKP sangat sulit dan berbahaya kalau dipaksakan," kata Suwardi.

Sementara itu, Kepala BPBD Sumenep, Abd. Rahman Riyadi, mengatakan posisi korban sebenarnya telah diketahui. Namun, pihaknya masih kesulitan untuk mengevakuasi korban.

Berdasarkan cerita dari dua teman korban, yaitu Saleh dan Imam, kemungkinan selamat dua orang yang masih tertimbun itu sangat kecil. Meski begitu, proses evakuasi akan terus diupayakan sampai korban tersebut bisa diangkat dari timbunan tanah dan batu.

"Jadi mungkin nanti kita akan mengevakuasi jenazahnya," jelas dia.

Rahman mengaku, aktivitas penambangan batu di lokasi tersebut termasuk ilegal. Ia mengaku pihaknya telah berulang kali mengimbau agar warga berhenti menambang batu di daerah tersebut. Namun, para penambang tidak pernah mengindahkan larangan itu dan tetap menambang batu meski sangat membahayakan keselamatan.

"Mereka beralasan tidak mempunyai alternatif mata pencaharian lain. Sehingga satu-satunya mata pencahariannya secara turun temurun menambang batu," ujar Rahman.

Pihaknya berharap ke depan penambang tidak memaksakan diri mengambil batu di lokasi yang telah menelan korban jiwa itu agar tidak lagi ada korban akibat kejadian serupa.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.