Sukses

Bencana di Balik Anekdot Pengantin Baru Rajin Mandi di Laut

Warga hanya mampu membeli air bersih secara patungan untuk kebutuhan minum dan memasak.

Liputan6.com, Mataram - Kekeringan akibat kemarau yang melanda sebagian besar daerah di Indonesia makin parah. Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, warga terpaksa mandi di laut karena tak ada air bersih.

Kejadian itu terjadi di sebagian besar daerah di Lombok Tengah, tepatnya di Kecamatan Jerowaru yang meliputi 15 desa dengan jumlah penduduk lebih dari 15 ribu jiwa.

"Untuk mandi, masyarakat biasanya ke laut. Bahkan, ada anekdot di daerah ini, pengantin baru pasti paling pagi dan paling sering mandi di laut," kata Zulkifli, Camat Jerowaru, beberapa waktu lalu.

Zulkifli mengatakan saat kemarau, seluruh desa di kecamatannya pasti mengalami kekeringan yang sangat parah, sehingga berdampak pada krisis air bersih setiap tahun.

Di sisi lain, pemberian bantuan air bersih oleh pemerintah sangat terbatas. Akibatnya, warga terpaksa membeli air bersih tambahan seharga Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu per tangki.

Harga tersebut dinilai sangat mahal dan memberatkan warga. Warga lalu menyiasati pembelian air tersebut dengan cara patungan. Air pun hanya digunakan untuk kebutuhan minum dan memasak.

"Bantuan pemerintah hanya bisa mencukupi 20 liter air bersih untuk setiap keluarga untuk satu pekan dan itu pasti tidak cukup. Jadi, warga terpaksa beli air walaupun mahal," kata dia.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, kekeringan dan krisis air bersih terjadi di 318 desa yang tersebar di 71 kecamatan di NTB. Sementara, jumlah masyarakat yang terdampak kekeringan tercatat sekitar 640 ribu jiwa atau 128 ribu kepala keluarga.

Kekeringan yang melanda NTB saat ini dinilai sudah parah. Pemerintah pun memberlakukan status siaga kekeringan dan kondisi krisis air karena sudah sangat mengkhawatirkan.
 
"Dengan status siaga ini, pemerintah melakukan aksi tanggap untuk antisipasi kekeringan agar tidak meluas. Selain prioritas mendistibusikan kebutuhan air ke lokasi terdampak, kita juga membuat sumur-sumur bor di sejumlah lokasi," ujar Muhammad Rum, Kepala BPBD NTB.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.