Sukses

Darurat, Puluhan Desa di Sumenep Dilanda Bencana Kekeringan

Pemerintah daerah meningkatkan status tanggap darurat kekeringan untuk puluhan desa di Sumenep.

Liputan6.com, Sumenep - Musim kemarau yang sudah berjalan kurang lebih tiga bulan membuat puluhan desa di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mulai kekeringan. Stok air yang ada di desa-desa rawan kekeringan kian menipis, sehingga warga kesulitan mendapatkan air bersih dari sumber mata air di desanya untuk kebutuhan sehari-hari.

Dari 13 kecamatan di daerah ujung timur pulau garam ini, ada 37 desa masuk wilayah kekeringan tahun ini. Ada 15 desa masuk kategori kering kritis dan 22 desa kering langka. Karena itulah, Bupati Sumenep, A Busyro Karim mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Nomor: 188/538/Ket/435.012/2017 tentang penetapan status tanggap darurat kekeringan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Abd Rahman Riyadi mengatakan penetapan status darurat kekeringan sangat dibutuhkan untuk dapat menggunakan anggaran belanja tak terduga. Pasalnya, tanpa dasar Surat Keputusan (SK) tersebut, pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak meskipun kekeringan telah melanda di sejumlah desa.

"SK itu memang dibutuhkan untuk dijadikan dasar dalam menggunakan anggaran belanja tak terduga (BTT) yang ada di Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPPKA)," jelasnya, Kamis 14 September 2017.

Rahman mengaku kekeringan yang melanda daerah ini kemungkinan berpotensi meluas. Sebab, berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang diterimanya, musim kemarau diprediksi masih akan berlangsung hingga awal Oktober. Maka ketersediaan air di desa-desa terus menipis, sehingga masyarakat akan kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih.

"Jadi kami sudah melakukan droping air bersih ke beberapa desa yang terdampak kekeringan," ucapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah desa yang dilanda kekeringan, pihaknya tidak sendirian. Sinergi juga dijalin dengan instansi lain dalam menyalurkan air bersih kepada masyarakat. Hal ini karena BPBD hanya memiliki dua armada yang tidak akan mampu menyalurkan air ke puluhan desa yang membutuhkan air bersih.

"Makanya kita perlu bersinergi dengan PDAM dan Hipam," jelas Rahman.

Pihaknya akan terus berupaya memenuhi kebutuhan air bersih ke masyarakat yang dilanda bencana kekeringan, agar mereka tidak lagi kebingungan meski sumber mata air yang ada di desanya kian menipis.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.