Sukses

Napi Kasus Terorisme Bebas, Pihak Lapas Nusakambangan Ketar-ketir

Napi kasus terorisme itu menjadi penghubung dan perekrut calon anggota jaringan Poso yang dipimpin oleh Santoso.

Liputan6.com, Cilacap – Seorang narapidana kasus terorisme, Rahmat Hidayat bin Jaharudin Mustamin alias Billy, anggota jaringan Poso dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pasir Putih Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Rahmat alias Billy diketahui merupakan penghubung kelompok Jaringan Poso pimpinan Santoso. Dia aktif menjadi perekrut para calon anggota untuk mengikuti pelatihan ala militer. Ia ditangkap pada 6 Oktober 2012.

Sebelumnya, Rahmat divonis bersalah oleh Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur, dan divonis 5 tahun 8 bulan kurungan, sesuai Pasal 15 Undang-undang RI Nomor 15 Tahun 2003 tentang terorisme.

Kepala Lapas Pasir Putir Muhammad Susanni mengatakan Rahmat bebas karena telah selesai menjalani masa pidananya. Ia dibebaskan pada Kamis, 7 Septmeber 2017, dan dijemput oleh anggota keluarganya di Dermaga Wijayapura, Cilacap.

Informasi yang diperoleh Susanni, napi kasus terorisme itu langsung kembali ke Kelurahan Penatoi, Kecamatan Empunda Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). "Ya bebas. Karena memang masa pidananya sudah habis," kata Susanni, dihubungi Liputan6.com, Jumat, 8 September 2017.

Namun, pihak Lapas rupanya masih ketar-ketir lantaran Rahmat cenderung menolak program deradikalisasi sebelum dibebaskan. Ia tak pernah mau mengikuti program yang digelar BNPT maupun lembaga lainnya.

Pergaulannya pun terbatas pada kelompok Poso-nya. Rahmat dibui di Blok khusus T (terorisme) yang juga dihuni oleh napi teroris dari berbagai kelompok yang berbeda.

"Saat merasa BNPT datang, diharapkan mereka mengikuti program, mereka tidak mau mengikuti. Tim datang, mereka tidak mau datang kan jadi kendala tersendiri," ucap Kepala Seksi Pembinaan Lapas Pasir Putih Nusakambangan, Bahrun.

Ia menilai Rahmat masih dalam pengaruh ideologinya yang lama. Salah satu indikasi lainnya, Rahmat tak pernah mau mengikuti upacara bendera. Dia mengaku khawatir saat kembali ke daerahnya nanti, Rahmat kembali bertemu dengan komunitasnya sehingga pengaruh radikal itu akan makin menguat.

"Jangankan mau hormat bendera, upacara saja tidak mau ikut. Harapan kita sih, mudah-mudahan tidak ketemu dengan kelompoknya, sehingga tidak kembali seperti yang dulu lagi. Di luar kan mudah-mudahan BNPT, Densus, barangkali, mereka kan lebih tahu," ucap Bahrun.

 Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.