Sukses

Terkuak, Motif Guru Bikin Siswa Minum Racun

Siswa berinisial FK mencoba bunuh diri setelah diduga mengalami bullying atau perisakan dari sang guru.

Liputan6.com, Kupang - Motif penghinaan guru terhadap seorang siswa sekolah menengah pertama negeri (SMPN) di Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), akhirnya terkuak.

Siswa berinisial FK itu mencoba bunuh diri dengan minum racun rumput setelah diduga mengalami bullying atau perisakan dari sang guru berinisial BB pada 31 Agustus 2017. Lantas, apa motifnya?

Ayah kandung korban, Yosep Lango (61), mengaku anaknya yang berumur 16 tahun tersebut dihina lantaran sang guru tak terima kakak korban berpacaran dengan anak pelaku.

Pada 28 Agustus 2017, kakak dari FK ke mes guru tersebut dan bertemu dengan anak pelaku bernama Natalia Sola, yang juga merupakan teman kelas FK. Hal inilah yang menyebabkan kemarahan BB.

"Kenapa FK yang dihina, apalagi sampai keluarkan kata-kata sadis di depan kelas dan itu dilakukan berulang-ulang," ucap Yosep kepada Liputan6.com di RSUD WZ Johannes, Kupang, beberapa hari lalu.

Menurut Yosep, racun yang ditelan anaknya tidak banyak karena sebagian disembur keluar. Proses pengobatan anaknya sudah menelan banyak biaya dan ditanggung sendiri. Dia meminta guru yang menghina anaknya turut bertanggung jawab.

"Saya minta dipecat karena tidak pantas jadi guru. Dia juga harus kembalikan seluruh biaya pengobatan anak saya," Yosep menambahkan.

Kepala Sekolah SMPN 2 Satap Waiwaru, Bernadus Atawadan, mengatakan pihak sekolah akan menggelar rapat dengan Komite Sekolah guna menentukan nasib BB. "Intinya pihak sekolah tetap memberi sanksi, yang paling berat dipecat," Bernadus menegaskan.

Guru yang diduga mengakibatkan sang murid mencoba bunuh diri dengan minum racun itu berstatus honorer. Bernadus pun pernah menegur guru itu lantaran kerap berperilaku kasar terhadap siswa.

"Yang bersangkutan pernah saya tegur, tetapi tidak diindahkan. Buktinya, salah satu siswa dirawat rumah sakit karena ulah dia," kata Barnabas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kronologi Hinaan Guru Berujung Minum Racun

Sebelumnya, kasus perisakan nyaris merenggut nyawa seorang siswa SMP Negeri 2 Satu Atap Waiwaru, Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Siswa berinisial (FK) itu dilarikan ke rumah sakit setelah mencoba bunuh diri dengan minum racun.

FK nekat menenggak cairan racun rumput karena merasa malu dihina oleh gurunya berinisial BB selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.

"Sudah dua kali dia menghina saya. Pertama waktu saya bawa handphone ke sekolah. Kejadian ini dilakukan juga di depan kelas, di hadapan teman-teman," ucap FK kepada Liputan6.com, Sabtu, 2 September 2017.

Puncaknya pada 31 Agustus 2017, guru Bahasa Indonesia tersebut kembali menghina FK. Sang guru mengeluarkan kalimat hinaan yang membuat siswa kelas III SMP Satap Waiwaru tersebut merasa malu.

"Dia bilang saya punya rumah seperti kandang babi. Lalu, saya keturunan atau anak dari orangtua tidak jelas," tutur korban.

Tak hanya itu, sang guru juga menghina makanan yang dikonsumsi muridnya tersebut. "Makanan saya seperti makanan babi. Dia hina saya di depan murid lainnya dalam kelas. Selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung," FK membeberkan.

Bahkan, saat pelajaran Bahasa Indonesia, guru itu bukan menjelaskan tentang materi pelajaran, melainkan terus menghina FK. Akibatnya, saat jam pelajaran usai, FK langsung kembali ke rumah dan nekat menenggak racun.

Beberapa siswi yang datang menjenguk FK di rumah sakit mengatakan, saat guru tersebut menghina korban, mereka semua ikut menangis. "Penghinaan itu terlalu sadis. Karena kasihan, kami ikut menangis dalam kelas," tutur salah seorang siswi yang meminta namanya tidak ditulis.

Terkait kasus perisakan yang berujung siswa nekat minum racun rumput, Kepala Sekolah SMPN 2 Satap Waiwaru, Bernadus Atawadan mengatakan, guru tersebut berstatus honorer. Dia pun pernah menegur guru itu karena kerap berperilaku kasar terhadap siswa.

"Yang bersangkutan pernah saya tegur, tetapi tidak diindahkan. Buktinya, salah satu siswa dirawat rumah sakit karena ulah dia," ujar Bernadus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.